Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, kapan aku berhenti untuk jatuh cinta padanya. Mengapa aku tidak melupakannya saja? Banyak pria di dunia ini yang lebih baik darinya. Namun, entah mengapa aku tidak tertarik dengan siapapun selain dia.
"Permisi kak Vella?"
"Ya? Ada apa?" Tanya Vella pada pria ini yang sepertinya adalah adik kelas.
"Kak Vella di panggil sama kak Bintang di ruang OSIS kak." Balasnya gugup.
"Lah? Kok gue? Tapi kan-"
"Vella, gue mau lo sekarang ke ruangan gue. Gue mau ngomong sama lo." Tiba - tiba Bintang sang ketua OSIS muncul entah kapan ia sudah berada di belakang mereka bertiga. Lalu Bintang pun pergi setelah ia ngomong seperti itu pada Vella.
"Parah Vel! Itu si Bintang sampe nyamperin lo gitu gila gila! Sana lo samperin dia dah!" Kata Nesha sarkastik.
"Enggak ah! Lagian gue kan bukan OSIS Nes." balas Vella malas.
"Ya mungkin dia ada urusan lain sama lo kali, udah sana ih kasian tuh adik kelas dari tadi nunggu lo." Kata Nesha sambil memperhatikan adik kelas itu yang saat ini sedang menunggu agar Vella mau di ajak ke ruang OSIS atas permintaan Bintang.
"Dik, mendingan lo duluan aja deh iya oke gue bakal kesana." ucap Vella pada adik kelas itu.
Lalu, adik kelas yang sedari tadi menunggunya pun akhirnya pergi.
***
"Ada apa lo manggil gue?" Tanya Vella pada Bintang yang sedari tadi terus memperhatikan Vella.
"Lo suka nulis kan?"
"Iya, terus?"
"Gue mau lo setor tulisan tiap minggu sekali ke gue." Ucapan Bintang membuat Vella terbelalak kaget.
"For what?"
"Mau gue pajang di mading." Balas Bintang enteng.
"Ih apaan sih lo! Seenaknya aja nyuruh nyuruh gue, ogah ah ngapain juga tulisan gue harus dipajang di mading. Cukup gue aja yang tau lah, kecuali kalau naskah gue udah diterbitin silakan untuk dibaca umum!"
"Lo tuh bukannya bersyukur gue tawarin ya, ini malah nolak. Lo tau ga? Disekolah ini banyak kali yang hobi nulis, tapi gue pilih lo!" Bentak Bintang pada Vella.
"Yaudah silakan lo pilih dari mereka aja! Gausah dari gue!" Setelah mengucapkan itu, Vella pun segera keluar dari ruang OSIS.
'Dasar cewek keras kepala!' batin Bintang.
Vella pun berjalan dengan cepat sampai ia tak sadar sudah berapa kali ia menabrak orang - orang yang berlalu lalang di sepanjang koridor sekolah. Dan sudah berapa kali ia mengucapkan kata maaf pada setiap orang yang tak sengaja ia tabrak.
Brukk!!
"Aww!" Ringis Vella yang tidak sengaja menabrak seseorang.
"Lo gapapa?" tanya pria ini.
"Sakit sih cum- OH MY GOD! MALVIN! Seriously lo Malvin? " Vella terbelalak kaget saat tau bahwa orang yang sedang menolongnya adalah Malvin.
Setelah Malvin sadar bahwa gadis yang tak sengaja ia tabrak adalah Gravella ia langsung pergi meninggalkan Vella begitu saja.
"MALVIN! STOP!" Ucap Vella dengan tegas dan lantang yang akhirnya membuat Malvin menghentikan langkahnya.
Vella berlari - lari kecil agar bisa berdiri tepat di hadapan Malvin.
"Vin! Gue itu temen lo kan? Kita satu sekolah kan? Dan rumah kita berhadapan, apa lo harus selamanya bersikap kek gini ke gue? Gue ga ngerti Vin salah gue dimana sampai lo sebegitunya sama gue."
Terlihat Malvin yang sibuk membetulkan kacamata nya.
"Lo menghalangi jalan gue. Bisa minggir?" Hanya itu yang Malvin katakan. Dengan nada yang datar dan ekspresi nya yang begitu dingin.
"Gue ga akan nyerah Vin! Gue akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mencairkan hati lo yang beku." Balas Vella yang sudah mulai menitikan air matanya.
Akhirnya, Vella pun pergi dari hadapan Malvin yang saat ini masih dengan ekspresi yang sama.
Vella pun memilih untuk pergi ke kelas nya karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
"Astaga Vella! Lo gapapa? Mata lo sembab gitu? Wah kurang ajar tuh si Bintang ngajak ribut ama gue!"
Belum sempat Vella menjawab, Bu Sarah selaku guru Bahasa Inggris sudah berada di depan murid - muridnya dan bersiap untuk mengajar.
"Good morning class! How are you?"
"morning and fine Mrs. Sarah!" (Serentak).
"Ok, i will teach about 'ARTICLE'. And do you know about that? Hei Vella! What do you think? If you don't want to follow my lesson, you may leave this class!"
"I'm sorry but-"
"Get out!"
"But i'm-"
"Now Vella! Get out from here!"
Akhirnya Vella pun keluar kelas atas perintah dari Bu Sarah yang notabene nya guru paling killer di sekolah ini.
Apa yang ia pikirkan sampai ia tidak bisa berkonsentrasi pada saat jam pelajaran. Ketika Vella berjalan melewati lapangan, ia tak sengaja melihat Malvin yang lagi - lagi sibuk dengan laptopnya. Vella pun berjalan untuk mendekatinya. Namun saat ia berniat mendekatinya, sudah ada seorang perempuan yang mendekatinya. Terlihat bahwa perempuan itu membawakan minuman untuk Malvin.
"MALVIN!!"
Teriakan itu membuat Vella menoleh. Dan ternyata itu adalah Gevan, temannya Malvin. Entah kapan datangnya Gevan sudah berada di samping Vella. Alhasil atas teriakan tersebut, Malvin menoleh dan membuat pandangannya bertemu dengan Vella. Namun tidak berlangsung lama.
"Hai Vella, lo mau kesana?" katanya sambil menunjuk ke tempat Malvin berada.
"No, thanks" balasnya.
Ada saat dimana kita tahu, bahwa mencinta seseorang itu tidaklah mudah. Ada bagian dimana rasa sakit yang kita rasakan belum tentu dirasakan olehnya. Bagian tersebut bernama patah hati.
Cinta, bukan perkara mudah. Jika kamu sudah pernah merasakan jatuh cinta dan berhasil mempertahankan cintamu, itu tandanya kamu adalah orang terbijak yang pernah menginjakkan kaki di dunia cinta. Tapi jika kamu merasa bahwa kamu gagal, itu tandanya kamu sedang diberikan ujian oleh cinta. Sampai manakah kamu akan bertahan menahan sakit dihatimu ketika cemburu? Patah hati? Atau bahkan putus asa. Percayalah, suatu saat kamu akan menemukan cinta yang layak kamu dapatkan.Saat melihatnya bersama gadis lain, Vella memang merasakan sakit. Namun, dia sadar bahwa sakit yang ia rasakan adalah bukan sakit hati terhebat yang pernah dialaminya. Dan bahkan belum pernah ia merasakan itu. Sakit hati terhebat baginya adalah, ketika ia melihat orang yang disayanginya tidak bahagia. Dan jika memang takdir tidak memutuskan untuk mereka bersama, ia terima asalkan pria itu bahagia.
Malvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malvin's Heart
Teen Fiction"Vel, lo ga cape apa nungguin dia yang peka nya entah ke berapa abad lagi?" "Gue gatau Nes, kapan ya dia bisa peka dan sadar kalau gue sayang banget sama dia." Kata Gravella sembari memikirkan ucapan Nesha sahabatnya. Entah apa yang harus Vella lak...