6

26 6 0
                                    

Udara Seoul semakin dingin, ini sudah memasuki bulan November. Sudah sebulan pula sejak ayah Byul menikah lagi. Butiran salju tampak sangat kontras dengan mantel navy yang Byul gunakan sekarang.

Memang dingin, tapi bukan berarti ia harus bolos sekolah bukan? Lagipula sebentar lagi liburan musim dingin tiba, dan ia bisa bergelayut manja dengan selimut di kamarnya yang hangat.

"Cheonleo~" Byul berlari kearah Chenle yang duduk di kursi halte.

"Eo? Kau datang," Chenle menepuk bagian kursi, "Duduk disini."

Dan Byul pun duduk disana, disamping Chenle. Gadis itu mulai tersenyum kembali ketika melihat wajah Chenle yang masih terus menerawang jalanan di depannya.

"Aku bisa melihatmu nona Byul~" Chenle langsung mengalihkan pandangannya ke arah Byul yang sejak tadi menatapnya, "Kau sedang memandangiku kan?" ia tersenyum jahil.

Byul langsung membuang muka, "Nggak, kok! Percaya diri sekali."

"Baiklah, tatap aku sesukamu."

"Kubilang aku tak menatapimu."

Byul tampak gelagapan.

"Kau tak bisa berbohong padaku," ia terkikik.

"Oh! Busnya datang, kajja Chenle-ya!" gadis itu menarik tas biru Chenle, sambil terus memalingkan wajahnya dari Chenle.

Dan seperti hari-hari sebelumnya, bus yang mereka tumpangi selalu penuh. Membuat mereka berdua harus berdesakkan diantara sempitnya bus di pagi hari.

Byul berpegangan pada handle bus disamping Chenle. Sehingga posisi mereka berhadap-hadapan.

"Kenapa busnya selalu penuh.." gadis itu memasang tampang malas.

"Yah.. Inikan jam orang-orang mengawali aktivitas. Transportasi umum pasti penuh. Tapi.." Chenle menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?"

"Aku suka bus penuh."

"Kau aneh, apa yang kau suka dari tempat sempit ini?"Byul berbisik kepada Chenle, agar tak terdengar orang lain.

Ckiiit.

Bus mengerem tiba-tiba, membuat orang orang di dalamnya kehilangan keseimbangan sehingga mendorong orang lainnya. Byul ikut terdorong juga, membuat dirinya menabrak orang yang lebih tinggi darinya.

Orang di depannya tadi.

Ia menabrak Zhong Chenle. Namun lelaki itu mampu menyesuaikan keseimbangannya dan memeluk menggunakan satu tangannya Byul agar tak terjatuh.

Lelaki itu tersenyum lalu berbisik, "Inilah kenapa aku suka bus penuh," lelaki itu mengangkat kepala Byul agar bisa menatapnya, "Aku bisa sedekat ini denganmu saat bus penuh," Chenle menaik turunkan alisnya.

Byul tak bisa berkata-kata. Bibirnya terus terbuka lebar sambil menatap Chenle. Gadis itu langsung membetulkan posisinya. Ia berdiri menatap jendela bus, sambil menetralkan detak jantungnya.

Sementara lelaki disampingnya pun tak jauh seperti dirinya. Perutnya seolah digelitik, membuat ia ingin terus tersenyum. Rasa geli itu seolah mengalir ke jantungnya juga. Memang sedikit aneh rasanya, namun entah kenapa Chenle menyukai sensasi aneh itu.

Setelah berdesak-desakan sekitar lima belas menit, Byul dan Chenle akhirnya dapat menghirup udara segar. Tidak sepenuhnya segar sih, karena udara Seoul sudah terkontaminasi dengan asap kendaraan meski tak parah.

Byul dan Chenle berjalan beriringan menuju sekolah. Tak ada yang membuka pembicaraan setelah kejadian di bus tadi. Chenle yang memulai hal itu, namun sekarang malah ia yang paling merasa canggung.

Happiness Star | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang