"UHUK..UHUK.." Irene segera bangkit dari tempat tidurnya dan berlari menuju ke toilet untuk menumpahkan seluruh isi perutnya.
huekkk.. huekkk
"keluarkan saja." Sehun tiba tiba datang memijat leher belakang dan menahan rambut Irene agar tidak terkena muntahan.
Irene menyandarkan badannya kedinding dan menarik nafas panjang, kondisi badannya tidak fit, tangannya terluka, ah semuanya benar benar hancur.
"maaf merepotkan." lirih Irene saat Sehun memapah dan mendudukkannya di kasur.
Sehun hanya diam dan menatap wajah Irene yang masih pucat, keringatnya mengalir sampai ke pipi, bibirnya kering, Irene terus terusan menunduk dan tak berani menatap mata Sehun sama sekali, mengingat kejadian kemarin malam, rasanya sangat canggung.
Irene merasakan sesuatu membelai wajahnya, Sehun baru saja mengelap keringatnya menggunakan tisu, tatapannya teduh dan terlihat gurat khawatir disana, hati Irene kembali berdesir, ia terjebak dalam pesona Sehun.
"Kau sepertinya sangat kelelahan." tanya Sehun sambil tetap mengelap keringatnya yang hanya dibalas anggukkan pelan oleh Irene.
"hun..."
"ya."
"aku minta maaf kejadian kemarin." ucap Irene tulus lalu menundukkan kepalanya.
Sehun mengelus puncak kepala Irene dengan lembut, "bukankah kita memang bermusuhan sejak dulu ?" ucapnya tenang, benar memang, namun kebenaran ituembuat sebersit sakit hati didada Irene, padahal ia sendiri yang duluan membenci Sehun.
"kau benar, aku lupa." Irene meringis pelan.
Hening, tak ada pembicaraan, Irene diam dambil memijat kepalanya, dan Sehun sibuk memainkan handphonenya menghubungi Chanyeol untuk mengetahui kabar Yeri.
"aku kembali ke kamar dulu." Sehun beranjak dari tempat tidur dan kembali kekamarnya.
Irene mengangguk pelan, dan menatap punggung Sehun yang perlahan lahan mulai hilang dari pandangannya, ia mengambil handphonenya dan menatap wallpapernya, tentu saja foto nya, adiknya dan ayahnya.
"Mark, aku tak menyangka kau pergi secepat ini,"
"bahkan kau mati dengan mengenaskan,"
"harusnya aku menyelamatkanmu waktu itu."
Irene menutup matanya dan dan menarik nafas perlahan, isakkan nya pelan sekarang sudah menjadi kencang dan terdengar seperti raungan.
"noona.."
"noona.."
"noona, Mark takut."
Irene menutup telinganya, suara itu, suara itu kembali terngiang ditelinganya dengan sangat jelas, ia tak bisa, sudah hampir beberapa minggu bayangan itu hilang, namun kini kebali lagi.
"tidak, kumohon jangan sekarang." isak Irene, ia tau ini dampak traumanya, tapi ia tak bisa menghindarinya.
"MARRRRKKKKKKK." Irene meraung raung keras ia menutup telinga dan matanya dengan kencang.
"maafkan noona"
"maafkan noona"
Irene mencengkram telinganya agar suara itu hilang dari indra pendengarannya, namun tak ada hasil, memori pembunuhan itu kembali berputar diotaknya.
BRAKK!!
Sehun berlari dari kamarnya setelah mendengar teriakkan Irene.
"ada apa ini ?"