Signore ~ 15

2K 180 3
                                    


"Kubilang... aku akan membawanya sendiri!"

"Tidak boleh. Aku tidak mengizinkanmu membawanya sendiri."

"Aku tidak butuh izinmu."

"Ya, kau butuh."

"Aku sudah bersama Scott."

"Sudah kubilang tambahkan'Kakak'."

"Apa susahnya berkuda bersamaku, Misaka?!"

Misaka menggeleng keras. Wajahnya memerah karena marah. Tangannya menunjuk kuda berwarna hitam dengan sedikit corak putih. "Aku ingin berkuda dengan Sigo."

Signore mengangkat telunjuknya dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri—tidak boleh. Kali ini dia menggunakan telunjuknya untuk menunjuk dadanya, ke arah Misaka dan kuda hitam yang berada di samping Sigo—kuda hitam milik Signore. "Kau dan aku akan naik Sika."

"Kenapa kau menamai kudamu dari namaku, hah?" Misaka berseru tidak terima.

"Sika...." Signore mengelus-elus kepala dan badan kuda itu, keningnya menempel pada Sika.

"Jawab pertanyaanku, Sig!"

"Karena kuda ini diperuntukkan kita berdua." Dia menatap Sika, meminta dukungan. "Ya, kan, Sika?" Kuda itu meringkik.

"Ya sudah, aku akan naik Sigo." Misaka membuang muka dan melompat ke punggung Sigo.

"Kenapa kau menamainya dengan namaku?"

"Eh? Namamu Signore, dia Sigo. Beda jauh, kan?"

"Tidak, tidak. Kau hanya menghilangkan beberapa huruf saja."

Scott mengehela napas menonton perdebatan sepasang manusia dari atas kudanya. Meskipun topik yang dibahas sangatlah konyol menurutnya. Dia sendiri sedikit tidak menyangka kalau kepribadian Misaka akan kembali secepat ini. Manja, periang, konyol, ngeselin, jahil, dan masih banyak lagi. Atau mungkin adiknya itu sedang menutupi rasa malunya karena terlihat hampir berciuman dengan Signore.

Mengingat kemungkinan itu Scott jadi senyam-senyum sendiri lalu tertawa keras. Signore dan Misaka yang sedang berdebat jadi terdiam dan menatap aneh ke arah Scott.

"Ini konyol," sahut Misaka. Dia membuang muka dan mengembuskan napas.

"Karena itu, naiklah ke kuda kita berdua. Aku akan menemanimu ke distrik Sungai Nift," balas Signore. Pria itu meraih tangan Misaka dan menuntunnya untuk turun dari punggung Sigo.

Misaka menyambut tangan Signore dan menggenggamnya erat. Gadis itu baru saja ingin melompat turun, tapi seruan Frodie menghentikannya. Laki-laki yang sangat dekat dengan kekasih dan sahabatnya itu datang dengan wajah panik. Jubah berwarna merah yang ia biasa pakai sama sekali tidak terlihat, membuat Misaka heran darimana Frodie pergi.

"Ba-batalkan," ucapnya terengah-engah. Scott turun dari kuda dan menghampiri sahabatnya yang tengah menarik napas panjang untuk meraih ketenangan. Setelah merasa tenang, Frodie melanjutkan perkataannya. "Batalkan perjalanan pagimu, Sig. Ada hal penting yang harus kita bahas."

Setelah merasa Misaka sudah duduk kembali di atas kuda dengan baik, Signore menanggapi pernyataan Frodie. "Memangnya ada apa? Tidak bisa di tunda? Seingatku hari hanya ada jadwal remeh saja."

"Tidak. Ini bukan mengenai jadwal."

"Lalu mengenai apa?" Kali ini Scott yang bertanya.

"Hughes." Satu kata yang keluar dari mulut Frodie mengundang kernyitan di kening mereka. Tangan Misaka menjadi dingin. Gejolak amarah dalam diri Signore kembali bangkit. Scott masih terdiam, menunggu Frodie melanjutkannya. "Mereka mengontak Astaroth Force petang kemarin. Dan kabar ini disampaikan langsung oleh mata-mata kita di perbatasan Tenggara. Burung Phoenix telah keluar dari sangkar untuk kembali ke rumahnya."

SIGNORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang