Hanya suara detik jam dinding yang menemani aku dikamar hampa ini.
Aku merasa sangat bosan tidak melakukan apapun. Aku terbangun pada pukul setengah 8 dan tidak melakukan apapun hingga jam menunjukkan pukul 9 pagi.
"Argh, aku merasa bosaaaaan" rengekku seperti anak kecil.
Atensiku beralih keluar jendela besar disisi kamarku. Matahari pagi menelusuk masuk menyinari sebagian lantai kamar ini. Kudapati beberapa burung gereja hinggap disisi jendela yang tampak bermain dan terbang dengan gembira.
Tok! Tok!
Seketika aku langsung mengalihkan atensiku kearah pintu kamar.
"Ya, masuk" ujarku pada seseorang diluar sana.
Ceklek!
Ah, ternyata bibi Kang.
"Nona? Sudah bangun?" tanyanya sembari melangkah masuk terlihat membawa nampan dan beberapa mangkuk serta segelas susu diatasnya.
"Ya, beberapa saat lalu" jawabku dengan senyum tipis.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya ramah.
"Membaik, aku merasakan luka dikaki mengering, namun masih sedikit perih" jelasku padanya.
"Syukurlah jika membaik. Bibi memasak sarapan, ayo dimakan" ujar bibi Kang ramah dan meletakkan nampan tersebut diatas nakas dekat ranjang.
"Terimakasih, bi" ucapku dan mengambil satu mangkuk bubur hangat.
"Akan bibi gantikan perban ya?" tawar bibi Kang.
"Tidak usah bi, aku bisa sendiri" jawabku dengan pipi yang terlihat penuh dengan bubur didalam mulutku.
"Tak apa, sini berikan perban dan salepnya"
"Baiklah, ada didalam ransel" ujarku sembari menunjuk pada ransel diatas meja belajar.
Merasa sangat bosan, aku mencari remmote TV dilaci dekat ranjang dan mencari acara TV yang kiranya sukses membangun moodku.
Aku menekan-nekan tombol dan berhenti disalah satu channel yang menampilkan satu film kartun. Aku ingat, aku pernah menonton ini ketika aku masih SMP,
Monsters, inc.
Aku sangat menyukai karakter Boo disana, sangat menggemaskan pikirku. Lantas aku memutuskan untuk menonton ulang serial kartun tersebut sembari menghabiskan makanan.
"Yang di plester, tidak diganti nona?" tanya bibi Kang tiba-tiba.
Mendengar ditanya, aku pun mengalihkan atensi, "Tidak usah, bi. Mungkin lusa sudah bisa dilepas"
"Baiklah, nanti bibi siapkan beberapa kantong plastik untuk nona mandi" ucap bibi Kang setelah selesai membalut perban. Lantas aku mengangguk sembari mengucapkan, "Terimakasih".
Terbesit pertanyaan diotakku. Aku menyadari ibu tidak ada dirumah sejak beberapa hari lalu. Haruskah aku bertanya pada bibi Kang? Tetapi aku ragu, namun aku akan tetap menanyakannya.
"Apakah ibu belum pulang, bi?" tanyaku ketika bibi Kang hendak memutar kenop pintu.
"Sudah, Nona. Tadi pagi, Nyonya baru saja pulang dari luar negara katanya. Apa perlu bibi panggilkan?" ucap bibi Kang menjawab dan bertanya balik.
Ibu pergi keluar negara sejak beberapa hari yang lalu. Aku berpikir apa yang dilakukanya sampai keluar negara? Bahkan beberapa hari lalu bibi Kang bilang ia pergi ke Singapura, apakah pekerjaanya benar-benar menyibukkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
heal ; kth
FanfictionAku bagai salju dengan suhu -0,00001°C yang mencair oleh hangat matahari pada musim dingin. -j.lee Ketika aku harus menelan kekecewaan berat, dia hadir bagai nikotin, heroin, dan morfin. -t.kim