PART 3 : Pengorbanan Ayah

46 3 0
                                    

"Assalamualaikum, mamah" aku mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah, rasanya lelah sekali, padahal hanya mengisi formulir saja di sana "Waalaikumussalam, bentar nak" kata mamah buru buru membuka pintu.

"Udah pulang? Ga nyampe sore? Katanya ngobrol dulu sama Rani dan Nina?" tanya mamah. "Udah ko mah, bentar doang, lagian mereka mau ada acara masing masing katanya" jawabku sambil meraih tangan mamah untuk salim. "Oh gitu, yaudah sana ganti baju, makan, terus kamu istirahat yah, jangan lupa belajar, sebentar lagi kan kamu mau tes" kata mamah sambil menutup pintu.

"Oke" jawabku sambil membuka sepatu dan menaruhnya di rak sepatu depan.

                          ............

"Haduh panas banget diluar" kataku sambil menghempaskan dan merebahkan badan di kasurku. Aku kembali memikirkan kejadian di ruangan bu Eni tadi, dan bertanya tanya dalam benakku, Rafael bertanya kepadaku? Apa benar? Ah sudahlah, mungkin hanya sekedar bertanya biasa.

"Fatimah, sini makan, udah siap nih" suara mamah memanggilku untuk segera menuju ruang makan. "Iya mah" jawabku, dan aku langsung berlari menuju ruang makan.

"Fatim, kamu mau dibawain apa, nih ayah nelfon nanti sore ayah pulang katanya" kata mamah sambil memberikan handphone nya kepadaku. "Assalamualaikum, ayah?" kataku menjawab telfon dari ayah "Waalaikumussalam, Fatim mau dibawain apa? Ayah pulang awal nih" tanya ayah, yang sepertinya sedang dijalan karena suasananya sangat berisik oleh kendaraan.

Ayah bekerja menggunakan motor, kami keluarga sederhana, aku anak tunggal dari pasangan ibu Ayu Rosmalia dan bapak Aji Wibowo, kami juga tidak memiliki mobil. Tapi aku bersyukur, Allah telah memberiku orangtua yang sayang kepadaku.

"Terserah ayah ajadeh, tapi yang paling penting ayah pulang dengan selamat kerumah, itu aja hehe" jawabku sambil tersenyum, mamah tersenyum dan mengelus kepalaku. "Anak ayah pinter, yaudah nanti ayah kasih sesuatu kalo udah pulang yah, tunggu oke" kata ayah semangat "oke ayah" jawabku.

"Yaudah, udah dulu yah, salam buat mamah. Assalamualaikum" kata ayah "waalaikumussalam yah" jawabku sambil menutup telfon dari ayah.

                          -----------

"Yaudah, kamu makan yah, nih ayam balado kesukaan kamu" kata mamah sambil mengambilkan makanan kesukaanku itu dan menaruhnya di piring.

"Waah, makasih mah" kataku sambil melihat makanan kesukaanku itu, mamah hanya tersenyum. "Ohiya mah, ayah udah makan belum yah, ini udah mau dzuhur kan? Kasian ayah" tanyaku pada mamah "iya Fatim, kita sisain buat ayah, kayanya juga di kantor, ayah udah makan deh?" jelas mamah menenangkan.

Aku tersenyum dan mengangguk, kemudiam melanjutkan makan.

                      ::::::::::::::::

"Allahu Akbar, Allaaahu Akbar!" Adzan berkumandang, waktunya shalat dzuhur, "Fatim, udah dzhuhur nak, shalat dulu gih" perintah mamah dengan lembut, "iya mah" jawabku, sambil berdiri dan melangkahkan kaki menuju tempat wudhu.

Pukul 02.00

"Tiin, tiin" suara motor ayah! Kataku sangat antusias menyambut kedatangan ayah. Aku pun berlari keluar untuk bertemu ayah, ayah sepertinya sangat lelah sekali dan agak pucat seperti belum makan, ibu datang dan segera membawa tas ayah ke dalam.

"Ayah, ayah ko cepet banget pulangnya?" tanyaku penasaran sambil menggandeng tangan ayah.

"Iya nih, kebetulan ayah kerja setengah hari" kata ayah sambil melemparkan senyum kepadaku. Sepertinya, ada yang ayah sembunyikan dari ku.

Saat ayah berjalan dan ingin duduk, ayah terlihat lelah sekali dan mukanya pucat, apa ayah sakit? "Ayah, ayah sakit yah?" Tanyaku penasaran.

"Nggako, ayah ga sakit. Cuma cape sedikit nanti juga sehat lagi. Ohiya ada makanan buat Fatim, tadi temen ayah ngasih buat ayah, tapi ayah keinget Fatim" jelas ayah berusaha berbicara dengan menunjukkan bahwa dia baik baik saja.

Padahal aku tahu sepertinya ayah sakit dan belum makan.

                      """"""""""""

Saat aku habis dari kamar mandi, tanpa sengaja aku mendengar ayah dan mamah berbicara

"Mah, tadi di kantor sakit maag ayah kambuh, kepala ayah pusing, badannya juga agak meriang" kata ayah sambil merebahkan badannya.

"YaAllah, ayah belum makan? Ga makan dulu yah? Terus makanan yang ayah kasih buat Fatimah? Kenapa ga ayah makan dulu, belum lagi ayah kan naik motor, pasti masuk angin" jelas ibu panjang lebar, ibu benar benar khawatir.

"Udahlah gakpapa mah, ayah keinget Fatim, lagian juga pas di telfon ayah udah bilang mau beliin sesuatu buat Fatim, tadinya mau beliin tas buat Fatim masuk SMA, tapi uang ayah belum cukup, kalo yang murah banget takut tas nya ga awet, jadi yang ada aja ayah kasih buat Fatim" kata ayah menjelaskan dengan tenang.

"Yaudah, sekarang ayah istirahat aja" kata mamah sambil merapihkan kasur.

Setelah aku mendengar itu, aku langsung berlari menuju kamarku, kututup pintu kamarku.

Aku terduduk diatas kasur, tiba tiba air mata menetes di kedua pipiku, tanpa disadari air mataku mengalir deras.

Aku berdoa dalam hati "YaAllah, begitu besar pengorbanan ayah kepadaku, ia tidak makan demi aku. Tapi, apa yang bisa aku beri kepada ayah. YaAllah, aku tidak bisa seperti teman teman yang lain, yang menjadi juara kelas dan bisa membanggakan orangtuanya. Betapa beruntungnya Rafael, yang bisa membawa ibunya kedepan saat perpisahan untuk mengucapkan terimakasih didepan banyak orang, dengan tangis haru bahagia, karena dia seorang ketua osis dan mendapat juara kelas, tapi apa yang bisa aku berikan, YaAllah.." disitu aku menangis tersedu sedu.
                       ..............

Pahlawan Tanpa Tanda JasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang