Kriiiing kriiing...
Suara alarm beker terdengar jelas di telingaku, ternyata sudah subuh. Aku terbangun dan mengucek ngucek mataku, kumatikan jam beker ku yang terus berdering."Huaaah.." Ku tutup mulutku saat aku sedang menguap, jam menunjukkan pukul 04.30 "hah! Waktunya shalat subuh!" Aku langsung melompat dari kasur ku menuju tempat wudhu didekat dapur.
Saat menuju tempat wudhu, aku hampir saja menabrak rak piring yang ada di dapur disebabkan mataku yang layu karena masih mengantuk. Pagi ini aku bangun kesiangan karena tadi malam aku tidur sangat larut sekali kira kira pukul 23.00 . Ya, itu karena aku sedang belajar untuk tes masuk SMA yang kuimpikan dari dulu.
Namaku Fatimah, Siti Fatimah Az-Zahra, ayah menamaiku dengan nama putri Rasulullah tersebut. Memang, aku tidak memiliki sifat sempurna seperti putri Rasulullah, tetapi ayah ingin, kelak putrinya menjadi orang yang memiliki sifat seperti Fatimah Az-Zahra. Penyabar, penyayang, baik hati, patuh pada orangtua dan banyak sifat mulia yang dimiliki putri Rasulullah tersebut. Ya, walaupun aku tidak yakin akan memiliki sifat se sempurna itu, tapi aku akan mencoba nya dibantu didikan dari kedua orangtuaku tercinta.
Jam menunjukkan pukul 05.00 aku telah selesai shalat subuh, kemudian bergegas mandi. Karena tadi aku terlambat bangun, jadi mau tidak mau aku mengutamakan shalat subuh.
Mandi pun selesai, setelah itu aku kembali menggunakan seragam SMP ku, sebenarnya hari ini tidak wajib masuk, sekolah sudah bebas, kami juga telah mengadakan pensi atau biasa disebut perpisahan kelas 9 pada saat itu, tapi karena aku ingin mendaftar kepada guru SMP ku untuk ke sekolah yang ku impikan jadi aku harus tetap masuk sekolah.
Saat aku merasa malas untuk belajar dan menghafal Qur'an, aku mengingat kejadian saat perpisahan sekolah dimana ketika aku melihat teman teman ku yang mendapat juara pertama dari setiap kelas maju kedepan, untuk menerima penghargaan dan berkesempatan mengucapkan terimakasih kepada orangtuanya didepan banyak orang dengan tangis haru bahagia, tetapi aku tidak bisa membawa ayah dan mamah ku ke depan dan berkesempatan mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya dengan tangis haru bahagia, karena mereka telah merawat dan mengorbankan segalanya untuk masa depanku.
Aku tidak bisa membawa mereka kedepan, karena aku tidak mendapat juara kelas. Saat mengingat kejadian itu mataku mulai hangat dan basah, tanpa disadari air mata menetes jatuh. Jika mengingat kejadian itu, aku kembali semangat dalam belajar dan menghafal Qur'an.
Ya, cita cita dan tujuan utamaku adalah menjadi penghafal Al-Qur'an. Itu adalah mimpi pertama dan yang paling utama. Bahkan, aku menjadikan Hafidzhah sebagai "my first priority", kedua baru " make my parents happy". Entah kenapa menghafal Al-Qur'an membuatku menjadi tenang dan melupakan semua masalah yang aku pikirkan, aku juga terinspirasi dari seorang putri Ustadz Yusuf Mansur yang bernama Wirda Mansur dan juga Ustadzah Nabila Abdul Rahim, mereka seorang hafidzhah yang menjadi inspirasiku.
========
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
General FictionFatimah seorang anak yang baik, ramah, sholehah, ia juga sayang kepada kedua orangtua nya. Ia bercita cita membahagiakan kedua orang tua nya dengan cara menghafal Qur'an. Memang, ia tidak begitu pandai dalam akademik tapi untuk membahagiakan kedua o...