020 - Unique

30 2 0
                                    

Jalanan Seoul sangat menyebalkan ketika matahari mulai memperjelas dirinya.

Aku cukup merasa bersyukur karena menggunakan motor hari ini. Rasanya sudah beberapakali aku berangkat pada pukul kurang lebih 15 menit menuju jam 7, namun keadaan jalan tidak separah ini biasanya.

Suara klakson kendaraan saling menyahut, aku juga mulai merasakan kesulitan bernapas akibat asap knalpot kendaraan. Menyebalkan.

“Beruntung aku membawa motor, tapi kenapa hari ini jalanan benar-benar padat? Bahkan aku kesulitan mencari celah, ck” umpatku berbicara sendiri sembari melempar pandangan kearah sekitar.

Sesuatu menarik atensiku. Sebuah mobil biru gelap mengilap dengan merk Hyundai. Tampak seorang gadis yang mengenakan seragam sekolahku sedang duduk dikursi kemudi. Bukankah gadis yang mengendarai mobil itu adalah.. Lee Joya?

“Oh? Lee Joya? Waahh.. Dia sudah mulai masuk sekolah? Cepat sekali” ucapku berbicara sendiri sembari memperhatikan Joya yang tampak memasang raut kesal.

Lantas aku mengulas senyum dan turun dari motorku lalu berjalan menyelip beberapa kendaraan menghampirinya. Tampak ia masih belum menyadari keberadaanku dan akupun mengetuk kaca jendela mobilnya.

Tok! Tok!

Dengan cepat ia menolehkan kepalanya dan aku melihat ia sedikit membulatkan bola matanya.

Kudapati ia mengucapkan kata ‘apa?’ tanpa membuka kaca jendela, sehingga aku tak dapat mendengar suaranya. Aku terkekeh ringan dan mengisyaratkan padanya untuk membuka kaca jendela dengan cara menaik turunkan tanganku, dan ia pun menurunkan benda tersebut.

“Apa?” serobotnya nampak kesal.

Wassup! Akan kesekolah? Wahh” kataku girang sembari tertawa renyah.

“Menurutmu?” jawabnya dingin.

“Ah.. Baiklah. Seperti yang kau lihat, saat ini kita sedang terjebak oleh ribuan kendaraan yang menghalangi jalan menuju sekolah, sedangkan kita akan terlambat kurang lebih 10 menit lagi. Kebetulan sekali, Kim tampan ini membawa motor hari ini” kataku sangat antusias padanya.

“Hahh.. Kim tampan katanya” desisnya sembari terkekeh remeh.

“Hei, pergilah. Kau membuat suasana semakin buruk, lalu kenapa jika kau membawa motor, huh?” lanjutnya.

“Wah, wah.. calm down, girl. Aku hanya ingin menyarankan agar kau pergi denganku menggunakan motor dan kita akan sampai kesekolah tepat jam 7. Apakah kau yakin ingin menunggu kemacetan ini hingga matahari berada tepat diatas kepalamu?”

Tampak ia sedang berpikir menatap lurus kedepan sembari mengetukkan jari telunjuknya pada stir lalu sesekali menatap ke arahku dan arlojinya bergantian, menimang tawaran yang aku berikan.

Detik selanjutnya, ia menghembuskan nafas kasar dan memicingkan mata.

“Berandal ini” desisnya hampir tak terdengar.

“Argh, baiklah-baiklah” ujarnya dengan nada frustasi sembari menyambar ranselnya lalu keluar dari mobil dan menutup kasar mobil biru elegan tersebut.

Aku tersenyum menang melihat raut kesal yang terpatri diwajahnya. Akupun tidak tahu mengapa aku melakukan ini padanya, menurutku ini sangat menyenangkan. Wajahnya menarik ketika ia bersikap dingin dan kesal, aku menganggapnya sebagai kharismatik yang ia miliki.

Setelah ia menaiki motorku, akupun segera melaju melintasi celah jalan yang dapat kulalui hingga kami sampai kesekolah tepat jam 7.

–––

heal ; kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang