2

1.5K 42 14
                                    

Hari demi hari aku lewati kisah cintaku, aku tetap menjadi sosok gadis yang mencintai seseorang di dalam hatiku. Aku tahu ini tidak akan berlangsung lama, karena setiap keinginan pasti ingin terpenuhi. Tapi ini adalah caraku mencintai seseorang dalam diam, aku tidak ingin mereka yang aku cintai sampai tahu. Karena cinta yang tulus adalah cinta yang saling mendoakan dalam sujudnya.

Dengan melihat dia dari kejauhan hatiku seakan bahagia, senyumnya bisa meneduhkan hatiku saat aku merindukanya.

•°•°

Beberapa hari ini Maulana tidak masuk sekolah, aku merasa khawatir terhadapnya terlebih lagi tidak ada surat keterangan bahwa dia tidak masuk sekolah.

Di sekolah, Maulana terkenal siswa yang pendiam, dia tidak terlalu banyak berbicara di kelas. Tetapi walaupun dia sedikit sekali jika berbicara, Maulana sosok siswa yang cerdas didalam pelajaran, dia sangat senang sekali pelajaran sejarah. Wawasan Maulana terhadap sejarah boleh diancungi jempol.

Entah mengapa beberapa hari ini Maulana tidak masuk sekolah, rasa penasaran didalam hatiku sudah tidak mampu lagi aku tahan, sehingga aku memutuskan untuk bertanya kepada Fakhri tentang keadaan Maulana. Fakhri adalah teman dekat Maulana, hanya Fakhri yang dapat berbicara lebih banyak kepada Maulana ketimbang teman kelasku yang lain.

Niatku untuk bertanya kepada Fakhri tidak bisa ditahan lagi "Fakhri kenapa ya  beberapa hari ini Maulana tidak masuk sekolah?" Hanya sebatas basi-basi yang aku lakukan untuk menanyakan kabar Maulana.

"Yang aku tahu Maulana sedang sakit sar, orang tua nya tidak ada di rumah sehingga tidak ada yang mengirimkan surat ke sekolah".

Aku terdiam dengan jawaban Fakhri, hatiku rasanya ingin bertemu dengannya, tetapi itu hal yang lucu karena aku tidak tahu caranya untuk melepas kerinduanku terhadapnya.

"Sebaiknya kita berbicara saja kepada wali kelas untuk menjenguk keadaan Maulana, apakah kau tahu dimana rumah Maulana?" Aku memberanikan diri mengusulkan untuk menjenguk Maulana.

"Ide yang bagus, iya aku tahu dimana rumah Maulana, Sar".

Aku maju ke depan kelas untuk  membicarakan perihal menjenguk Maulana kerumahnya, karena Maulana tidak masuk sekolah sudah hampir satu minggu lamanya.

"Teman-teman semua, mohon izin untuk waktunya, disini aku ingin mengajak kalian semua untuk ke rumah teman kita yaitu Maulana, karena beberapa hari ini dia sedang sakit, dan kebetulan Fakhri tahu dimana rumahnya, jadi aku punya usulan jika kalian mau, kita menyumbang membeli buah untuk Maulana, dan pulang sekolah ini kita ke rumahnya, apakah kalian keberatan?" Dengan wajah yang meyakinkan aku meyakinkan teman sekelasku, karena dengan cara ini aku dapat bertemu dengan Maulana dan meluapkan kerinduanku terhadapnya.

Aku sangat bahagia karena teman sekelasku sangat kompak dan mau mengikuti usulanku untuk menjenguk Maulana.

Tiba-tiba saat aku balik kebangku, ketiga sahabatku sudah melihatku dengan raut wajah yang sangat menggoda. Aku tahu ini merupakan cara yang paling konyol aku lakukan, aku tidak perduli dengan anggapan apa yang orang lain sana lontarkan kepadaku, karena rasa yang ada di dalam hatiku tidak bisa ditahan lagi untuk bertemu dengan Maulana.

"Hebat ya sekarang Sari banyak idenya untuk bertemu dengan Maulana" Fani berbicara dengan cara mengejekku.

"Aku tahu ini merupakan cara yang konyol yang pernah aku lakukan, tetapi aku khawatir dengan keadaan Maulana sekarang, hampir setiap malam aku memimpikanya, sehingga menurutku inilah cara yang bisa aku lakukan untuk bertemu dengannya" saat itu juga air mataku keluar, karena aku sudah tidak mampu lagi menahan rinduku untuk bertemu dengan Maulana, aku sangat merindukannya.

Pulang sekolah kami berkumpul di parkiran sekolah untuk menjenguk Maulana. Fakhri jalan paling depan untuk memimpin kami menuju rumah maulana.

Saat kami sudah sampai di rumah Maulana aku terdiam melihat keadaanya, wajahnya pucat tidak ada kebahagiaan yang tampak pada dirinya, seakan ingin hatiku memeluk dirinya melepas kerinduan yang tak bisa aku tahan, tetapi aku tahu aku bukan seseorang yang berarti untuk dirinya.

"Terimakasih sudah datang kerumahku ya, kok kalian bisa tahu alamat rumahku, aku tahu pasti Fakhri yang memberikan alamat ya" Dengan wajah bahagia Maulana menanyakan kepada kami.

"Iyaaaa bro aku yang memberitahu alamat rumahmu kepada teman-teman, karena ada seseorang yang khawatir dengan keadaanmu" Fakhri menjawab dengan tertawa.

"Eh siapa brooo yang khawatir sama aku?" Dengan raut wajah penasaran Maulana bertanya kepada Fakhri.

"Sariiii bro, dia penasaran dengan keadaanmu kenapa beberapa hari ini kau tidak masuk sekolah" Fakhri menjawab dan tertawa bahagia.

Rasanya aku ingin menutup mukaku dengan plastik, karena hatiku seakan tidak menentu "Hehehe aku kan teman yang baik, oleh karena itu harus perduli dengan teman sekelas" Aku menjawab dengan raut wajah yang santai. Tetapi didalam hatiku sangat malu sekali, rasanya aku ingin menerkam muka Fakhri.

Setelah kami sudah tahu tentang keadaan Maulana, kami memutuskan untuk pulang kerumah.

•°•°

Maulana POV

Saat teman-teman sekelas Maulana pulang kerumah, hati Maulana sangat senang karena sosok wanita yang ia cintai selama ini perduli dengan keadaanya.

Maulana sudah menyukai Sari saat pertama Sari masuk sekolahnya, selama ini Maulana tidak pernah menyukai wanita sampai secinta ini, tetapi kepada Sari, Maulana menjatuhkan hati kepadanya.

Maulana tidak bisa tidur karena masih terbayang didalam benaknya sosok Sari, rasanya sakit yang selama ini ia rasakan seakan sembuh seketika, dan ia memutuskan untuk masuk sekolah esok harinya.

•°•°

Author POV

Sesampainya dirumah aku sangat bahagia karena rasa rindu yang ada didalam hatiku terbalas juga, sudah lama aku merindukan Maulana dan akhirnya aku bisa bertemu dengannya.

Pagi ini entah mengapa aku sangat bahagia sekali, karena tadi malam aku bermimpi bisa bertemu dengan Maulana, aku berdoa semoga Maulana lekas sembuh dan bisa masuk kembali lagi ke sekolah.

Saat aku masuk kelas hatiku rasanya ingin terjun bebas, tepat didepan mataku Maulana sudah ada di kelas, rasanya aku ingin berteriak meluapkan kesenanganku terhadapnya. Tetapi aku tidak boleh menampakan kebahagiaanku yang berlebihan didepan Maulana, aku harus jaga sikap didepan Maulana.

"Eh Maulana sudah sembuh ya kamu?" Aku bertanya sekedar basa-basi.

"Hehehe Alhamdulillah sudah sar, terimakasih ya sudah mau menjenguk aku kemarin" Maulana menjawab dengan wajah yang gembira.

Rasanya aku ingin berteriak sekuat-kuatnya agar isi dunia ini tahu bahwa aku sedang bahagia sekarang. "Hehe iya sama-sama, eh kamu banyak pelajaran yang ketinggalan loh, apakah kamu mau meminjam catatan aku?" Aku memberanikan diri untuk menanyakan kepada Maulana.

"Terimakasih ya sar kamu telah perhatian denganku" Maulana tersenyum kepada Sari.

"Iya sama-sama mau, kita ini kan teman sekelas jadi harus saling membantu" aku memberikan seluruh catatan pelajaran kepada Maulana, karena aku tahu Maulana sedang membutuhkanya.

Ini merupakan awal kedekatanku dengan Maulana, entah mengapa beberapa hari ini aku semakin dekat dengannya, sesekali kami belajar kelompok bersama, saling menukar ilmu dan saling memberi masukan satu sama lain.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang