Cemburu

43 1 0
                                    

Entah apa yang harus ia lakukan kali ini. Dikeluarkan dari kelas, sekolah sepi karena masih jam pelajaran, dan ia hanya melihat Malvin dan juga temannya yang berada di lapangan. Mungkin suatu kebetulan, karena saat ini kelas Malvin free karena sedang tidak ada guru dan alhasil mereka tak sengaja bertemu. Namun, saat ini Malvin bukan objek menarik yang harus dilihat atau dipikirkan. Karena saat ini yang masih terpikirkan adalah ucapan Bintang ketika mereka berada diruang OSIS. Sebenarnya maksud Bintang baik, ia hanya menawarkan agar cerita-cerita yang sering Vella tulis, di pajang di mading agar semua orang tahu bahwa dirinya bisa menulis dan banyak nilai edukasi yang bisa diambil dari tulisan-tulisannya. Namun, ada yang dipermasalahkan. Vella menolak karena, sesuatu di dalam tulisannya adalah selalu tentang Malvin.

Ia tidak ingin jika semua orang tahu mengenai isi hatinya. Karena di dalam tulisan tersebut adalah sesuatu mengenai isi hatinya terhadap Malvin. Dan tentu saja Vella tidak melupakan satu fakta bahwa Malvin adalah ketua club mading. Tentu saja tulisan yang nantinya layak atau tidak layak di pajang di mading akan di revisi oleh anak club mading. Dan otomatis Malvin akan tahu bahwa itu adalah tulisan Vella. Walaupun Bintang adalah ketua OSIS dan ia berhak atas itu, tapi tetap saja Bintang juga harus berkoordinasi dengan Malvin selaku ketua club mading.

"Hai Vel, ngelamun aja. Ngelamunin siapa sih? Malvin ya?"
Vella pun mendongak kaget saat melihat Gevan sudah duduk di kursi yang berada di tepi lapangan dan tepat di sebelahnya.

"Enggak Gev, gue emang lagi mikirin sesuatu tapi bukan Malvin." balasnya seraya tersenyum.

"Kalau mau cerita, lo bisa cerita ke gue."

"Iya makasih." balas Vella.

"Lo pasti bertanya-tanya kan siapa cewek yang ada di sebelahnya Malvin? Dia itu Sheren, kita sekelas dan kebetulan dia juga suka sama Malvin." jelas Gevan.

"Maksudnya 'juga' tuh apa ya Gev?" tanya Vella yang mulai bingung dengan arah pembicaraan Gevan.

"Gue tau kali, lo suka sama Malvin. Gue sering mergokin lo yang suka merhatiin Malvin diam-diam ya walaupun dari jauh tapi gue tau Vel. Dan saat gue tadi ga sengaja papasan sama lo, gue yakin itu awalnya lo mau nyamperin si Malvin kan? Cuma karena keduluan sama Sheren lo lebih milih gajadi." jelas Gevan.

Vella masih terdiam memikirkan ucapan Gevan yang memang benar adanya. Vella masih memperhatikan dua orang yang juga duduk di kursi tepi lapangan namun jaraknya agak jauh dari tempat duduknya berada. Namun jika Malvin menoleh, ia pasti akan melihatnya.

"Malvin gasuka kok sama Sheren, dia cuma anggap teman ga lebih. Lo kan tau, dari dulu dia emang anti banget sama cinta. Gue yang temannya aja bingung Vel, sebenarnya tuh anak hatinya beneran beku kali ya? Kalau lo cinta sama dia, kejar aja sampe dapet. Siapa tau suatu saat Malvin akan luluh." kata Gevan sembari menepuk bahunya pelan dan setelah itu ia pergi meninggalkan Vella yang masih berada di tempat duduknya.

"Dan Malvin juga ga akan pernah suka sama gue. " gumannya pelan.

Saat Vella hendak meninggalkan tempat duduknya, tiba-tiba seseorang meneriakan namanya.

"Gravellaa!"

Vella pun menoleh ke arah sumber suara. Dan ia pun terkejut ketika tahu bahwa yang memanggil namanya adalah Sheren. Gadis yang duduk di samping Malvin. Gadis itu pun menyuruh Vella untuk kesana dengan kode tangannya. Awalnya Vella ragu, namun karena ia pikir itu hal penting, akhirnya ia pun memutuskan untuk menerima tawarannya kesana. Ditempat dimana Sheren dan Malvin duduk.

