Prolog 1

912 38 12
                                    

William terbaring dalam kegelapan yang sudah menjadi tempatnya tinggal entah berapa lama. kehampaan dan kesepian yang tak berujung. Mungkin hanya itu yang bisa mewakili apa yang sudah William rasakan sejak dia berada di tempat ini. William tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya apalagi untuk berteriak, seakan tenggorokannya tercekik oleh udara dingin yang menusuk di tempat ini secara terus menerus.

Kedua telinganya tidak bisa mendengar satu pun suara di tempat ini kecuali satu suara berulang yang hanya bisa membuat jiwanya semakin tersiksa. Tubuhnya tidak dapat dia rasakan lagi lagi. Tubuhnya kini kaku tidak bisa digerakkan dan sedingin es. Hanya jiwanya yang William rasakan masih tersisa. Terkurung dalam kesunyian dan kegelapan di tempat ini.

William kembali memejamkan kedua matanya dan perlahan masa lalunya menyeruak kembali seperti kaset yang diputar jutaan kali dan dipaksakan kepada William untuk melihatnya lagi dan lagi, semenjak ada di tempat ini. William membuka matanya mencoba memberontak karena tidak ingin lagi melihat masa lalunya. Tapi masa lalu itu tetap memaksakan ingatannya untuk terputar kembali seakan tidak memberikan pilihan kepada William untuk beristirahat dari kepedihannya bahkan untuk sebentar saja. Masa lalu yang sangat menyakitkan dan kelam.

Kota Buitenzorg, 1814

Seorang pria muda melangkahkan kakinya menuju keluar dari kediamannya. Langkahnya terhenti karena sebuah suara memanggilnya. "William where are going?" Pria muda berambut coklat itu membalikkan badannya kearah sumber suara tersebut.

"aku ingin berkuda sejenak di perkebunan, Dad" jawabnya santai lalu melangkah kembali ke arah pintu keluar.

"Be careful son, kamu tau masih banyak pribumi atau antek dari Belanda yang mengincar keluarga kita walaupun saat ini kota Buitenzorg telah berhasil dikuasai oleh kita." Jelas pria paruh baya bertubuh tinggi itu berjalan ke arah putra tunggalnya dan memegang bahu putranya.

"Dad, William sudah berumur 20 tahun saat ini. William bisa menjaga diri sendiri. Tidak ada yang perlu dikawatirkan" jawabnya tegas sambil melepaskan tangan ayahnya dari bahunya.

William menghela nafas kasar menuju kearah kandang kuda. "Apa dad tidak bosan memperingatkan hal yang sama terus kepadaku sejak usiaku 11 Tahun". Gumamnya pada diri sendiri.

Pikirannya menerawang saat pertama kali dia dan keluarganya datang ke negara ini 9 tahun lalu karena tugas rahasia ayahnya yang merupakan tentara yang berpangkat tinggi di negaranya. hidup bersembunyi untuk menyusun strategi merebut Indonesia dari Belanda dan keinginan negaranya sudah tercapai 3 tahun lalu saat Belanda mundur karena kekalahan perang melawan Inggris pada tahun 1811. Saat ini ayahnya telah dipercayakan menjadi salah satu orang wakil Gubernur yang berkuasa di kota Buitenzorg.

Rintik hujan mulai turun membasahi bumi saat William memacu kudanya memasuki area perkebunan. Dia memicingkan mata saat pandangannya menangkap sesosok tubuh terbaring di bawah pohon tidak jauh darinya. Seketika ia mengarahkan tali kendali kudanya ke arah tersebut dan loncat dari kudanya.

"Permisi, apakah anda baik-baik saja?" teriaknya. William memberanikan diri untuk mendekati sosok tubuh tersebut. "Sepertinya dia pingsan" William berjongkok dan memegang bahu sosok yang terbaring tersebut sehingga menghadap ke arahnya. "Ternyata seorang gadis" gumamnya pelan saat melihat wajah sosok tersebut. "Ya Tuhan, wajahnya sangat cantik" batinnya saat memandang wajah gadis tersebut dan menyingkirkan rambut hitam yang menutupi wajah gadis itu. Alis dan hidungnya terpahat sempurna di wajah mungilnya. Dagunya yang sedikit terbelah seakan melengkapi kecantikan parasnya.

William masih terpaku memandangi wajah gadis di depannya dan terkejut ketika kedua mata gadis tersebut terbuka bersamaan dengan suara jeritan dari mulutnya. "Tolong !!!" jerit gadis itu menjauhkan diri lalu menyilangkan tangan ke dada memeluk tubuhnya.

REINCARNATION (GxG)Where stories live. Discover now