07

46 19 4
                                    


Hari ini aku telah bersiap siap dengan hati yang semangat. Bahkan aku tak terlalu terbebani dengan apa yang terjadi kemarin. Semua bagaikan angin lalu saja untukku. Hati yang sesak oleh perkataan seseorang itu terlupakan begitu saja. Yah, walaupun tidak seutuhnya lupa, namun tidur memang obat paling efektif untukku meredakan stress.

Pagi ini bu Minah bahkan menyiapkan pakaianku ke dalam koper. Ia berkemas dari pagi buta hingga matahari terbit menyinari kamarku. Aku tidak tahu kemana tujuan weekend kali ini yang papa siapkan. Sepertinya akan sangat jauh mengingat aku di bekali banyak sekali perlengkapan bahkan dengan baju santainya sekaligus.

Aku menatap pak Tono yang sedari tadi sibuk berdiri di depan pintu dengan berganti ganti menerima dan menelepon orang lain. Mungkin untuk memastikan bahwa semua persiapannya sudah siap? Karna samar samar yang sering kudengar dari percakapannya adalah kata "bagaimana?"

Karna penasaran, aku lalu menghampirinya yang baru saja memutuskan sambungan di telfonnya.

"Pak Tono , sebenarnya kita akan kemana sih? Ko sampai membawa koper segala?" tanyaku kepadanya.

Segera ia menoleh ke arahku yang berada di belakangnya. "Wah, non cantik sekali hari ini. Dan sepertinya memang persiapannya sudah selesai" ucapnya santai mengabaikan pertanyaanku.

"Ish pak, aku kan tanya kita akan kemana? Jangan mengabaikan pertanyaanku dong." ucapku agak cemberut

"Kita akan menginap non"

"Iya kemanaa?" ucapku tak sabar.

"Suatu tempat" ucapnya kini dengan senyum ramahnya menggodaku.

Aku tau jika kini pak Tono bertingkah seperti itu, maka dia tidak akan memberitahukannya kepadaku.

Papa memang telah mengajari pak Tono untuk menutup mulutnya dariku. Itu kadang membuatku jengkel karna tak bisa mengetahui apa yang akan papa rencanakan setelah ini. Namun pak Tono memotong aksi cemberutku itu dengan kembali berkata

"Nanti akan ada seseorang yang ikut dengan perjalanan kita kali ini non, dia adalah anak dari rekan bisnisnya papa non."

"Siapa?" timpalku dengan kedua alis beradu

"Seseorang" ucap pak tono dengan senyumnya sambil berlalu menginggalkanku membawa koper ke bagasi mobil.

"Ish, pak Tono nyebelin" ucapku seraya mengikuti langkahnya dan segera masuk ke dalam mobil.

"Tenang saja non, jangan khawatir. Semua sudah di siapkan. Nanti kita mampir ke cafe untuk makan sekaligus bertemu seseorang itu" jelas pak Tono ketika telah duduk di kursi kemudi.

"Hmm, oke" ucapku singkat lalu menatap ponselku yang penuh dengan notifikasi.

***

Selama perjalanan ini, aku hanya memainkan ponselku dan sesekali menatap ke luar kaca mobil menikmati pemandangan di sekeliling jalanan yang kulewati. Tetapi terkadang juga pikiranku mendadak terbayang oleh wajah si blasteran itu. Nicko. Yah, tak dapat di pungkiri memang aku terkadang masih memikirkannya. Tak jarang bayangan itu juga mendadak berubah menjadi mengerikan karna selalu terhalang oleh wanita yang menempel padanya.

Aku mulai heran jika mengingatnya dengan apa yang kulihat. Malah seperti aku tiba-tiba membayangkan apa saja yang sedang ia lakukan saat ini. Seperti menerobos masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi dan tak di ketahui olehnya. Aku melihatnya melakukan aktivitas kesehariannya dengan sangat jelas. Dan itu membuatku berfikir bahwa aku sudah gila dapat membayangkannya seperti itu.

Itu tak mungkin benar kan?

Setelah setengah jam lebih perjalanan, pak Tono mulai mengemudikan mobil untuk memasuki area parkir di dekat cafe. Setelah berhenti, lalu pak tono keluar dan membukakan pintunya untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang