[8] Hukuman

67.7K 9.4K 4.4K
                                    

Upin menggebrak meja membuat seisi kelas terkejud.

"Woy ngapa lu, Pin?" tanya Ekhsan yang sedang mengemut kwaci, untung nggak keselek.

"Si Sibong itu yak, sianjay kenapa pembina klub renang gua harus seorang youtubers? Kenapa?" gerutu Upin dengan diiringi drama pagi.

Kemarin sebelum dirinya dan Dzul pulang, Upin menghampiri Sibong yang mengatakan bahwa hukuman untuk mereka telah ditentukan.
Hukuman yang tepat untuk mereka berdua adalah mencari 1000 subscriber untuk akun SibongTV dalam kurun waktu sehari. Iya, satu hari.

Upin tidak habis pikir mengenai hukumannya, salah satu alasan ia masuk klub renang yaitu karena hpnya masih nexian. Iya, nexian.

Karena klub Masak mengharuskan untuk mengabadikan proses memasak yang otomatis membutuhkan hp canggih. Klub Masak pun Upin blacklist.

Klub Sastra, kumpulan para penyair yang kerjaannya mengupdate hasil puisinya di sosmed. Klub Sastra, ia blacklist juga.

Remaja Mushola, bah! Upin punya banyak koleksi video terlarang. Rasanya ia tak pantas memasuki organisasi itu.

Dan pilihan terakhir jatuh pada Klub Renang, klub yang juga diikuti oleh Nurul.
Klub Renang pun tidak membutuhkan hp canggih, jadi dengan senang hati Upin memilihnya.

Namun momen kampret berawal dari pertengahan ia mengikuti kegiatan klub terjadi.
Dan semuanya gara-gara Dzul, cowok pengabdi Ijat itu sedang dalam mode senggol bacok karena Ijat mengabaikannya demi video musik berjudul DNA.

Jadi dengan perasaan gondok, Upin membawa Udin, lumba-lumba jantan peliharaannya ke kolam renang yang berakibat mengganggu kenyamanan publik.
Upin bermaksud menghibur Dzul karena ia tahu cowok itu suka yang jantan-jantan tapi lucu/?
Dan memang berhasil, Dzul terlihat senang, tetapi selang beberapa jam ada lima orang yang terkena sundulan maut si Udin di daerah sensitif/?
Sibong saat itu masih memaafkannya.

Lalu satu bulan yang lalu, Dzul ingin mempunyai otot bisep--karena Ijat saat itu menyukai lelaki yang macho--sehingga merayu Upin agar menemaninya olahraga setiap pagi sebelum bel masuk.
Rayuan Dzul sih sederhana, sebatas "Upin! Lu mau si Nurul bertekuk lutut kaga? Olahraga bareng gua yuk!"
Iya sebatas itu.

Tidak tanggung-tanggung, olahraga yang dilakukan keduanya yaitu push up 500 kali dan lari mengelilingi lapangan sebanyak 500 putaran. Gak paham lagi.

Dan berimbas pada air kolam yang surut, bayangkan saja, masa' setiap 5 menit sekali mereka menyedot air kolam menggunakan selang.
Dan parahnya hari itu sedang mati lampu.
Sibong pun masih memaafkan mereka.

Dan yang terakhir sebenarnya tidak parah-parah amat, pikir Upin.
Si Dzul kan cuma nggak memperhatikan doang.
Tapi satu yang Upin tidak tahu, Sibong itu haus perhatian.

"Lu mau pinjem hp gue dulu nggak, Pin?" Ipin menawarkan hp Siomaynya yang didapat dari give away minyak GPU.

Upin merasa tertohok, tidak. Biarpun ia kesulitan ia tidak akan merepotkan sang adik. Gengsi sih sebenernya.

"Gue nggak merasa di repotkan." tambah Ipin seolah mengetahui isi pikiran kakaknya.

"Makasih ya, Ipin. Kita pinjem dua hariii aja." Dzul yang baru datang langsung mengambil hp yang disodorkan Ipin.
Cowok itu bahkan tidak mempunyai hp, benar-benat tidak bisa diandalkan.

"Satu hari aja!" ucap Upin menatap tajam Dzul.
Sebenarnya Upin kasihan juga sih sama Dzul, remaja jaman jigeum tapi gak punya hp.
Dzul pernah curhat kalo sebenarnya dia itu pengen kayak remaja lain, tapi apa daya.
Dzul kan sebatangkara sejak neneknya meninggal setahun yang lalu menyusul oppahnya.

When Upin Ipin Are AdultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang