Irene baru saja selesai merapikan baju dan keperluan lainnya, aroma sedap lewat dari indra penciumannya, membuat perutnya merasa lapar.
Irene segera keluar dari kamarnya dan mencari asal aroma sedap itu, dilihatnya punggung lebar Sehun dari belakang, laki laki itu sedang sibuk berkutat dengan pekerjaan dapurnya, ahh.. rasanya Irene meleleh melihat Sehun dengan pakaian rumahannya memasak benar benar seperti suami idaman.
"kau sampai kapan mau menatap ku terus ?" tegur Sehun yang membuat Irene tersadar dari lamunan gilanya.
Wajah Irene berubah menjadi merah padam saat Sehun mendapatinya sedang menatapnya diam diam, "a-aku lapar hehe." ucap Irene gugup.
"aku memasak jjangmyeon, ini untukmu." ucap Sehun sambil menyodorkan sepiring mie kedelai hitam itu kepada Irene.
Irene tersenyum duduk dihadapan Sehun, pertama ia sangat suka jjangmyeon, kedua dia sudah lama makan bersama, biasanya ia menghabiskan makanannya sendiri, ketiga entah kenapa ia merasa senang Sehun memasakkan jjangmyeon untuknya, tapi ia segera menepis pikirannya dan kembali bersikap santai.
Irene menegukkan ludahnya beberapa kali sambil menatap Sehun yang sedang menikmati jjangmyeonnya dengan tenang, dan Irene hanya bisa menatapnya dengan gelisah, bayangkan saja jangankan memegang sumpit, ia rasa tangannya juga tidak bisa memegang sendok sekalipun. Ia ingin mencoba menggunakan tangan kirinya tapi ia tahu itu susah, dan takutnya malah terkesan memberi kode kepada Sehun, akhirnya Irene memilih dia dan bersikap setenang yang ia mampu.
Sehun menghabiskan makanannya dengan cepat dan meninggalkan Irene sendirian diruang makan, piringnya ia masukkan kedalam mesin pencuci piring, lalu pergi kekamar.
Irene menghembuskan nafasnya kasar dan meletakkan kepalanya diatas meja, "ahh, apa dia tidak bisa membantuku, bagaimana aku bisa makan jika tanganku seperti ini,haisshhhh." keluh Irene, ia benar benar lapar.
"ehmm."
Irene menghentikan celotehaannya setelah mendengar suara yang tak lagi asing ditelinganya, siapa lagi kalau bukan bos dan sekaligus mantan kekasihnya itu, Sehun. Irene tidak berani mengangkat kepalanya, ia takut kalau Sehun mendengar ucapannya tadi.
"kau tak bisa makan karna tanganmu ?" tanya Sehun.
"bisa, aku bisa menggunakan tangan kiriku."
"lalu kenapa kau tak makan ?"
Irene terdiam dan tangan kirinya mengambil sumpit dengan ragu, ia tidak mau terlihat lemah didepan Oh Sehun, ia berusaha keras mencapit mie itu tapi hasilnya nihil, bukannya mencapit tapi sumpit itu terjatuh dari tangan Irene.
"AAAAAAAAA!!" teriak Irene frustasi, rasanya ia ingin memukul Sehun karna menatapnya terus tanpa ada niat menolong.
"sudahlah aku tak jadi makan."
Irene bangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi meninggalkan ruang makan, namun Sehun dengan sigap menahan tangan Irene yang mebuat langkah Irene terhenti, "makan dulu." ucap Sehun dingin tapi membuat jantung Irene berdetak tidak karuan.
"tidak usah." ucapnya
"aku akan menyuapimu."
Irene terdiam namun lagi lagi ia menatap Sehun dengan malas, "lepaskan, aku tidak mau." Ia menghentakkan tangan Sehun dengan keras dan pergi kekamarnya, namun bukan Sehun jika tidak pemaksa, ia menarik Irene dengan paksa yang membuat Irene jatuh tepat dipangkuannya, jarak wajah mereka sangat dekat, mata mereka beradu, bahkan keduanya bisa merasakan deru nafas satu sama lain.
Irene mematung, ia ingin bangkit, tapi kakinya terasa sangat lemas bahkan mulut bawelnya itu tidak lagi bisa berbicara dan jantungnya berdetak tak karuan.