Signore ~ 13

1.8K 187 9
                                    

Being in a relationship is not about kissing, date or showing off. It's about being with the person who makes you happy. Now, tomorrow, and forever.

- Misaka Bri Gustavson -



"Aku belum memerintahkanmu untuk membuka mulut."

"Eh?" Misaka terpaku heran dengan pernyataan Signore yang menyelanya, bahkan sebelum ia mengucapkan sepatah kata pun.

Kepalanya kembali mendongak, kali ini lebih angkuh dari sebelumnya. Entah hanya tebakan atau perasaan, tapi sepertinya Signore memang ingin membalas dendam atas balasan yang Misaka berikan malam kemarin. Bukan maksud gadis itu ingin menyiksa batin pria yang sudah menunggunya kembali selama sepuluh tahun itu, tapi Misaka hanya ingin memberi tahu Signore bahwa ia bukanlah Misaka yang dulu. Dan Misaka ingin tahu, apa Signore masih akan menerimanya, dengan segala kesalahan dan perubahan yang telah terjadi.

Meskipun Misaka tahu kalau Signore tidak akan pernah tidak menerimanya, Misaka masih ragu. Karena sejak ia lahir, pria itu sudah mengklaimnya, dan apa pun yang terjadi Signore selalu bisa menenangkannya. Terkadang itu membuatnya kembali menjadi gadis lemah yang membutuhkan perlindungan Signore.

"Aku memang menyuruhmu untuk bercerita, tapi tidak di tempat ini," ujar Signore dengan senyuman. Semua rakyat yang melihatnya membeku. Senyuman yang telah lama hilang itu telah kembali. Tidak ada keraguan dalam hati mereka kalau gadis yang sedang berlutut itu benarlah Misaka Bri Gustavson. "Kembalilah padaku, Ma Amore."

Hal itu juga terjadi pada Misaka. Dia yang telah pergi selama 10 tahun dari tanah airnya tidak tahu bagaimana kabar Signore, dan apa saja yang telah terjadi pada pria itu selama ia pergi. Avilio dan Hush sudah menceritakannya, tapi Misaka meragukan cerita mereka berdua. Karena dalam ingatannya, ia selalu melihat Signore dengan senyuman. Wajah ramah yang ikut membuatnya ceria dan merasa hangat.

"Sejak dinobatkan menjadi Raja Sitzea, Yang Mulia Signore tidak pernah terlihat lagi tersenyum. Dia tertutup. Menghabiskan waktu dengan menyiksa para tahanan, dan bercerita pada Frodie hanya saat tertentu. Signore telah berubah tanpamu di sisinya, Misaka."

Perkataan Avilio malam itu masih membekas dalam ingatannya. Dan sebuah pertanyaan pun muncul. Seberapa jauh Signore berubah? Mungkinkah mereka sama, meskipun melewati penderitaan yang berbeda.

Senyuman Signore lenyap ketika tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Misaka. Pria itu menatap bingung dan sedih. Di tengah perasaannya yang sedang tercampur aduk, para prajurit Hughes membangkitkan sifat penguasanya.

"Bisakah kita sudahi percakapan antara kalian,Wahai Raja Sitzea." Seseorang di antara lima orang itu berseru meminta perhatian Signore, dan mereka mendapatkannya.

"Tepati janjimu."

"Bebaskan kami."

"Pulangkan kami!"

Signore kembali tersenyum, tapi bukan senyuman pertanda baik. Itu senyuman penguasa, membawa kengerian dan menyebarkan ketakutan. Para rakyat berlutut hormat. Mereka sadar diri, bahwa apa yang akan terjadi selanjutnya bukanlah eksekusi yang pantasi untuk di lihat. Karena bagaimana pun juga, Raja mereka telah menentukan kematian seseorang saat ini juga.

Langkah kakinya membawa Signore ke tangah lapangan. Tangannya mengeluarkan pelan pedang, menimbulkan bunyi pedang yang bergesek. Para prajurit Hughes menatap takut pada Signore—tidak, mereka kini sedang berhadapan dengan seorang Raja yang dijuluki sebagai penguasa kegelapan.

SIGNORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang