Byul memandangi laptop milik Chenle yang sedang menayangkan film Maze Runner. Byul sangat fokus dengan film menegangkan itu. Namun ia masih bisa merasakan pandangan dari samping kanannya. Ia pun menjeda film itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chenle.
"Kenapa?"
"Kau tahu?"
"Selalu pertanyaan itu.." Byul memutar matanya malas. Ia menatap kembali laptop hitam itu. Namun gadis itu kembali menatap Chenle setelah lelaki itu mulai bicara kembali.
"Ehehe, maaf sudah jadi kebiasaanku," lelaki itu terkekeh, "Kalau begitu akan kuberitahu~"
Byul mengambil bantal disampingnya lalu menjadikannya sebagai tumpuan.
"Geureom malhaejuseyo, Cheonleo-ssi~" gadis itu tersenyum paksa.
"Aku akan menceritakan rahasiaku,"
"Apa itu?"
"Aku melihat appaku bersama wanita itu," air wajah lelaki itu masih sama seperti sebelumnya, "Dan yang membuatku terkejut.. Mereka.." Chenle pun memonyongkan bibirnya sambil memejamkan matanya, "Kau tahu maksudku kan?"
Byul menatapnya khawatir, "Kau tak apa-apa?" dibalas oleh anggukan mantap dari Chenle,"Kau sangat kuat, Chenle-ya."
"Tentu saja! Pacar siapa dulu dong? "
Byul terkekeh, "Pacarku."
Chenle hanya tersenyum sambil memilin milin rambut Byul, "Karena aku udah ngasih tau rahasiaku, sekarang giliran kau."
Byul berpikir sejenak, "Eum.. Sepertinya aku sudah menceritakan semua rahasiaku padamu."
Chenle memicingkan matanya, "Sepertinya belum.."
Byul menerawang ke atas berpikir apa yang belum ia katakan pada Chenle, "Ah! Aku ingat," gadis itu menatap jemarinya, "Tapi itu terlalu memalukan, Chenle-ya."
"Aahh.. Kasih tau lah.. Jangan curang!" Chenle menatap sebal pada Byul hingga pipinya menggembung.
"Gak mau.. Nanti pasti kau akan tertawa mendengarnya."
"Baiklah-baiklah aku takkan tertawa," lelaki itu menatap Byul tanpa ekspresi.
"Janji ya?"
"Iya, bawel amat deh Byul."
Byul menjilat bibirnya sebelum berbicara, "Sebenarnya..Sejak aku masih smp, aku sangat ingin.." gadis itu menggantung kalimatnya.
Chenle tampak sangat penasaran apa kalimat selanjutnya.
"Bahkan hingga saat inipun," ia menatap Chenle memastikan lelaki itu tidak tertawa.
"Aku ingin mencoba berciuman!" gadis itu berkata dengan sangat cepat sambil menutup matanya karena malu.
"Pfftttt! Ahahahhaa, konyol sekali. Aku jadi membayangkan kau mencium bantalmu saat tidur, BWAHAHAHAH dasar byuntae," Chenle tak dapat menahan tawanya.
Wajah Byul terasa sangat panas hingga ke telinganya. Ia sangat malu, sungguh. Meski orang dihadapannya ini sekarang adalah pacarnya.
"Aku bukan byuntae! Aku hanya penasaran akan seperti apa rasanya," rasanya ingin Byul mengubur dirinya dan menghilang dari muka bumi ini, "Ah! Dan lagi kau mengingkari janjimu. Kau tertawa, ter. ba. hak. ba. hak," gadis itu menyilangkan kedua lengannya di dada.
Setelah itu ia mulai berbicara kembali, "Kau tahu kan kalau ingkar janji itu perbuatan yang sa-" Byul tak bisa melanjutkan kata-katanya setelah sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya.
Dapat ia rasakan hidung Chenle yang menyentuh pipinya, dan bibir lelaki itu juga menyentuh bibirnya Byul. Gadis itu memejamkan matanya, membuat detak jantungnya semakin terasa nyata. Tak pernah ia merasa semendebarkan ini sebelumnya. Gadis itu sangat menyukai kehangatan ini, kehangatan pada pipinya yang bersemu merah, juga hangatnya bibir Chenle. Rasanya cukup menyesakkan karena ia harus menahan napasnya, hingga akhirnya Chenle menjauh darinya.
Lelaki itu menatap Byul sambil tersenyum nakal.
Namun gadis itu masih terus menundukkan kepalanya. Senyuman terukir tanpa aba-aba, hingga akhirnya, "AHAHAHA," ia tak dapat membendung kebahagiaannya. Gadis itu tertawa dengan suara melengking.
Chenle hanya terkekeh.
Sedetik setelah mendengar kekehan Chenle, Byul mengubah ekspresinya. Ia tampak serius, "Kau mengingkari janjimu tuan Zhong," gadis itu menatap mata Chenle dengan tatapan garang, namun ia tak kuasa menahan senyumannya setelah melihat lelaki itu yang tersenyum dengan sangat ma.nis.
Lelaki itu mengabaikan pernyataan Byul mengenai dirinya yang ingkar janji. Masih dengan tatapan nakal ia bertanya, "Jadi bagaimana rasanya, nona Byul?"
Gadis itu tersenyum sangat lebar, "Rasanya sungguh tak bisa kujelaskan! Rasanya aku ingin meledak."
Chenle mengelus puncak kepala Byul, "Kwiyeowo."
"Niga deo kwiyeowo, Chenle-ya," gadis itu mencubit pipi milik Chenle.
Lelaki itu tersenyum hangat, "Jadi itukah ciuman pertamamu?"
Byul mengangguk malu-malu. Namun ia teringat mantan pacar Chenle, tiba-tiba ekspresinya berubah, "Tapi kau pasti sudah pernah berciuman sebelumnya kan?" gadis itu mengkerucutkan bibirnya.
"A.. Eum.. Soal itu, ya aku sudah pernah sih.." lelaki itu menggaruk tengkuknya.
"Tak adil."
"Kalau begitu, haruskah aku membuatmu merasa sebanding dengan mantanku?" lelaki itu menaik turunkan alisnya sambil menatap jahil ke arah Byul.
Gadis itu menjawab dengan tatapan polos, "Bagaimana caranya?"
"Mudah saja, aku hanya tinggal mengujanimu dengan ciuman. Dengan senang hati kulakukan."
Byul memukul lengan Chenle membuatnya terlihat semakin salah tingkah, "Tak perlu, dia sudah kalah telak denganku. Toh yang kamu sukai sekarang itu kan aku," Byul tersenyum bangga.
Chenle mengecup pipi Byul, "Byul-ah.. Kenapa kau makin menggemaskan setelah kita berpacaran. Aku jadi gemas."
Gadis itu hanya terkekeh ditambah pipinya yang memerah. Ia memeluk lelaki disampingnya dengan erat.
"Chenle-ya.. Kenapa aku makin menyayangimu setelah kita berpacaran? Aku jadi cinta lama-lama," gadis itu terkekeh.
"Tuh kan," Chenle balik memeluk erat Byul.
000
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness Star | Zhong Chenle
FanfictionDari sekian banyak orang, kenapa harus kau?