"Bian, gak bohong bunda.. Kejadian itu gak akan terulang lagi. Bian, kan udah janji sama, Bunda." Ucap Bian berusaha meyakinkan bundanya.
Saat ini Bian dan Aini sudah berada di dalam kamar Bian.
Setelah Bian dibuat bingung oleh bundanya yang tiba-tiba memeluknya sambil menangis. Kini wanita itu mulai mengintrogasi Bian seperti seorang jaksa penuntut yang meminta pengakuan dari terdakwa.
Ini sulit untuk Aini, sangat sulit. Mengetahui bahwa putranya masih mengonsumsi obat itu membuat Aini takut setengah mati bahwa kejadian buruk itu akan terulang lagi. Karena luka yang di berikan oleh mantan suaminya sangatlah besar hingga membuat Bian trauma.
Aini menghembuskan nafas panjang lalu menatap putranya lekat."Kalau begitu, Bian gak boleh minum obat itu lagi, ya.. Bunda gak suka kamu minum obat itu lagi." Tawar Aini lembut dan penuh harapan. Namun Bian tak langsung menjawab. Ada raut keraguan di wajahnya. Kemudian gelengan pelan pun mengawali jawaban Bian.
"Gak bisa, bunda..." Jawab Bian dengan kepala tertunduk dan suara lemah. Dan tentunya hal itu membuat Aini kecewa.
"Bian.."
"Bunda... Bian gak minum obat itu setiap hari, Bian minum obat itu sesuai aturan. Bian cuman minum kalo Bian kambuh dan gak bisa tidur. Tapi Bian benar-benar gak bisa kalo harus berhenti minum obat itu. Maafin Bian, Bunda.. "
Air mata itu kembali mengalir membasahi pipi mulus Aini. Melihat wajah bersalah Bian membuat wanita itu tak tega. Rasanya perih. Kemudian Aini pun kembali menjatuhkan Bian ke dalam pelukanya.
"Maafin Bunda, ya, sayang... Maafin Bunda yang gak bisa ngelakuin apa-apa saat itu dan membuat kamu menderita seperti ini."
*****R A B I A N****
Ozil merampas botol kaca yang ingin kembali dibuka oleh Kelvin. Ini adalah botol keduanya, kalau sampai anak itu menghabiskanya, bisa- bisa Kelvin akan benar-benar mabuk.
Setelah kedua orangtuanya bercerai Kelvin memang berubah menjadi lebih nakal. Dia jadi suka nongkrong di Bar untuk minum-minum dan ngeroko. Padahal dulu dia paling anti dengan kedua benda itu. Tapi setelah ayahnya dan bundanya bercerai dua benda itu bagaikan sahabat terbaik bagi Kelvin.
Disetiap malam setelah kedua orangtuanya resmi berpisah, Kelvin selalu menghabiskan malamnya di sana. Minum sampai mabuk lalu menginap di apartemen Bagas. Dia jarang pulang ke rumah.
Hingga hal itu pun terjadi. Kejadian dimana Bian ditemukan overdosis di kamarnya. Entah apa yang ada dalam pikiran Bian saat itu hingga dia memutuskan bunuh diri. Tapi satu hal yang pasti, tragedi overdosis Bian menjadi pukulan berat untuk Kelvin. Karena bagaimana tidak, kalau saja saat itu Bian terlambat semenit saja ditemukan mungkin nayawanya tidak akan terselamatkan dan Kelvin akan kehilangan adiknya untuk selama-lamanya.
Jadi setelah itu perlahan-lahan Kevin pun kembali berubah menjadi Kelvin yang dulu. Dia sedikit menjauh dari minuman haram itu dan roko. Yaa.. meski bila sedang banyak pikiran dia masih suka minum, seperti saat ini, tapi tak separah dulu. Dan satu hal lagi, itu adalah sebab kenapa saat ini Kelvin sangatlah over pada Bian. Dia takut kehilangan Bian.
Sejak kejadian itu rasa kawatir dan takut selalu menemani hati Kelvin. Trauma yang di berikan ayahnya pada Bian dan kenyataan pahit bahwa Bian suka mengonsumsi obat penenang menjadi faktor utama kecemasan Kelvin. Apalagi hampir setiap malam trauma Bian sering kambuh. Hingga anak itu tidak dapat tidur di dalam kamar. Maka dari itu, dengan kondisi Bian saat ini tidak menutup kemungkina bila kejadian itu akan terulang lagi. Makanya, Kelvin jadi protektif pada Bian. Dan dia sangat kesal bila Bian tak mau menuruti kemauanya seperti tadi. Padahah Kelvin kan sangat menghawatirkan Bian tapi, Biannya malah batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabian (END)
Teen FictionDahulu bagi seorang rabian bahagia bagaikan sebuah mimpi yang mustahil menjadi nyata. Tidak seperti anak lainya yang tumbuh dengan kasih dan sayang, bian berbeda. Di masa kecilnya Tak ada bahagia yang dia rasakan, yang ada hanyalah rasa sakit dan l...