Jinyoung akhirnya keluar dari kamar Hyunmi sambil membawa mangkuk bubur yang sudah Hyunmi habiskan. Jinyoung masih tidak bisa mencerna perkataan Hyunmi padanya.
"Ya! Jinyoung-ah!" sapa Jackson dari arah ruang makan yang membuyarkan lamunan Jinyoung.
"Kapan sampainya?" tanya Jinyoung sambil berjalan ke arah dapur.
"Belum lama", lalu Jackson menambahkan lagi, "Hyunmi sudah mau makan?". Jinyoung mengangguk.
"Tumben. Biasanya bisa mogok makan sampai 3 hari kalo udah kambuh" ucap Jackson sambil memakan pizza.
"Oppa pulang dulu gih, istirahat, biar Hyunmi kami aja yang jaga" usul Sejeong yang kasihan melihat Jinyoung sudah keliatan lelah.
"Iya Jinyoung-ah, pulang saja dulu." ujar Jackson setuju dengan Sejeong. Jinyoung lalu mengambil coatnya di sofa lalu pamit pada Jackson dan Sejeong.
"Tolong jaga Hyunmi ya, kalau ada apa-apa langsung telfon saja" ucap Jinyoung sambil memakai coatnya dan lalu bergegas masuk ke mobilnya.
Sebelum Jinyoung melaju pergi dari rumah Hyunmi, Jinyoung terdiam dan memikirkan perkataan Hyunmi padanya dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri
"Apa aku akan sanggup melepas Hyunmi?"
"Apa aku bisa menjalani hidupku tanpa sedikit pun memikirkan Hyunmi?"
Jinyoung menghela napas lalu akhirnya melesat pergi dari rumah Hyunmi.Saat dalam perjalanan pulang menuju apartemennya, ada telfon masuk. Jinyoung melihat layar handphonenya lalu mengabaikan telfon itu. Tapi orang itu tidak berhenti menelfon Jinyoung. Jinyoung dengan malas akhirnya mau tidak mau mengangkat telfonnya.
"Ada apa" tanya Jinyoung malas.
"Dimana? Masih dirumah gadis gila itu? " ucap si penelpon ketus.
"Enggak. Aku dijalan."
"Oh bagus lah kalau gitu"
Jinyoung terdiam sesaat sampai akhirnya membuka mulutnya lagi.
"Hera-ya, aku harus bicara denganmu"
"Ne (iya), Jinyoung-ah bicara saja"
"Ke apartemen ku besok pagi ya"
"Okey Jinyoung-ah"
Lalu Jinyoung memutus sambungan telfonnya dengan Hera.
Setelah sampai di apartemennya, Jinyoung langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, sejak kemarin Jinyoung benar-benar tidak tidur akibat terlalu sibuk mengurusi Hyunmi.
[•]
Pagi harinya, Jinyoung terbangun karena bel apartemennya yang bunyi terus menerus. Jinyoung jalan ke arah pintu dengan setengah sadar sambil mengucek matanya."Jinyoung-ah Maaf ya jadi membangunkanmu seperti ini" ucap Hera sambil hendak memeluk Jinyoung. Tapi Jinyoung menjauh, dan menahan agar Hera tidak jadi memeluknya.
"Jinyoung-ah kenapa passwordnya ganti? Sengaja biar aku ga bisa masuk?" tanya Hera sambil membuntuti Jinyoung ke kamarnya. Jinyoung menghiraukan pertanyaan Hera.
"Kenapa pagi sekali kesininya? Aku masih capek" ucap Jinyoung sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur miliknya.
"Capek akibat wanita gila itu kan?" tanya Hera ketus sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Jinyoung lagi-lagi tidak menjawab Hera dan malah hendak mencoba untuk masuk ke alam mimpi lagi. Jinyoung yang baru saja hendak terlelap, terbangun kembali akibat Hera yang mengguncangkan tubuhnya.
"Neo mwoya (kamu apaan sih)"ucap Jinyoung
"Kemarin kamu bilang mau bicara denganku" ucap Hera memaksa.
"Tunggu saja di ruang tv, nanti aku kesana" mendengar jawaban Jinyoung membuat Hera akhirnya pergi juga dari kamar Jinyoung.
Tidak lama setelah itu, Jinyoung menghampiri Hera yang sedang duduk di sofa ruang tv.
Jinyoung akhirnya yakin atas semua yang akan dia katakan pada Hera.
"Hera-ya"
"Aku sudah memutuskan......."
"Aku gak bisa ninggalin Hyunmi".
Ucapan Jinyoung membuat Hera berdecak kesal dan memutar bola matanya.
"Kenapa kamu plin plan sekali?"
"Kamu bilang meminta waktu padaku untuk sepenuhnya pergi dari gadis itu"
"Jadi waktu yang aku berikan itu hasilnya seperti ini?"
Jinyoung menghela napas sebelum akhirnya menjawab Hera.
"Dari awal hubungan kita sudah salah. Tiga minggu lalu saat kita bertemu di klub, aku sedang berantakan. Aku lagi bertengkar hebat dengan Hyunmi."
Jinyoung terdiam sebentar lalu melanjutkan ucapannya.
"Apa yang kamu harapkan dari pria sepertiku? Aku jelas-jelas mencintai dia. Berapa pun waktu yang kamu berikan gaakan membuat aku bisa meninggalkan dia untuk kamu"
Jinyoung mencoba menjelaskan semuanya pada Hera tapi tampaknya Hera masih tidak bisa menerima.
"Lalu apa arti ajakan kencan waktu itu?"
"Lalu apa arti ciuman waktu itu?!!"
Jinyoung menghela napas lagi.
"Aku minta maaf. Semuanya hanya kesalahanku. Aku salah mengambil langkah"
Hera yang semakin kesal akhirnya berdiri dari duduknya.
"Aku gak bisa terima. Entah hubungan ini salah atau apapun itu seperti yang kamu bilang. Aku gak ingin mengakhirinya. Kita sudah terlanjur memulai, Jinyoung-ah"
Jinyoung semakin tidak habis pikir dengan Hera yang sangat keras kepala ingin mempertahankan hubungan salah ini.
"Tinggalin dia." ucap Hera tegas.
Emosi Jinyoung pun mulai naik.
"Gimana caranya aku bisa tinggalin dia dengan kondisinya yang seperti itu?!!"
Suara Jinyoung yang mulai meninggi membuat Hera sedikit kaget.
"Kamu yang bilang sendiri hidup mu jadi terfokus dengan dia, kamu bahkan melepas mimpi mu gara-gara gadis gila itu!"
Jinyoung yang mengingat kejadian satu tahun lalu itu semakin merasa frustasi.
"Tapi aku tetap gabisa tinggalin dia..."
ucap Jinyoung sangat pelan sambil menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Terserah! Aku akan jamin kamu gaakan pernah bahagia sama gadis gila itu!" ucap Hera sambil pergi dan membanting pintu apartemen Jinyoung.
Jinyoung lagi-lagi mengacak rambutnya frustasi. Lalu tidak sadar dia memecahkan gelas yang ada di meja ruang tv karena terlalu emosi.
Jinyoung yang masih kalut atas kejadian barusan akhirnya tersadar karena handphone yang berdering di saku celana jeansnya.
"Jinyoung-ah" ucap penelfon dengan panik
"Wae, Jackson-ah?"
"Hyunmi.... " ucapan Jackson terpotong.
"Oh wae wae?!!!" tanya Jinyoung yang mulai panik.
"Hyunmi kabur. "
DEG
Dua kata dari Jackson yang mampu membuat Jinyoung langsung berlari ke arah mobilnya dan melajukan mobilnya sekencang-kencangnya.
CIAAAAAAA AKU KEMBALI.
Ditunggu vote dan commentnya~~~~💟💟💟
MAKIN KESEL GA SAMA HERA? WKWKWKWKWK
Semoga bisa up part selanjutnya secepatnya~ doakan ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart 💘Jinyoung GOT7 ; Minhyun Wanna One💘
Fiksi Penggemar"The worst kind of hurt is betrayal, because it means someone was willing to hurt you just to make themself feel better"