-AKR*5-

4.6K 253 3
                                    

Innalillah..

Kecelakaan? Pria datar itu kecelakaan? Bagaimana hal ini bisa terjadi?

“Jadi, di mana dia sekarang?”

“Di Rumah Sakit As-Syifa, Kak”

“Yuk kita ke sana.” Ibu segera bersiap untuk menjenguknya, begitupun aku, Suci, dan Itti.

Sesampai di rumah sakit, kami bertanya pada perawat yang bertugas di bagian pelayanan. Katanya Kak Ahmad berada di ruang ICU.

Apakah dia separah itu? Mengapa perasaanku tidak enak? Aku ... aku sungguh merasa cemas.

Pria datar, kuharap kau cepat sembuh..

Seorang perawat keluar dari ruangannya dengan catatan kecil dan sebuah bolpoin. Kurasa dia memeriksa statistik keadaan Kak Ahmad.

“Sus, bagaimana keadaan pasien yang ada di dalam?” tanya ibu dengan mata yang tertuju pada Kak Ahmad.

“Keadaannya sudah stabil setelah melalui masa kritis beberapa menit yang lalu. Apakah ibu keluarga pasien?”

Ibu menggeleng, “Kami bukan--”

“Iya, kami keluarganya!” Aku memotong jawaban Ibu.

Afwan Bu.

Ibu menatapku dengan alis bertaut penuh tanya.

“Nanti Alma jelasin, Bu,” bisikku padanya.

"Kalau begitu Ibu harus ke bagian administrasi Rumah Sakit."

Ibu mengikuti suster itu sedangkan aku, Itti, dan Suci masuk ke ruangan tersebut. Kak Ahmad terlihat mmm sangat parah. Kepalanya dibungkus kain kasa. Kemeja hitam yang dia pakai berubah menjadi merah maroon karena darah. Dia terlihat menyedihkan.

Bagaimana ini bisa terjadi?

“Itti sebenarnya bagaimana dia bisa seperti itu?” Suci bertanya setelah diam begitu lama.

Sekitar 30 menit yang lalu ....

Seorang gadis kecil duduk di halte bus untuk yang kesekian kalinya. Matanya tertuju pada keramaian jalan dan berharap seorang pria akan datang memeluknya, menanyakan kabar, dan memberinya hadiah kecil.

Dia menanti kehadiran sosok ayah. Sosok yang hanya ada dalam mimpi indahnya. Setiap hari dia menatap sendu teman sebaya yang bergembira ria bersama ayah mereka.

Mungkin dia akan datang besok, batinnya.

Lagi-lagi dia tertunduk. Tiba-tiba seorang pria datang dengan setangkai bunga Eidelweis.

“Assalamu ‘Alaykum, Itti.”

Gadis itu menoleh. Senyum merekah di wajahnya. “Wa’alaykumussalam, Kak Ahmad!”

Mereka berdua berbincang-bincang dan tertawa bersama, melalukan lara yang mendiam di hati masing-masing. Saat pria itu hendak pergi, dia tersenyum tulus. Seakan tidak ada luka ataupun beban di sana.

Si Gadis kecil menatap bayangan sang pria lalu berdiri dan melangkah pergi.

Srkkk!!

Gadis kecil itu berbalik dan melihat banyak warga yang berkerumun seperti hendak membeli baju obral. Tapi tidak! Ini berbeda. Ini ... kecelakaan!

Gadis itu berlari dan menerobos kerumunan. Nafasnya tercekat saat menatap pria yang baru saja tersenyum padanya kini terbaring di tengah jalan dengan darah yang membanjiri tubuhnya.

“Kak Ahmad!!” Dia menjerit. Matanya berkaca-kaca. Dia tak lagi peduli dengan suara panik warga yang mencari bantuan.

Tiba-tiba sirine mobil putih menggema, ambulance. Sejumlah orang keluar dari mobil tersebut dengan peralatan yang khas. Mereka menggiring tubuh pria itu.

Aku Kau Dan Rabbku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang