28 Oktober 2012
Suara tembakkan terdengar di sepanjang jalan itu, mobil-mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi saling mengejar satu sama lain seakan maut tak akan jadi masalah saat mereka bertabrakan.
Tangan pria itu dengan lihai memasukkan peluru kedalam pistolnya, bahkan ia melakukannya sambil menyetir mobil, tembakkan tak meleset untuk menembak lawannya itu. Pria itu adalah Oh Sehun.
"Kai ? kau masih disana ?" ucapnya dengan nafas tergesa gesa.
"aku terkepung, mobil Chanyeol sudah terbalik."
"damn!" ia membanti handytalkynya sembarangan dan kembali menembak ke setiap musuhnya, namun keberuntungan tak berpihak padanya, ia sudah dikepung dari segala arah.
CITTTT...
Ia terpaksa menghentikan mobilnya, hanya decakkan kesal yang bisa ia keluarkan, tak lama kemudian hanya suara pukulan yang bisa terdengar.
BUGH..
BUGH..
Wajahnya yang berkulit putih itu sudah dihiasi dengan lebam dimana mana, darah mengalir dari sudut bibirnya, kepalanya sudah pusing, tapi pukulan dari segerombolan pria itu tak henti hentinya menghujam tubuhnya.
"Hentikan!"
Ia tak bisa melihat itu siapa, pandangannya masih buram, tapi ia bisa tau itu adalah suara seorang wanita. Sehun berusaha keras menetralkan kembali pandangannya, bertepatan dengan segerombolan pria itu membuka jalan.
Seorang wanita berjalan dengan anggun diatan sepatu higheelsnya itu, tak lupa sebuah kacamata hitam menutupi matanya dari terik matahari, Sehun semakin menetralkan pandangannya untuk mengetahui siapa wanita itu.
"Halo Oh Sehun."
Deg! Lidah Sehun tercekat, baru saja ia ingin memaki, tapi suara itu, itu tidak asing baginya, saat ini ia benar benar berharap ini semua hanyalah khayalannya saja.
"I-Irene." ucapnya terbata bata.
"kenapa ? apa kau terkejut melihatku ? padahal kita baru bertemu kemarin malam." ucapnya sambil membuka kacamatanya.
"pasti kau sangat kaget ya, hmmm... kenalkan, namaku, B-A-E Irene, anak dari B-A-E Junmyeon, musuhmu, harusnya kau menanyakan nama lengkapku, sebelum jatuh cinta padaku." ucapnya dengan seringaian kecil di mulutnya.
"aku tak percaya ini." lirih Sehun pelan.
"why ? aku yang merencanakan ini semua, mulai dari pertemuan kita, sampai dengan detik ini, kau ingat ini tanggal berapa ? 28 Oktober 2012, tahun lalu, pada tanggal yang sama ayahku terbunuh di markas besar ayahmu, ingat ?" ucap Irene sambil mendorong kepala Sehun dengan telunjukknya.
"tidak ada yang membunuh ayahmu." ucap Sehun tegas.
"kau masih mengelak rupanya, ckck, kau fikir kalian semua bisa tenang setelah itu ? perlu kau catat, aku masih hidup, dan dendam itu akan terus ada."
"untuk apa semua ini ? ayahku bahkan menerima hukuman yang tak seharusnya ia dapatkan."
"tak seharusnya ? betapa beruntungnya ayahmu, dia hanya dihukum mati tanpa merasakan penderitaan, mungkin dia beruntung, tapi aku akan membuatnya sedih dengan menyakiti kau, anak kesayangannya."
"ckck, ayahmu yang membunuh dirinya sendiri, bodohkan." ucap Sehun sambil tertawa kecil.
"sialan, kau akan mati ditanganku !" Irene langsung mengarahkan pistolnya ke arah kepala Sehun.
"ah... ini terlalu ringan, berikan aku pisau." Irene mengambil pisau dan meletakkan pistolnya.
SRRTTT..
"aku anggap ini hukuman untuk ayahmu." Ucap Irene sambil menatap darah segar yang mengalir dari lengan Sehun yang terluka lebar karna besetan pisaunya yang tajam.
SRRTTT..
"ini yang kedua, karna kau memaksaku untuk kencan waktu itu, itu sangat menjijikan."
SRRTTT..
"Ini yang ketiga, karna kau telah mengejek ayahku bodoh."
SRRTTT..
"ini yang terakhir, aku tak punya alasan, tapi aku hanya ingin menyiksamu." ucapnya sambil melipat pisau nya dan menyerahkannya kepada bodyguard nya.
"ARGHHH!" Irene dengan sengaja menginjak lengan Sehun yang terluka dan berbalik ketempat mobilnya berada.
"tunggu."
"t-terimakasih untuk seminggu yang indah ini, kau membuatku mengenal apa itu cinta." lirih Sehun pelan.
Irene hanya diam dan kembali berjalan ke arah mobilnya meninggalkan Sehun yang sudah tergeletak tak berdaya di jalan.
Irene kali ini sukses, benar benar sukses menghancurkannya, bukan hanya fisik, tapi juga perasaannya.