#2 - Pengakuan

42 31 20
                                    

- Arka POV -

Benar, hidup ini memang keras. Buktinya, tanpa ada angin kini tubuhku tengah tersungkur di lantai karena baru saja di hajar oleh adik kelas sok jagoan itu.

"Rafa! Lo apa-apaan sih?!" Teriak Alena. Aku tersenyum miring. Ia sudah mulai care padaku, eh?

"Na! Ini semua gue lakuin kar-"

Alena menatap tajam lelaki itu yang sukses membuat ia terdiam. Aku bangkit sembari merapihkan seragamku.

"Ada masalah apa sama Arka?" Kenny bersuara.

"Kak, sorry sebelumnya. Masalahnya nggak terlalu penting juga kok."

"Oh gitu? And then, kenapa Arka di pukul kaya tadi?" Tanya Navy menaikkan alisnya.

Aku berdecak, "Udah, Vy. Mungkin dia salah orang."

"Maksud lo? Salah orang ke polisi siswa?" Ferdinand memicingkan matanya pada Alena dan lelaki itu.

"Sekali lagi, saya dan teman saya minta maaf, kak." Alena menunduk.

Seperti bukan Alena yang ku kenal.

Ferdinand tertawa, "Temen lo bisu? Suruh dia yang minta maaf!" Nada suaranya naik satu oktaf.

Alena menyenggol lengan temannya itu, "Raf.."

"Ah ya ya, sorry."

"Serius, dong!"

Aku terkekeh, lelaki itu memutarkan bola matanya. "Lah kisal bang?" batinku.

"Oke oke, gue minta maaf ya, Kak."

"Gimana, Ka?" Kenny menatap kearahku.

"Oke, gua maafin. Tapi," potongku. "Ada syaratnya."

"Dia," aku menunjuk Alena, "Pulang bareng sama gua."

"Apa lo bilang, hah?!" Teriak lelaki itu dan mendorong tubuhku.

"RAFA!" Teriak Alena dan sukses membuat lelaki itu melongo.

"Ya, oke oke. Gue pulang..... sama lo." Lirih Alena.

Aku tersenyum miring.

"Na! Tapi dia bakal-" Ucapannya terpotong,

"Nggak, Raf. Please, ngertiin gue!" Tutur Alena yang kemudian bergerak menjauh dan terlihat jelas ia memijat pelipisnya.

"Na! Alena!" Lelaki itu mengejar Alena.

Ye dasar kecebong hanyut di kali.

"NA, NANTI AKU KE KELAS KAMU YA!" Teriakku. Langkah Alena terhenti dan ia mengangguk.

"Ka?" Kenny menepuk bahuku.

"Ya, kenapa?"

"Sebenernya masalah lo apa sama mereka berdua?"

"Nothing."

"Ka, we're not stupid. Kalo emang gaada, kenapa tadi si manusia itu mukul lo?"

"Mungkin dia iri, kali?" Ucapku mengangkat kedua bahuku acuh.

"Iri kenapa, dah?" Kini Navy yang bertanya.

"Ya nggak gini juga, kaya diinterogasi dah gua." Mereka bertiga terkekeh. "By the way, gua geli liat tampang kalian yang sok cool kaya tadi ya. Jijik."

Kemny menaikkan alisnya, "C'mon, kita lagi pake jas kehormatan ini. Yakali dong gua ketawa cengengesan? Berpikir cerdas dong, Ka."

"Ah! Ngalihin pembicara lo, setan." Ferdinand mengibaskan tangannya di depan wajahku.

life-saverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang