4

24 7 0
                                    

Byul mengangkat kepalanya, menatap lelaki yang ada di hadapannya dengan tatapan sendu. Lelaki itu..

Chenle.

Byul terus mendongakkan kepalanya menatap ke arah Chenle yang sedang berdiri di hadapannya, "Kenapa kau lama sekali, ppaboya!" air mata gadis itu mulai menetes.

Chenle menangkup pipi Byul, wajahnya sangat khawatir melihat Byul yang kembali bersedih, "Byul-ah, waegeurae?Siapa yang menyakitimu?  Katakan padaku, biar aku beri dia pelajaran," ia sangat tak suka melihat Byul menangis.

Sementara gadis dihadapannya mengeluarkan air mata semakin deras saja, "Chenle-ya. Uri appaga.."

Byul mulai menangis tersedu-sedu sebelum melanjutkan perkataannya, "Ah.. A-aniya, seharusnya hari ini kita bersenang senang Chenle-ya.." meski berkata seperti itupun, air mata byul masih terus berjatuhan dengan sendirinya, tangisnya semakin keras saja. Ia tak dapat mengendalikan hatinya yang terasa sangat sakit.

"Uh-uhuhuhuh.. A-aku berusa menghentikan tangisku, tapi mereka terus keluar," gadis itu tersedu-sedu.

Chenle pun duduk disamping Byul, memeluk gadis itu, "Tenanglah Byul, sekarang tak apa. Aku disini," Lelaki itu menepuk-nepuk punggung Byul.

"Chenle-ya... Uh-uhuhuhuh," gadis itu membalas pelukan Chenle dan menangis sejadi-jadinya dibalik pundak lelaki itu.

Chenle mengusap kepala Byul, "Ije gwaenchanha, tenanglah Byul. Jangan menangis, kita kan mau makan eskrim?"

"Shirheo, aku sedang tak mood makan eskrim, udara sedang dingin kau malah makan eskrim," Byul malah semakin mengaratkan pelukannya, gadis itu membuat jantung Chenle berdebar tak karuan.

Chenle jadi gelagapan, "Ya, Kwon Byul. Ja-jangan memelukku seperti itu."

Tapi gadis itu masih terus memeluknya, bahkan semakin erat, " Aku suka, rasanya hangat," suara gadis itu sudah tak serak seperti sebelumnya. Seperti dugaan Chenle, keadaan gadis itu sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Baiklah, kau bisa memelukku lebih lama lagi," Chenle tersenyum meski Byul saat ini tak dapat melihat Chenle dengan senyuman tulusnya.

.

.

Byul sudah tak menangis lagi, mereka pergi ke cafe untuk membeli coklat panas karena eskrim terlalu dingin untuk hari ini.

Mereka menyeruput coklat panas itu dalam keheningan.

Kemudian Chenle menatap Byul ragu, lelaki itu sudah penasaran setengah mati akan cerita gadis itu. Ia terus menahan rasa penasarannya karena tak ingin membuat Byul mengingat hal menyedihkan lagi, namun ia l putuskan untuk bertanya kepadanya, "Jadi..Apakah kau akan menceritakannya sekarang?"

"Sebenarnya," gadis itu terus menatap lurus pada coklat panas di hadapannya, "Appa-ku akan menikah besok, apakah aku harus datang?" ia tersenyum, senyum yang menyiratkan kepedihan didalamnya.

"Byul-ah.." alis lelaki itu tertaut membentuk lekukan di pangkalnya, begitu pula bibirnya yang berubah menjadi murung.

"Ya! sesi sedih-sedihannya kan sudah saat di taman tadi. Jangan memulainya lagi," Byul tertawa hambar.

"Kenapa kisahmu menyedihkan sekali, aku jadi kasihan padamu."

Happiness Star | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang