Prolog : Rasa pahit

203 18 11
                                    


Dari balik kaca ku memandang satu per satu rintik hujan yang menari nari indah di atas aspal.

Terbayangkan oleh ku kisah 5 tahun silam yang sebenarnya ingin sekali ku lupakan. Sebuah kisah yang membuatku percaya bahwa, cinta memang tak memandang umur, tapi kesiapan akan cinta tersebut lah yang memandang umur dan waktu.

Sejak saat itu, aku menarik diri. Menjauh dari berbagai hal yang disebut cinta. Dan akhirnya disinilah aku, di salah satu kedai kopi pinggir jalan yang popularitasnya sudah tersohor bahkan sampai keluar negri. Hampir setiap hari aku datang ke kedai ini. Pasti kalian berfikir bahwa aku menyukai kopi kan?. Sebenarnya, aku tak menyukainya. Yah setidaknya itulah pikiran ku 5 tahun lalu.

Dulu aku menyukai semua hal yang manis, namun sekarang tidak. Jika aku memakan sesuatu yang manis, maka aku akan slalu teringat tentangmu dan kata kata manismu itu . Jadi, sekarang aku lebih menikmati rasa pahit dari kopi hitam yang ku minum setiap hari. Pahit? Memang, tapi aku paksakan untuk menyukainya.

"Mba lisa ga pulang? Dah 2 jam mba melamun aja ngeliatin hujan" Pak Jaka sang pemilik kedai pun menghampiriku dan duduk dikursi yang ada di hadapanku.

"Belum mau pak, masih mau liatin hujan" Jawabku tanpa melirik pak Jaka.

"Memang nya mba lisa suka banget ya ama hujan? " Tanya nya kebingungan. Ku arahkan pandanganku kepadanya kemudian tersenyum.

"Ga juga sih pak, yaudah deh saya pulang sekarang aja. Tadi saya pesen kopi hitamnya 1 dan roti kejunya 1 pak, jadi semuanya berapa? " Kata ku seraya mengeluarkan dompet dari dalam tas.

"Udah ga usah mba, hari ini saya beri gratis. Lagipula mba juga dateng kesini setiap hari kan hehehe. Ya sudah, saya balik ke kasir dulu ya" Pak Jaka pun berdiri dan berjalan menjauh.

Kulirik benda kecil yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Sudah jam 21.15.

Kuraih tas merah ku, memakai jaket hitam tebal yang rasanya lebih mirip mantel, dan mulai berjalan keluar kedai.

Hujannya terlalu deras, aku rasa tidak mungkin untuk bisa pulang sekarang. Ku keluarkan handphone dari dalam tas dan mulai memesan taksi lewat sebuah aplikasi online. Tak sampai 5 menit ku menunggu, taksi itupun kini sudah ada dihadapanku.

"Selamat malam mba, tujuannya kemana? " Tanya sang supir ramah.

"Ke Jl. Swasembada pak, nanti kita ambil jalan lewat Ancol saja ya agar tidak macet"

"Baik mba"

Sang supir pun mulai menginjak gas dan taksi pun berjalan menjauh meninggalkan kedai yang bahkan masih ramai walau sudah malam.

°°°°°

Dear readers,
Maaf karna prolognya sedikit, nanti di bab 1 nya akan ku buat panjang kok 😂. Jangan lupa vote dan komennya ya jadi aku lebih semangat lagi nulisnya hehehehe .
See u di bab berikutnya:
'LUKA? atau CINTA?'

Segurat TINTA untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang