[Disclaimer : One Piece hanyalah milik Oda, saya disini untuk membuat cerita fiksinya saja~]
---------------------------------------------------------
Nami tidak bisa mengendalikan kepanikannya, terlebih lagi saat pendingin ruangan mall itu sengaja dinyalakan oleh si penjaga. Tubuhnya semakin terasa dingin dan nyaris membeku.
Sementara itu Law merebahkan tubuhnya dan duduk sejajar dengan rak-rak pakaian. Mau melihat keadaan diluar pun tidak bisa, karena seluruh bagian mall tertutup otomatis oleh pintu besi.
"Harusnya penjaga itu mengecek kembali situasi di dalam. Bukannya malah main kunci seperti ini," komentar Nami dengan suara yang lirih bergetar.
Nami kembali mengusap kedua lengannya dengan tangan untuk menghangatkan tubuh. Sayang sekali kopi panasnya sudah habis. Sekarang apa lagi yang bisa membuat tubuhnya menjadi sedikit lebih hangat?
Dilihatnya Law yang duduk membisu di bawah sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Dia pastinya juga kedinginan, tapi terus berusaha bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Itulah Law.
Nami menggunakan senter melalui ponselnya dan mencoba mencari-cari sesuatu yang memungkinkan untuk mereka agar bisa keluar dari tempat itu. Tapi yang ada disana hanyalah pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris.
Pakaian-pakaian bagus yang bermerk tidak memikat hati Nami untuk mencobanya. Padahal ia bisa saja sepuasnya mencoba pakaian disana satu-persatu. Tapi yang dipikirkannya sekarang adalah bagaimana caranya keluar. Tidak ada waktu untuk memikirkan kesenangan pribadi.
"Apa kau ingin mencuri disini?" terdengar suara Law di keheningan mall yang gelap. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pelan menghampiri Nami.
"Enak saja! Aku memang suka uang, harta dan barang mewah. Tapi untuk saat ini aku tidak tertarik dengan yang seperti itu," jawab Nami sembari menerangi sisi demi sisi bagian di dalam mall tersebut menggunakan senternya.
Ditengah pencariannya, Nami menemukan sebuah pintu di pojok belakang mall tersebut. Pintu itu tidak dikunci. Sepertinya itu ruangan kontrol.
Tanpa ragu Nami memasuki ruangan itu dan mencoba mencari-cari lagi di bagian lemari dan laci. Siapa tahu ada kunci cadangan. Namun nihil, tampaknya penjaga itu tidak meninggalkan satupun kunci cadangan.
"Sedang apa kau disini?" Law mengikuti dari belakang dan mengejutkan Nami. Pria itu berdiri dengan menyandarkan bahu sampingnya di ambang pintu ruangan kontrol tersebut.
"Tidak ada apapun disini. Tidak ada kunci cadangan. Bagaimana caranya kita bisa keluar?!" tanya Nami dengan rasa kecewa. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa yang terletak di sebelah meja monitoring. Melepaskan semua rasa lelah dan kekhawatiranya.
"Bodoh. Mereka menggunakan pintu otomatis. Kurungan besi ini cuma bisa dibuka dengan tombol khusus. Kontaknya sudah jelas terletak di bagian luar mall ini," Law menjelaskan dengan kesal. Ia kemudian berjalan perlahan memasuki ruang kontrol itu dan menemukan sebuah mesin pendingin minuman.
Ia mengambil dua botol brandy dan membagikannya satu untuk Nami. Gadis itu tengah berbaring dan tampak sangat frustasi. Namun begitu ia menerima botol brandy itu, ia mencoba untuk tenang dan menggoda Law. "Jadi sekarang siapa sebenarnya yang mau mencuri disini?"
"Kita terjebak, dan tidak akan pergi kemana-mana. Kalau kau bisa kabur dari sini dan membawa sebotol brandy, itu baru namanya mencuri," sahut Law sambil meneguk alkohol tersebut.
Nami juga ikut menikmati minumannya. Lumayan, sedikit alkohol bisa menghangatkan tubuh. Walaupun agak beresiko, yang pasti sekarang tidak ada pilihan lain lagi. Mereka membutuhkan sedikit kehangatan didalam mall yang dingin dan ditengah badai salju yang mengamuk di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece Love Stories
Fiksi PenggemarKumpulan cerita fiksi romantis manga One Piece.