"Hai, Vella. Sorry ganggu waktunya ya, tapi gue mau ngomong sesuatu sama lo. Oh salah, lebih tepatnya gue sama Malvin. " ucapnya.

"Mau ngomong apa ya? Tapi gue gabisa lama-lama soalnya gue harus kembali ke kelas. " balas Vella acuh.

"Kalau mau ke kelas, kenapa lo ada disini. Sekarang masih KBM. " Malvin pun angkat suara. Dan karena itu, Vella terkejut.

"Gu.. Gue abis dari toilet terus duduk dulu. " balasnya agak gugup sembari menghela napas perlahan.

"Ok, jadi sebenarnya gue itu mau ngomongin perihal tulisan lo yang sering lo tulis di wattpad. Gue selaku wakil ketua club mading, pengen banget majang tulisan lo di mading. " jelas Sheren.

"Lo kok bisa tau kalau gue suka nulis di wattpad? Dan tau darimana kalau itu tulisan gue? " tanya Vella kaget.

"Malvin yang ngasih tau ke gue. " penuturan Sheren membuatnya terkejut setengah mati. Bagaimana Malvin bisa tahu bahwa itu tulisannya? Padahal user name nya pun ia samarkan.

Sebelum Vella bertanya lebih lengkap bagaimana Malvin bisa tahu soal dirinya yang suka bikin cerita di wattpad, Malvin pergi begitu saja. Vella pun bergegas mengejar Malvin tanpa mempedulikan teriakan Sheren yang terus memanggil namanya.

"Malvin!" teriaknya agak lantang. Malvin menoleh.

"Lo tau darimana username wattpad gue? Gue ga pernah ngasih tau ke lo atau siapapun perihal itu. Tapi kenapa lo bisa tau? " tanya Vella serius.

"Walaupun nama lo disamarin, gue tau kalau itu elo. "

"Iya, tau darimana? Maksud gue bagaimana bisa lo tau kalau itu gue. "

"Username nya 'Thesecretgirl'. Apa lo lupa, lo pernah nulis nama itu dibuku yang pernah lo kasih ke gue. " balas Malvin masih dengan ekspresi dinginnya.

"Oke fine! Tapi gue ga pernah ngasih tau lo perihal gue suka nulis di wattpad kan? "

Malvin pun enggan menjawab pertanyaan Vella, akhirnya ia pun pergi meninggalkannya begitu saja.

Vella segera mencegah Malvin untuk pergi. Karena saat ini, Vella membutuhkan jawaban yang tepat. Ia berhak tahu bagaimana Malvin bisa mengetahui bahwa ia suka menulis di wattpad.

"Lo belum jawab pertanyaan gue Vin."

"Ga penting kan gue tau darimana? Yang penting sekarang lo harus beri keputusan lo untuk nerima tawaran Sheren atau enggak. Kalau lo gamau, lo bisa bilang enggak. Gausah bertele tele." jawab Malvin dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Lo ga sadar apa ya, omongan lo tuh sebenarnya cocok buat diri lo sendiri, lo yang bertele tele bukan gue. Lo tinggal jawab tau darimana udah gitu doang, tapi sedari tadi lo selalu ngeles setiap gue tanya itu. Malvin, gue tau lo gasuka sama gue atau mungkin lo benci sama gue. Tapi please, kali ini gue perlu tau." ucap Vella lirih.

"Kalau lo tau, terus mau apa?"

Vella terdiam. Ia juga bingung, sebenarnya untuk apa ia se penasaran ini. Apakah ada maksud lain?

Mungkin hanya aku yang selalu berlebihan mengenai dia. Bukan salahnya jika ia begitu. Bukan salahnya jika ia tidak sepertimu, yang selalu menganggap sesuatu itu istimewa, berharga, dan bermakna. Tapi untuknya itu adalah hal biasa hal yang lumrah. Positive thinking saja, mungkin dia malas untuk melebih-lebihkan sesuatu. Atau negative nya, mungkin ada hal yang jauh lebih pantas untuk disebut berharga daripada itu.

Malvin's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang