Chapter 12. Zimbabwe

588 47 4
                                    

Hari mulai sore, Ino, Pein, Naruto, Sakura, Sasori, Sasuke dan Hidan kembali ke pinggir sungai. Mereka segera menghampiri Zetsu dan Kisame setelah mengganti baju.

"Kenapa kalian tidak ikut jalan-jalan ke tebing?" tanya Ino yang heran melihat dua makhluk ini malah berleha-leha di bawah pohon. Kisame dan Zetsu menatap sinis ke arah Ino. Sepertinya mereka masih dendam karena Ino melarang mereka berenang.

"Dimana yang lainnya?" tanya Sakura.

"Mereka belum kembali dari tebing," jawab Zetsu.

"Ya ampun, ini sudah jam setengah lima, kalau mereka tidak juga kembali, kita bisa ketinggalan kapal untuk pulang," Ino melirik jam yang melingkar di tangannya dengan gelisah.

"APAA? Kalau begitu cepat telepon mereka!" suruh Naruto panik.

"Percuma, disini tidak ada signal," jawab Sasori sambil melirik HP nya.

"Kalau kita menyusul mereka, kita akan ketinggalan kapal, pilihan kita hanya bisa menunggu," ucap Ino pasrah.

oOo

"Kau yakin jalannya ke sini, Kakuzu?" tanya Konan ragu. Saat ini mereka sedang berkeliaran di hutan mencari jalan keluar. Salahkan saja Tobi yang keasyikan berlari kesana kemari hingga mereka tersesat di dalam hutan. Hari mulai sore, suara-suara serangga malam mulai terdengar.

"Sudah ikut saja apa kataku!" Kakuzu berjalan paling depan untuk menunjukan jalan menuju tepi sungai tempat Zetsu dan Kisame menunggu.

"Tapi kita sudah satu jam berkeliaran disini!" Konan mulai cemas. Tersesat di hutan Zambia bukan ide yang bagus di tambah lagi hari mulai gelap.

"Tobi takut," rengek Tobi sambil memeluk tangan Deidara.

"Menyingkirlah, un! Ini semua juga gara-gara kau!" omel Deidara sambil menarik tangannya dari pelukan Tobi.

"Hei lihat! Inikan pohon yang tadi," Itachi menunjuk pohon besar yang batangnya berlubang. Seingatnya mereka sudah melewati pohon ini tadi.

"Huaaa! Itu kan pohon yang tadi kita lewati! Kenapa kita kesini lagi, un? Kita tersesat! Kita akan tamat! Huhuhu selamat tinggal, Sasori-Danna!" Deidara berteriak histeris sambil menunjuk-nunjuk pohon besar itu.

Krusuk...krusuk

Terdengar suara semak-semak yang bergoyang di belakang mereka. Spontan mereka semua berbalik sambil menatap semak-semak tersebut.

"S-suara apa itu, senpai?" tanya Tobi yang sudah gemetar ketakutan.

"Mungkin beruang atau harimau," jawab Itachi.

"Huaaaabbffff!" Teriakan Tobi diinterupsi oleh bekapan tangan Deidara. "Jangan berisik bodoh!" omelnya pelan.

"Dengar, kita harus lari bersama-sama ke arah sana. Lari sekencang-kencangnya dan jangan menimbulkan suara yang mencurigakan, mengerti?" bisik Konan sambil menunjukan jalan yang ada di belakang mereka. Mereka semua mengangguk paham. "Oke, aku hitung sampai tiga.."

"...satu..."

"...dua..."

"...tiga!" terlihat bayangan besar di balik semak-semak. Mereka tidak bisa melihat wujudnya dengan jelas karena matahari berada tepat di belakangnya. Menyebabkan pengelihatan mereka silau dan yang terlihat hanya sebuah siluet.

"HUAAA! BERUANG!"

"LARIIII!"

Mereka semua berbalik ke belakang kemudian lari sekencang-kecangnya.

"Huaaaaaaa!"

Naas sekali, tepat saat Itachi berbalik, di belakangnya berdiri sebuah pohon. Ia pun tak sanggup mengerem dan menghantam pohon tersebut.

Akatsuki Keliling DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang