Hening.
Gaea dan Jae saling menatap dalam hening. Suasana Pantonim yang tidak terlalu ramai dengan alunan lagu pelan sangat mendukung. Pelayan mengantarkan minuman ke meja mereka namun bingung ketika Jae maupun Gaea tidak berkutik sedikitpun.
Jae mengernyit, "Oke gue nyerah!"
Jae buru-buru meminum air dari gelas di atas meja.
"Sini duitnya," Gaea tertawa dengan dua suku kata. Jae lalu mengulurkan uang 20 ribu ke Gaea sambil minum.
"Ah gue gak suka pahit," sungut Jae kesal sambil minum lagi. "Curang sih lo, gantian dong. Gue maunya pedes sekarang."
"Nggak ah, males. Gue gabisa pedes,"
"Gue juga gak bisa pahit! Curang kamu!" Kata Jae lebay
"Muka woi, tolong kondisikan." Kata Gaea.
Jae menatap ke sekeliling, bistro ini menarik dengan desain vintage. Pandangannya berhenti ketika menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Gaea yang baru menyadari Jae terdiam, menoleh ke arah Jae dan kemudian mengikuti arah pandangnya.
"Oh itu, lucu kan? Warna biru gitu, kaya Smurf." Kata Gaea mengerti, ketika mendapati arah pandang Jae ke pajangan terompet berwarna biru.
"Kenapa warnanya biru? Coba merah, pasti keren," komentar Jae. "Lagian, ngga ada mirip miripnya sama Smurf. Lo emang dasarnya aneh, ya?" Sambungnya sambil menoleh ke Gaea.
"Gue dari dulu pengen banget ada barang itu di kamar gue, 2 minggu lagi gue ulang tahun, by the way." Gaea mengambil nachos dari piring Jae dan memakannya.
"Terus?" Jae mengecek handphone-nya.
"Peka dong, gue lagi ngode. Nyolong terompet itu gih," omel Gaea. "Cowok kok nggak peka." lanjutnya dengan suara kecil.
"Lah? Kenapa harus gue coba?"
"Kamu kan ganteng," kata Gaea sambil mengedip-ngedipkan matanya. Jae bergidik lalu memasang muka jijik.
"Ayo jalan, udah malem."
"Yaudah ayok, bayarin kan!" Kata Gaea.
Gaea kemudian mengalungkan tasnya di bahunya. Dia berjalan keluar dan menunggu Jae selesai membayar.
Ketika Jae keluar dari Pantonim, saat itulah dia melihat Gaea berjongkok di depan beberapa kandang di sebelah parkiran.
"Ngapain?" Tanya Jae ketika dia berdiri di sebelah Gaea.
Gaea menatap kandang tersebut, "Ayam warna biru nya lucu ya, beliin dong." Kata Gaea.
Jae menganggukkan kepalanya lucu, "Mas, ayamnya dua, bungkus ya. Ungu sama merah."
Gaea menyikut Jae, "Buat gue kan?"
Jae menyodorkan uang 20 ribu kepada penjual sambil mengambil kandang isi 2 ayam warna ungu dan merah itu.
"Enak aja, mau gue bawa pulang terus goreng," kata Jae.
Gaea yang mendengar itu sontak langsung mengambil alih kandang tersebut dari tangan Jae, "Enak aja, sini sini, come to mama."
"Itu mereka lagi pacaran, gausah ganggu deh lo. Ayam aja punya pacar, masa lu enggak." Ledek Jae.
Jae dan Gaea berjalan beriringan menuju parkiran motor tempat Jae menaruh motornya.
"Nggak tau aja ya lu, gue udah ada calon." Kata Gaea sambil menerima sodoran helm dari Jae. Gaea menaruh kandang berisi ayam tersebut ke atas jok motor sebelum menggunakan helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaea
Teen FictionGaea tidak menyangka sama sekali, abang yang kadang dibencinya, malah membawa sesuatu yang baru dan menyenangkan untuknya. Apalagi kalau bukan cinta? Tapi cinta terdengar payah, terlalu 'menye-menye'. Pada dasarnya, Gaea tidak menyukai sesuatu yang...