3

4.3K 150 1
                                    

DUA MINGGU BERLALU, suasana hati Aelyn tetap murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUA MINGGU BERLALU, suasana hati Aelyn tetap murung. Pikirannya sepertinya tidak benar-benar berada di tempat, dia masih menunggu kabar tentang Winter, sahabat semasa kecilnya yang mengalami kecelakaan dua minggu yang lalu dan belum juga sadarkan diri. Wajahnya tampak lesu karena beban kekhawatiran dan perasaan bersalah yang dia rasakan.

Sesaat langkah Aelyn tiba-tiba terhenti saat dirinya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat hari itu. Dia melihat Kenan yang merupakan tetangga sebelah apartemenya itu, berjalan bersama seorang perempuan dan seorang anak kecil. Mereka tertawa riang, dan kelihatannya mereka baru saja memasuki lingkungan apartemen .

Tatapan Aelyn terpaku pada adegan itu, untuk sepersekian detik dia merasa kecewa tanpa sebab, seolah-olah dia baru menemukan fakta baru mengenai lelaki itu. Dan perasaan tidak nyaman langsung menghampiri, mengingat bagaimana dirinya dan Kenan beberapa waktu ini.

"Ternyata sudah punya anak," celetuk Aelyn, seakan mencoba menyimpulkan situasi yang dia lihat. Walaupun, dia sadar bahwa dia tidak memiliki cukup informasi untuk mengambil kesimpulan yang pasti. Dia tidak tahu apakah perempuan itu istri Kenan, atau mungkin saudara atau teman dekat.

Tapi sekali lagi apa pedulinya? Toh dia tidak ada hubungannya dengan lelaki itu. Mereka hanya sekedar teman sekelas dan tetangga sebelah kan?

Akan tetapi perasaan cemas yang datang secara tiba-tiba itu membuat Aelyn kembali terbelenggu pada ingatan akan kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu hingga dirinya bisa berakhir disini. Kenangan buruk akan skandal gila itu mengisi pikiran Aelyn, takut jika dia membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Dalam hati, Aelyn bertanya-tanya apakah dia harus mempertanyakan Kenan tentang perempuan dan anak itu. Tetao, dia juga tidak yakin apakah dia punya hak atau alasan untuk melakukannya. Dia melanjutkan langkahnya untuk menaiki lift. Tapi sebelum itu dia sebenarnya sudah menunggu agar lift yang dinaikin Kenan beranjak lebih dulu. Tetapi sepertinya Kenan menyadari kehadirannya.

Kenan menahan pintu agar tidak segera tertutup dan menyuruh Aelyn untuk masuk bersama mereka. Kecanggungan lagi-lagi menghantui Aelyn. Beberapa kali dia mencoba menghindari Kenan yang terlihat menatapnya melalui pantulan kaca di dalam lift. Aelyn merasa tak nyaman dengan perempuan yang berdiri di samping Kenan, akhirnya dia memutuskan untuk fokus pada ponselnya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatiannya.

Perempuan itu tampak asyik dengan ponselnya sendiri, tanpa terlalu memperhatikan keadaan sekitar. Saat pintu lift akhirnya terbuka, Aelyn sengaja membiarkan Kenan dan yang lainnya keluar lebih dulu. Dia mencoba untuk menutupi rasa tidak nyamannya dengan tindakan itu, berpura-pura seolah-olah dia memiliki alasan untuk tetap di dalam lift.

Namun, Kenan yang sejak tadi mengamati situasi itu segera menyadari tindakan Aelyn. Dia tidak langsung meninggalkan lift, malah bertanya dengan nada penasaran, "Kamu tidak turun?"

Aelyn merasa terperangah, tetapi dia cepat berpikir dan memberikan jawaban palsu, "Tidak, saya mau ke supermarket di lantai bawah ada yang kelupaan saya beli."

SerenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang