"Hati hati yah, jangan ngebut di jalan." Kata ibu Aurin mengingatkan anaknya.
"Kenapa bukan Fatyah aja yang bawa mobil sih, Bun? " tanya Aurin.
"Emang kamu mau naik motor kakakmu? Kalo mau sih, bunda terserah kamu." ujar ibunya.
"Yaudah deh nggak jadi, Aurin lupa kalau motor Fatyah kan tingginya kayak onta aja." kata Aurin.
Fatyah yang sedang makan di sampingnya, seketika menoleh dengan tatapan tajam pada adiknya.
"Lo anak onta!" kata Fatyah.
"Berarti, lo kakaknya onta dong." balas Aurin.
"Berarti, aku Bundanya onta?" Kata Kharina yang berdiri di ujung dapur sambil melipat tangan di dada, menatap kedua anaknya yang tidak pernah bersikap manis di pagi hari.
"Aurin pergi yah, Bun!" kata Aurin setelah mencium tangan ibunya lalu melesat pergi.
...
Ia melangkah masuk ke dalam kelasnya dan ingatan pada saat dulu Zidan memanggilnya sepagi ini.
Setiap langkah yang ia jalani di sekolah, selalu saja teringat pada cowok menyebalkan itu, bahkan ia kehilangan moodnya untuk memakan ice cream lagi.
"Udah Rin, mau sampe kapan lo ngelamun terus? "Kata Lena yang sudah ada di belakangnya.
"Gue cuma belum terbiasa aja tanpa dia" jawab Aurin lalu meletakkan tasnya di kursi tempat biasa ia duduk lalu ia menatap bangku yang biasa di duduki oleh Zidan
"Tuh kan ngelamun lagi" kata Lena
Aurin yang tersadar akan perkataan Lena langsung saja tersenyum
"Gimana hubungan lo sama Adam? " tanya Aurin
"Sampe saat ini masih mulus kok Rin, cuman kadang sikap nyebelinnya timbul lagi" kata Lena
"Kan waktu dia ngejar lo sifatnya udah gitu jadi wajar kan" ujar Aurin
"Hehehe iya juga sih, kadang gue kasihan karena selalu nabok dia pake buku" kata Lena
"Gak gitu juga kali, gue juga minta maaf waktu Zidan masih di sini Adam selalu deket sama gue karena dia cuman mau ngasih cemburu Zidan kok" jelas Aurin
"Apaan sih, gue juga udah tau kali Rin dan gue kan selalu ketawa liat lo berdua gitu" kata Lena
Dan baru saja mereka membicarakan Adam, cowok itupun masuk ke dalam kelas bersama Khaesa
"Selamat pagi cinta" kata Adam
"Alay" kata Khaesa lalu berjalan melewati Adam
"Tuh kan baru juga gua omongin" kata Lena memijit pelipisnya
"Yang sabar yah" kata Aurin sambil menahan tawa
•••
Sudah berapa hari dia menemani Kakeknya di rumah sakit, terkadang juga ia merasa sangat ingin kembali ke indonesia untuk menemui pacarnya itu. Ia tahu bahwa Aurin sedang tidak baik baik saja, gadis itu selalu saja menyembunyikan perasaannya dan kadang Zidan tidak menyukai hal itu.
"Gak papa kamu nemenin Bunda di sini? Kalau gak kamu bisa pulang biar Bunda yang jagain kakek kamu" kata Selena
"Gak kok Bun, Zidan tetap mau di sini" jawabnya
"Bunda tau kamu rindu kan sama Aurina? "Kata Selena menebak isi hati anaknya itu
"Iya bun, Zidan tau kalau dia pasti sering ngelamun lagi" kata Zidan
"Harusnya kamu senang kan dia ngelamunin kamu" kata Selena
"Iya sih Bun, tapi kan gak baik juga nanti dia malah kerasukan" katanya, membayangkannya saja ia sudah bergedik ngeri
"Ah sembarangan kamu" kata Selena
Zidan hanya tersenyum memperlihatkan sederet giginya lalu keluar dari ruangan rumah sakit itu, ia sudah memikirkan apa saja yang akan ia lakukan bersama Aurin saat pulang nanti. Ia merogoh saku celananya dan mengetik sesuatu pada ponselnya
Mood👻
Lagi di mana?
Kantin, bareng yang lain
Lo gak mau nyusul ke sini?
Tunggu kabar papa dulu
Ohiya kan papa lo punya bisnis di sini kan, yaudah lo ikut aja
Iya, nanti gue bilang lo yang nyuruh yah
Lah gue lagi nih
Emang lo gak kangen sama gue?
Gak kangen
Tapi rindu :(
Akhirnya pacarnya itu sudah bisa mengatakan apa yang dia rasakan, tidak hanya memendamnya sendiri
Aku juga rindu kamu :(
Sejak kapan lo pake Aku-kamu?
Yaelah gue cuma pake kata itu kalau gue kangen
Jadi sekarang udah gak kangen gitu?
Stress gue mah di giniin
Jahat banget lo
Haduh-_-
Untung sayang :)
Terkadang ia tersenyum sendiri saat dia dan Aurin saling bertukar kabar, dan ia berharap bahwa Aurin akan menyusulnya ke sini agar ia dapat melepaskan rindunya
•••
Setidaknya ia hanya dapat menuntaskan rindunya lewat ponsel bersama Zidan, dalam waktu seminggu dia akan ikut bersama ayahnya mengurus bisnis di Austria. Memang Aurin lah yang selalu ingin ikut kemanapun ayahnya akan mengurus bisnis jika ia dan Fatyah sedang libur sedangkan Fatyah sangat sibuk dengan club motornya itu dan Bundanya suka menghabiskan waktu bersama temannya
"Jadi lo nyusul Zidan nih? " tanya Lauren memastikan
"Kepo banget sama hubungan orang" cibir Khaesa yang saat itu duduk bersampingan dengannya
"Lo diem gak atau game lo gue hapus semua" seketika Khaesa pun langsung menutup mulutnya
"Untuk yang kedua kalinya lo ninggalin kita lagi Rin" kata Lena
"Kan pas pertamanya lo belum sama gue, nah sekarang kan udah sama gue jadi semua akan terasa lengkap" kata Adam memotong pembicaraan mereka
"Lo mau di tabok? " sontak Adam memegang tangan Lena
"Jangan gitu sayang" ujar Adam membuat ketiga temannya itu tertawa sedangkan Lena menutup pipinya yang merona
Aurin menatap kedua pasangan itu secara bersamaan, alangkah lengkapnya jika Zidan berada di sini juga menemaninya.
☆☆☆

KAMU SEDANG MEMBACA
AURINA [REVISI]
Fiksi Remaja[REVISI] "Jadi, kamu yakin mau coba jatuh cinta sama dia?" tanya Dikta penasaran. Aurina mengangguk. "Mungkin, iya... karena konon katanya jatuh cinta di masa putih abu-abu adalah kenangan terbaik yang pernah ada. Aku juga mau punya seseorang yang...