Prolog

49.1K 3.4K 173
                                    


Derap langkah kaki membahana bagai gulungan ombak menerjang tebing. Iringan suara pekik dan juga derit sakit sili berganti seperti cicitan tikus yang kegirangan bertemu makanan lezat. Matanya terbuka setengah dengan iris berwarna tembaga khas keluarga bangsawan. Bulu mata menjuntai di jendela matanya, berwarna hitam lebat, tetapi tidak terlalu panjang. Alisnya berjejer seperti barisan semut. Tebal dengan aksen menukik sedikit ke atas seperti sebila parang. Sudut bibirnya berdarah sama seperti pelipis kanannya, kontras dengan warna kulitnya yang bersih seperti susu. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Entah ada berapa baris tulangnya yang patah mungkin, atau dia sudah lumpuh. Dia tidak bisa memikirkannya, yang dia lihat sekarang hanyalah kobaran api dan suara hiruk pikuk di luar sana.

"Tolong!"

Hanya itu yang mampu dia ucapkan.

"Tolong aku!" hatinya meminta pertolongan.

Tidak ada yang mengubrisnya. Hati manusia semua sudah beku oleh rasa ingin menyelamatkan diri masing-masing. Egoisme menjadi pertunjukan yang sangat memukau di tengah desakan bertahan hidup. Mereka seakan lupa siapa dia, dirinya yang terpuja oleh elu-eluhan manis. Hati manusia yang dilihatnya sekarang seperti sampah. Busuk, bobrok, tidak punya belas kasih, tidak memikirkan orang lain. Apakah manusia memang seperti ini pikirnya? Lalu siapa orang-orang yang dulu menghormatinya? Mereka orang yang sama atau berbeda? Ataukah mereka hanya memakai topeng?

"Oh Tuhan! Nak, kau tidak apa-apa?" sebuah suara melintasi relung telinganya. Matanya lalu menatap sayu sang pemilik suara.

"Tolong aku," pintanya dengan lirih.

"Oh Tuhan! Pangeran Harry Gabrielle Hawthorne!" dia mengenalinya.

"Tolong aku," ucapnya sekali lagi.

"Naiklah ke punggungku!" dengan cepat dia menggendong sang pangeran di pundaknya.

Dengan napas yang sudah mulai sesak, sang pangeran sekali lagi melihat rupa istana tempatnya tinggal. Api membumbung melahap beberapa tempat. Perang di luar sana masih berlangsung. Di mana ibunya? Dia mencari-cari ibunya semenjak tadi, tetapi tidak menemukannya. Dirinya terlalu lemah untuk mencari. Para bangsawan lain melarikan diri dari istana yang rusak oleh perang. Dia tidak mengerti mengapa perang ini terjadi. Dia tidak mengerti jalan hidupnya ke depan. Dia tidak mengerti akan dibawa ke mana takdir yang melekat pada dirinya, tetapi dia mengerti satu hal, dia menjadi pangeran atau mungkin raja yang hilang di Mazahs.

❅❅❅

Holllaaa!!

Semoga kalian suka cerita ini! Leave vote and comment! Semakin banyak semakin semangat saya nulis kekekeke XD

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang