7

511 5 0
                                    

Author POV

Hari semakin sore, alam mulai melukis diatas awan dengan sangat indahnya, memanjakan mata yang lelah seharian beraktivitas.

Setelah kepergian teman dan sahabatku ke Singkawang kenapa hatiku tidak tenang ya? Aku selalu memikirkan sedang apa ya mereka disana dan apakah Maulana memikirkan aku juga? Sebenarnya aku sangat kecewa kepada mereka yang meninggalkan aku dirumah, dan tidak liburan di Pontianak saja.

Karena kebanyakan menangis aku memutuskan untuk tidur lebih awal, mungkin ini bisa membantu diriku untuk menenangkan pikiranku yang mulai kacau saat ini.

•°•°

Cuaca pagi sangat bersahabat sehingga aku seakan tidak ingin bangun. Karena saking malasnya untuk bangun aku sampai kesiangan. Saat bangun dari tidurku hal yang pertama aku cari pasti handphone. Saat aku membukanya ternyata banyak pesan dan panggilan masuk dari Fanni. Aku terkejut kenapa orang ini sampai segitunya kangen sama aku, biasanya kalau aku tidak mengangkat telephonenya pasti dia akan tau aku pasti sedang tidur.

Aku melihat ke jam dinding ternyata sekarang pukul 07:30 segera aku merapikan tempat tidur dan segera mandi.

Setelah selesai mandi aku membuka kulkas mengambil sosis ayam untuk menggorengnya. Entah kenapa pagi ini aku sangat lapar, mungkin karena aku kehabisan energi tadi malam karena kebanyakan menangis.

Saat aku tengah sarapan tiba-tiba handphoneku berbunyi, saat aku lihat ternyata Fani yang menelephone. Segera aku angkat, dan sekalian aku ingin bertanya kenapa tadi malam banyak sekali panggilan yang tidak terjawab darinya.

"Hallo assalamualaikum Fan, eh ada apa pagi-pagi kau menelephoneku? Tumben juga tadi malam kau menelephoneku? Pasti kau kangen aku ya hehehe" aku sangat senang sekali menggoda sahabatku ini.

"Waalaikumsalam, Ihhhh pede amat sih kau nih! Aku tu tadi malam kesepian jadi makanya aku menelephone kau! Jadi orang jangan pede amat kenapa sih Sar!" Fanni paling tidak suka dengan sifat Sari yang sangat terlalu pede, tetapi sebenarnya Fanni memang sedang kangen, dia tidak ingin memberitahu kalau dirinya memang sedang kangen dengan Sari.

"Hmmmm kalau kangen juga tidak apa kali Fan, kau suka malu jadi orang, tidak mau mengakui hahahahah" aku paling suka melihat Fanni ngambek kepadaku.

"Dah dah jangan buat aku bete kenapa sih Sar, ini masih pagi loh hmmm" Fanni tidak mau melanjutkan perdebatan dengan Sari.

"Iyaaa deh, eh iya kenapa kau menelephoneku pagi-pagi gini?"

"Ohhhh iya hampir lupa aku, aku sama yang lainya mau pulang ke Pontianak nih, kau tunggu kedatangan kami ya hehehehe"

"Ohhhh kirain aku apa, iya hati-hati dijalan ya, bilang yang anak cowok jangan ngebut-ngebut santai aja pulangnya, tidak apa lambat asalkan kalian selamat" aku senang mereka akan segera pulang ke Pontianak, tapi entah kenapa aku jadi malas nantinya melihat Maulana, karena dia yang mengusulkan untuk liburan ke Singkawang, coba dia tidak mengusulkan untuk liburan diluar pasti kan aku akan bisa juga ikut liburan hmmm.

"Hahahaha iya Sar, eh Maulana mau berbicara nih sama kau"

"Hmmmn aku lagi sibuk nih Fan, nanti saja ya bilang ke dia bicaranya, aku tutup dulu ya, bayyyyu muah" aku sengaja tidak mau berbicara ke Maulana, karena aku masih sakit hati dengannya.

•°•°

Maulana POV

Aku merindukan burung kecil itu,  aku sangat sedih melihat dia selalu terkurung didalam sangkar. Tetapi aku ini siapa yang seenaknya bisa membuka sangkarnya. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi tuan burung itu agar dia bisa bebas terbang kemana yang dia inginkan.

Aku mengibaratkan Sari sebagai burung kecil yang lucu, entah kenapa ingin rasanya aku bersama dia, menghabiskan waktu didunia ini bersamanya.

Aku dan yang lain sedang membereskan barang-barang untuk pulang ke Pontianak, tiba- tiba aku melihat Fanni sedang telphonenan, aku langsung berpikir pasti yang sedang telphonenan sama dia Sari, segera aku ingin berbicara kepada Sari, karena aku sudah tidak dapat menahan kerinduan kepadanya.

"Fannnnn, kau sedang telphonenan sama siapa?" Pura-pura aku menanyakan kepada Fanni.

"Sama Sari Mau, kenapa?"

"Ohhhh, bilang kepadanya aku ingin berbicara ya sama dia"

"Okeee, tunggu sebentar ya"

"Okee" aku senang sekali ternyata tebakan aku benar.

"Hmmm Mau, kau kurang beruntung, Sari lagi sibuk sekarang, katanya nanti saja bicara sama dia"

"Oh, hmmm iya nanti saja aku bicara sama dia" sungguh aku kecewa kenapa dia tidak mau bicara sama aku, aku yakin pasti dia sangat kecewa sama aku.

Setelah selesai mengemaskan barang, kami segera pulang ke Pontianak. Aku pulang dengan keadaan yang sedang tidak baik, aku sangat sedih karena liburan yang aku rencanakan tidak bisa bersama-sama dengan Sari.




Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang