3. Bertengkar (Revisi)

8.9K 825 26
                                    

Untuk lima menit setelah Bu Ola pergi meninggalkan Bian dan Kelvin berdua di dalam UKS, Bian dan Kelvin pun saling menatap dengan pandangan nyalah. Inilah hal yang akan terjadi bila kedua anak itu memiliki pemikiran yang bertolak blakang dan saat Bian tak menuruti kemauan Kelvin. Perdebatan akan terjadi, serta sisi buruk Kelvin yang amat pemaksa dan kasar pun akan keluar.

"Pokonya lo harus pulang, titik gak pake koma! gua mau telpon bunda sekarang!" Ucap Kelvin sembari mengambil smartpone dari saku celana dan menekan nomer satu dipanggilan cepat smartpone. Namun sebelum tersambung dengan telpon Sang Bunda, Bian sudah merampas smartpone yang kakaknya pegang dan langsung menyembunyikan smartpone itu pada saku bajunya.

Dengan tampang kesal Bian pun berdecak sebal atas tingkah kakaknya. Karena sungguh, Dia sangat membenci sifat kakaknya yang over kawatir seperti ini.

"Kak, gua itu cuman mimisan. Ngapain, sih pake telpon-telpon, bunda segala? Jangan besar-besarin masalah napa." protes Bian, namun tak di indahkan Kelvin. Cowo itu langsung berdiri dan menunjuk bahu Bian dengan kasar.

"Cuman mimisan lo bilang?! Cuman mimisan?? Liat tuh muka lo pucet banget kaya mayat! Tuh, baju lo penuh darah, lo masih bilang lo gak papa! Apanya, sih yang gak papa?! Hah! Kemarin lo juga kaya gini, lo bilang gak papa, tapi apa? akhirnya lo ambruk juga, kan!" Masih teringat jelas dibenak Kelvin bagaimana adiknya collapse satu minggu yang lalu dan membuat Kelvin panik setengah mati. Karena benar saja keadaan Bian saat itu benar-benar buruk, karena dia sampai harus di bawa ke rumah sakit dan tak sadarkan diri selama 5 jam. Bagaimana saat ini Kelvin tak takut.

Bian berdecak sebal, anak itu tau bagaimana keras kepalanya Kelvin. Karena saat Kelvin sudah berkehendak dan menginginkan sesuatu memang akan sulit membujuknya. sebenarnya pada saat seperti ini biasanya Bian akan mengalah. Dia lebih suka mengalah dari pada bertengkar dengan kakaknya namun untuk kali ini, Bian tak ingin melakukan hal tersebut. Karena sesuatu ini sudah menyangkut bundanya. Karena dia tak ingin membuat bundanya menangis lagi seperti tadi pagi saat wanita itu mengetahui bahwa dirinya sakit. Maka, kejadian mimisan kali ini bundanya gak boleh tau. Kalau samapi tau bisa-bias Bian di bawa ke rumah sakit lagi.

"Tapi sekarang gua gak pingsan, jadi jangan lebay!" Saut Bian yang ikut emosi. "Lagian tau apa lo? gak usah ikut campur. Badan-badan gua. Gua bilang gak papa ya gua gak papa! dan lo..."

BBRAK!!

Kalimat Bian terhenti seketika saat Kelvin tiba-tiba menendang kursi di depan Bian hingga terbalik dan menimbulkan suara keras.

Untuk sepersekian detik Bian membatu dengan pandangan yang menatap nanar kursi di hadapanya, jantungnya serasa berhenti berdetak saat menyaksikan kejadian itu. Karena ini adalah pertama kalinya Bian melihat Kevin semarah ini hingga menendang kursi. Kemudian dengan perasaan takut dan bersalah Bian pun menoleh ke arah sang kakak yang menunjukan wajah kaku yang sangat Bian benci.

"Ya.. Gua emang gak tau apa-apa. Gua emang lebay." Ucap Kelvin dingin lalu pergi meninggalkan Bian yang masih mematung menujuh pintu.

Brak!

Pintu itu tertutup dan sisakan Bian sendiri di dalam ruang itu dengan perasaan campur aduk.

Dia telah membuat kakaknya marah, dan ini adalah hal yang gawat. Karena saat Kelvin sudah marah anak itu akan sulit untuk memaafkan.

"Ah.. shit!" Bian mengacak rambutnya asal lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Bian tak bermaksud membuat kakaknya marah, dia hanya meminta pengertian kakaknya. Karena Bian sangat tidak suka melihat Kak Kelvin dan bunda terus menghawatirkannya. Tapi sial, semua malah jadi seperti ini.

Mata tajam itu perlahan-lahan terpenjam. Kepalanya jadi terasa pening, mungkin karena terlalu banyak mengeluarkan darah dia jadi terserang anemia. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini.

Rabian (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang