10.00 am.
Kupikir apa yang tengah kulakukan saat ini. Duduk berdua dengan lelaki yang tadi malam memaksaku untuk mengantar pulang kerumahnya dan memakan ice cream di atas rooftop. Ice cream ini dingin, apa mereka mendeskripsikanku seperti ini? Kupikir mereka salah besar. Ice cream ini manis, dan aku tidak sama sekali.
"Ada persamaan antara kau dengan ice cream ini. Kalian sama-sama dingin" ujarnya sakras.
"Tapi juga ada perbedaan, ice cream ini manis sedangkan kau tidak" lanjutnya. Apa? Dia memiliki pikiran yang sama denganku.
Setelah insiden aku memeluk dan menangis didadanya, aku sangat enggan menatap wajahnya. Sebagian diriku bahkan merutuki separuh diriku yang lain karena melakukan hal tersebut. Sebagian diriku berkata aku hanya butuh sandaran, dan kenapa Tuhan mendatangkan pria menyebalkan ini?.
"Kau bahkan tak bergumam" katanya melihatku yang tak merespon apapun selain menatap lurus kebawah. Lantas aku berdehem pelan dan membenarkan posisiku sembari melirik sedikit kearahnya.
"Tak mau berterimakasih?". Apa-apaan dia ini? Astaga, dia banyak bicara sekali. Aku memutar bola mataku malas dan menatap kearahnya. Shit, dia menatap tajam dan membuatku bergidik ngeri.
"Terimakasih" ucapku sepelan mungkin seperti gumaman sambil mengalihkan pandangan kebawah-lagi. Aku sangat canggung menatapnya. Dia begitu intens.
"Apa kau akan membolos?" tanyaku memberanikan diri. Masih tak menatapnya.
"Lalu kau pikir apa yang kau lakukan sekarang?" jawabnya menyerupai pertanyaan. Argh, aku geram padanya.
"Pergilah. Aku akan membolos. Lagipula aku begitu muak dengan keadaan kelas yang menyerupai neraka bising yang memekakan telingaku" ujarku mengusirnya.
"Wow. Kau berbicara 18 kata padaku. Itu hal yang langka. Apa ratu es ini sedang mencair?"
Apa-apaan dia?
Tidak. Tidak. Akulah yang apa-apaan. Astaga, dia selalu membuatku berbicara banyak, dia pikir dia siapa huh? Aku benar-benar geram, lalu beranjak dari sana tanpa menatap kearahnya.Dia mengikutiku. Sedang aku tengah berpikir kemana aku akan menuju. Apa sebaiknya aku kembali ke kelas? Argh, aku tak tahan dengan ocehan bodoh mereka semua.
Karena aku tidak ada tujuan lagi dan si Kim bodoh ini terus mengikutiku dibelakang, aku memutuskan kembali ke kelas dengan berpikir dia takkan menggangguku disana. Diluar dugaan, kelas bodoh itu sedang mengalami jam kosong. Aku yakin telingaku akan panas dan kepalaku akan meledak dengan keadaan ribut begitu.
Saat aku ingin duduk dibangku dan menenggelamkan kepalaku di meja, Taehyung dengan cepat meraih tas ku dan menarik tanganku keluar kelas. Aku sedikit tersentak dengan perbuatannya. Apa lagi sekarang? Lantas orang-orang dikelas ini menatap tak percaya kearah Taehyung yang menarikku bahkan ada yang sampai menganga. Ck, berlebihan sekali.
"Aku tahu kau tidak betah dengan suasana yang menurutmu melibihi neraka ini" ujarnya. Dia terus menarikku paksa hingga sampai diparkiran. Aku mengempaskan tangannya. Dia selalu memaksaku, dan hanya dia yang berani melakukan itu. Apa yang membuatnya tak segan denganku?
Aku berdecak dan menatap nyalang kearahnya.
"Berhenti memaksaku Kim"
KAMU SEDANG MEMBACA
heal ; kth
FanfictionAku bagai salju dengan suhu -0,00001°C yang mencair oleh hangat matahari pada musim dingin. -j.lee Ketika aku harus menelan kekecewaan berat, dia hadir bagai nikotin, heroin, dan morfin. -t.kim