"k-kau ?" Rahang Irene mengeras melihat pria itu muncul lagi dihadapannya, siapa lagi kalau bukan Oh Sehun.
"iya aku, apa kau mengingatku ?" tanya Sehun sambil mengangkat salah satu alisnya dan tersenyum miring .
Irene membalas seringaian Sehun tak kalah tajam, "tentu saja, mana mungkin aku melupakan pembunuh." ucap Irene membuat Sehun mengepalkan tangannya.
"terserah apapun anggapan mu." ucap Sehun lalu duduk di meja kerjanya.
"jadi kau ingin melamar pekerjaan rupanya, kenapa ? apa kau menjadi mafia gagal sekarang ? atau mempunyai rencana untuk membunuhku lagi ?"
Irene menatap Sehun tajam "kalau aku tau kau bosnya, lebih baik aku tidak bekerja disini." ucap Irene sengit dan menarik dokumen lamaran kerjanya dari meja Sehun.
"aku permisi." ucap Irene lalu beranjak dari tempatnya sekarang.
Langkah Irene terhenti saat sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya, "aku belum mengusirmu." ucap Sehun lalu membalikkan badan Irene dan memeluknya erat, Irene terdiam, badannya kaku, ia bersumpah ingin memukul Sehun sekarang, tapi, pelukan ini, ia sangat merindukannya setelah sekian lama, ini benar benar nyaman.
"kau perlu tau satu hal, aku satu satunya orang yang akan membuatmu terbaring didalam peti mati." bisik Sehun dan langsung mendorong Irene dari pelukannya dengan kasar.
"Kau melakukan kesalahan besar telah melakukan permainan ini dengan seorang Oh Sehun." tatapan mata Sehun berbah menjadi tajam dan penih kebencian, ini pertama kalinya Irene melihat ini, bahkan saat ia menyakiti Sehun, ia tak menatap Irene setajam ini.
Irene berusaha membalas tatapan tajam dengan seadanya, walaupun tak dapat dipungkiri ini pertama kalinya ia melihat Sehun se marah ini.
"silahkan keluar, besok datang jam 08.00 pagi, kau kuterima jadi sekertarisku." ucap Sehun sambil mengambil surat lamaran Irene.
Irene membulatkan matanya sempurna, "aku lebih baik melamar diperusahaan kecil." ucap Irene sengit.
Sehun tertawa kecil, "cobalah melamar dikantor lain, kupastikan, tak akan yang menerimamu." ucap Sehun.
"oh, atau kau ternyata tidak bisa melupakanku ?" ledek Sehun sambik tersenyum miring.
"jangan berkhayal."
"apa kau takut terpesona dengan ketampanan ku ?"
"aku bahkan masih ingin membunuhmu sampai sekarang."
"atau kau merasa bersalah karna telah melukaiku ?"
"tidak sama sekali."
"hmm, sudah kusimpulkan, kau takut menghadapiku."
"TIDAKKK !" teriak Irene dengan suaranya yang melengking, "aku tak takut siapapun, besok aku akan datang menjadi sekertarismu! aku pergi !" teriak Irene dengan wajah kesalnya, ia pergi dengan membanting pintu.
Sehun tersenyum kecil melihat tingkah Irene yang menghentakkan kaki pendeknya itu saat keluar dari ruangannya, ia tak tau apakah Irene belajar bertingkah imut setelah berhenti menjadi mafia, atau apapun.
"aku tidak akan tertipu kali ini, Bae Irene." ucap Sehun dalam hati.
*
Sehun masuk kedalam ruangannya dengan wajah tak bersahabat, hari ini mood nya benar benar tidak baik, mimpi buruk yang selalu ia alami membuat ia takut untuk terlelap, tidak ada yang tahu, bahwa seorang Oh Sehun yang terlihat kuat dan angkuh ini sebenernya terlalu rapuh untuk menghadapi hidupnya.
Hampir setiap malam bayang bayang ayahnya dihukum mati selalu muncul dimimpinya, rasa sakit saat tangannya di lukai oleh pisau itu selalu terasa pada saat malam, rasa waspada nya setiap malam selalu ada membuat ia hanya bisa tidur setidaknya 2 jam dalam sehari.