1

3.9K 310 12
                                    

Mingyu sadar bahwa dirinya tak diinginkan, tak ada yang membutuhkannya juga. Jadi untuk apa ia hidup? Tak ada guna.

Hari ini tepat dua tahun kematian ibunya, Mingyu memilih untuk bunuh diri. Persiapan sudah lengkap semua, mulai dari kursi, tali, dan surat wasiat.

Surat wasiat? Hehe, isinya hanya rancauan. Dia menulis:

Jika ada yang membaca berarti Kim Mingyu telah tiada.
Siapapun yang membaca surat ini, tolong serahkan kepada adik saya Lee Chan.

Hallo Chan. Maafkan hyung karena meninggalkan mu dengan cara seperti ini. Hyung tak ingin banyak berbasa-basi. Hyung hanya ingin meminta tolong jaga ayah dan ibumu. Tolong juga berikan cincin didalam laci kepada Jeonghan hyung, katakan aku mencintainya meski ia berpaling kepada Seungcheol.

Aku juga telah menabung untuk membelikanmu Playstation. Ada di lemariku.
Aku menyayangi mu

—Kim Mingyu

Begitulah isinya, Mingyu mengambil seutas tali itu lalu diikatnya sesuai apa yang tertera pada tulisan di internet.

Mingyu bukan pria bodoh, karena ia tak bodoh maka ia ingin mati saja.

Mingyu mengikat tali nya kuat-kuat pada kayu yang menjulang di langit-langit. Untung ia memilih hotel tradisional untuk acara spesial nya ini. Mingyu menatap talinya, tali ujung kehidupannya. Perlahan ia naik keatas kursi lipat yang tepat berada dibawah tali tersebut. Setelah kursi itu sempurna tepat dibawah kakinya, Mingyu menghela napas. Tubuhnya sedikit gemetar, namun ia juga tersenyum. Sebentar lagi akan bertemu dengan ibunya. Ibu tercintanya. Ibu kandungnya.

Mingyu mencengkram tali yang menggantung itu, memasukannya perlahan ke kepala. Matanya terpejam. Takut. Jika tidak takut maka Mingyu bohong. Ia seratus persen takut.

"Hey... "

Mingyu kaget, ia segera membelalakan matanya namun tak ada tubuh yang dijumpainya. Mingyu sedikit merinding. Mungkin itu cuma halusinasi nya saja. Mingyu menggeleng beberapa kali untuk menjernihkan kepalanya tapi suara itu tetap berbekas. Mingyu menghela napas. Kembali memasukan tali tersebut yang sempat lepas, ia kembali memejamkan kedua matanya.

"Itu... Menyakitkan... "

Uhh, Mingyu merinding sekarang. Dengan sekuat tenaga ia berteriak. "Kau dimana?! "
Ia tunggu selama bermenit-menit. Taka ada sautan.

"Jika kau tak keluar maka aku...

Aku...

Aku... Akan... Hwa!! "

Mingyu terpeleset ke belakang, terlepas dari talinya dan tentu saja pantat nya mencium lantai dengan keras bahkan kursi pun terjatuh kala sebuah kepala menyembul dari langit-langit.

Mingyu meringis, makhluk itu menatap Mingyu dingin dengan mata tajamnya. Seolah bisa menusuk Mingyu.

"Baru terjatuh saja merasa kesakitan seperti itu, apa lagi jika tubuh mu menggantung disana" ujarnya sambil melirik tali yang menggantung.

"Siapa kau? " bukannya menghiraukan perkataan makhluk didepannya Mingyu malah bertanya.

Makhluk itu menunjuk dirinya seolah berkata "kau bertanya padaku? "

Mingyu hanya mengangguk, makhluk itu mendekat lalu berjongkok mensejajarkan dengan tubuh Mingyu.

"Aku Wonwoo"

"Aku hantu"

Mata Mingyu lagi-lagi terbelalak, oh sungguh Wonwoo rasa Mingyu adalah orang yang berlebihan.

"Kau tau, mati itu menyakitkan. Kuharap kau tetap hidup. "

Mingyu diam, ia tak pernah memikirkan kalau kematian akan menyakitkan. Terlihat dari raut wajah hantu didepannya bahwa apa yang akan dilakukan Mingyu adalah hal yang salah. Tapi Mingyu juga bingung, lantas ia menyuarakannya dalam hati.

"Untuk apa aku hidup? "

suicide | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang