Harry dan Adam segera mundur, sementara Julio menangkis serangan wanita itu. Dengan sangat mudah, bahkan dia hanya memerlukan satu tangan untuk mengunci pergerakannya. Wanita itu meronta keras. Rambut basahnya sepanjang pinggang dan wajahnya cantik, matanya hijau klorofil dedaunan. Tatapan matanya tajam ingin membunuh ketiganya."Siapa kalian?" tanyanya yang masih ditahan oleh Julio.
"Kami bukan orang jahat," Harry merasa dia perlu membereskan situasi yang sudah buruk.
"Bukan orang jahat? Lalu apa yang kalian lakukan? Mengintipku sedang mandi?" bentaknya. "Dan kau pria berjubah, aku akan membunuhmu jika berani menyentuhku lebih jauh dari ini," ancamnya pada Julio.
"Tidak, ini tidak seperti yang kaupikirkan, Nona. Kami tidak bermaksud untuk mengintipmu. Hanya saja...."
"Cukup Adam, biar aku yang menjelaskannya," kata Julio sambil membuka penutup kepalanya. Wanita itu langsung menoleh ke arah Julio Harding. Matanya membulat sempurna dan mulutnya terbuka lebar.
"Panglima Julio Harding?" katanya dengan nada yang tidak percaya. Julio melepaskan wanita itu dan dia langsung menjauh.
"Maaf Nona, kami sungguh tidak bermaksud untuk melakukan kejahatan terhadap Anda. Kami sedang mengintai sesuatu yang sangat berbahaya," wanita itu tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang menariknya tadi. "Di saat kami tengah mengintai, Anda datang ke sini untuk mandi. Kami tidak bisa melakukan apa pun selain tetap diam dan menunggu dia menampakkan diri, tapi kami sudah sepakat akan menyelamatkan Anda jika bahaya datang," ujarnya dengan diplomatis.
"Tapi yang kami lihat kau justru menghadapi makhluk itu bahkan sempat melukainya," Adam mengambil pisau sang wanita dan melihat ada darah hitam kental membekas di sana. "Panglima, apakah ini bisa berguna?" tanya Adam menunjukkan bekas darah itu pada Julio.
"Tentu, kita akan membutuhkannya," jawab Julio. "Dan Nona?" dia tidak tahu siapa nama wanita itu.
"Kiera Cartwright."
"Nona Cartwright, Anda tidak keberatan pisau itu kami pinjam?" lanjutnya.
"Tidak masalah," dia sudah tidak terlalu ketus seperti saat awal. Harry Hawthrone hanya bisa diam. Dia bukanlah orang yang pandai bersosialisasi. Dia justru memerhatikan di sekitarnya. Dia baru sadar begitu banyak bangkai binatang di tempat itu. Bahkan ada yang sudah membusuk, Harry mulai merasa mual dengan aroma busuk yang menusuk hidung.
"Sekarang kalian harus pergi dari sini. Aku akan mencari keberadaan makhluk tadi," putus Julio.
"Ngomong-ngomong makhluk apa itu dan oh Tuhan, ada apa ini?" Harry heran bagaimana bisa wanita itu baru sadar situasi di sekitarnya sekarang. Wajahnya jelas kaget bercampur jijik. "Apa? Anda ingin mengejarnya?"
"Kau bisa mundur dan tidak perlu terlibat lebih jauh. Ini demi keamananmu. Kau hampir mati beberapa saat yang lalu jika kami tidak datang cepat," ucap Harry dengan nada datar. "Dan tolong rahasiakan ini, jangan membuat warga lain panik," tambahnya.
Mata wanita itu berkilat-kilat menatap Harry. Dia seolah direndahkan oleh Harry. Demi nama para Malaikat, dia bisa menjaga dirinya dengan sangat baik. Pria itu sedari tadi berlagak dan hanya diam. Wajahnya pucat karena menahan mual. Pria satunya, tambun dan berambut merah lebih baik pikir Kiera Cartwright. Tapi ada yang istimewa, Julio Harding. Siapa yang tidak mengenalnya di Mazahs, Kiera bahkan hampir tidak percaya jika pria itulah yang ingin dihajarnya beberapa saat lalu. Kilat kekaguman tergambar jelas di matanya.
"Aku bisa menjaga diriku dengan sangat baik, Tuan," ketusnya pada Harry. Dia kemudian berpaling ke arah Julio yang sudah bersiap melangkah. "Panglima, Anda yakin ingin mengejarnya seorang diri? Saya bisa membantu Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
Fantasy[SEASON II DUNKELHEIT] Perjalanan mengubah pemikiran, hati, diri, atau prinsip hidup. Ini cerita biasa, membosankan dan tidak menarik, tetapi dia punya pesona yang akan membuatmu terpikat. NB : Disarankan untuk membaca Dunkelheit terlebih dahulu seb...