018 - Intersting

35 1 0
                                    

Matahari sore nampak akan usai menyinari bumi hari ini.

Aku, Jaeyoon, dan Jichan masih berkeliaran menikmati aktifitas membolos kami didaerah Dongjak-gu yang menjual beraneka foodstreet. Entah mengapa, kami tiba-tiba ingin mengisi perut dengan bermacam foodstreet yang tampak menggiurkan.

Setelah aku kehilangan jejak gadis berseragam Yo San yang tampak seperti Loona dengan seorang pria, aku berpikir itu tidak mungkin Lim Loona. Tidak mungkin jika gadis itu membolos, mungkin aku hanya salah lihat. Ya, kuharap begitu.

“Astaga, cumi pedas ini benar-benar enak!” tukas Jaeyoon yang tampak memegang beberapa tusuk cumi goreng dengan bubuk cabai didalam bungkusan kertas.

“Benarkah? Ah, bibi aku juga ingin. 5 tusuk dengan bubuk lada hitam” sahut Jichan.

Bro, kau ingin memesan tidak?” tanya Jaeyoon padaku.

“Ya, 5 dengan bubuk cheesseu” jawabku.

Setelah membeli beberapa makanan lalu mengisi perut, kami memutuskan untuk pulang karena hari sudah gelap. Meskipun matahari sedang tidak menyinari bumi, kota ini tetap terang. Siang dan malam seperti tidak ada bedanya di Seoul. Lampu jalan, taman, sorot kendaraan yang tidak pernah sepi dijalan dan gedung-gedung pencakar langit tidak pernah tidur sepanjang malam menerangi kota hingga fajar tiba.

Setibanya aku dirumah, kulangkahkan kakiku menuju kamar. Kuletakkan tasku dan melepas sepatu. Aku menyambar handuk lalu beranjak kekamar mandi melepas keringat serta debu polusi yang melekat di tubuhku.

Setelah mandi dan berpakaian, aku meraih ponselku didalam saku celana seragam dan mendapati ponselku mati karena baterainya habis. Ah, tampaknya hari ini adalah hari yang panjang. Lantas aku langsung mengisi daya ponselku dan merebahkan diriku diatas ranjang.

Kusadari sejak tadi aku tidak melihat ayah, ibu dan Cheonsa. Hanya bibi Jung saja yang tampak sibuk menyetrika pakaian tadi. Aku beranjak keluar dari kamar niat memastikan kemanakah ayah, ibu dan Cheonsa.

Ketika aku menutup pintu kamar, aku mendengar suara yang cukup berisik dari kamar Cheonsa. Aku berniat memeriksa kamarnya dan ternyata Cheonsa ada disana dengan Min Baemi teman perempuannya.

“Oh? Kau sudah pulang?” tanya Cheonsa.

“Ya. Ah, hai Baemi, sejak kapan disini?” jawabku dan menyapa Baemi.

“Hai, sejak tadi sore” balas Baemi.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanyaku.

“Sesuatu yang menurutmu tidak penting” ucap Cheonsa menjawab.

“Aah, idol boygroup lagi ya?..” kataku sembari terkekeh.

“..baiklah. Cheonsa, apakah ayah dan ibu ada dirumah?” lanjutku bertanya.

“Tidak. Mereka bilang akan pergi ke acara resepsi pernikahan teman kantor ayah. Ibu bilang jika kau lapar, mintalah bibi Jung memberikan makanan untukmu” katanya dengan mata yang tidak lepas dari laptopnya begitupun dengan Baemi.

“Hm, okay. Berhentilah mementengi idol boygroup dan carilah pacar!” kataku mengejek mereka dan segera menutup pintu kamar lalu pergi.

Terdengar samar suara Cheonsa yang berteriak meneriakiku “Hei! Idol tampan ini lebih penting daripada pacar!”

Kakiku melangkah turun kebawah untuk mencari minum melepas dahaga. Sebotol air dingin bukanlah ide buruk menurutku. Lantas aku membuka kulkas dan meraih sebotol air mineral. Netraku mendapati beberapa bungkus keripik kentang dan aku mengambil satu dari beberapa bungkus untuk dijadikan camilan dikamar.

heal ; kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang