Mengapa harus dia?

102 6 2
                                    

"Biasakanlah melakukan hal yang benar, jangan membenarkan hal yang biasa dilakukan".

°°°°°

"Papa,  aku menolak perjodohan ini" Dengan kesal akupun berlari kembali menuju ke dalam rumah.

"Loh.. Kamu kenapa lis? " Tanya ibu saat melihatku masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya.

Segera ku baringkan tubuhku di atas kasur dan menutupi wajahku dengan bantal.

'Ini tak boleh terjadi'

Ingin rasanya ku berteriak sekencang mungkin. Jadi ini lah maksud ibu menyuruhku pulang,  agar aku dapat dijodohkan. Tapi... Mengapa harus dia?.

Pria kurang ajar yang kalau bicara tidak pakai dipikir dahulu, cara jalannya yang sombong, dan yang paling membuat ku jengkel adalah dia berpura pura menjadi baik di depan orang tuaku.

Tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak! Ini benar benar tak boleh terjadi.

Saat aku sedang tenggelam dalam lamunan,  tiba tiba handphone ku mulai memutarkan lagu dari kana nishino yang berjudul torisetsu tanda ada yang menelpon.

Ku raih handphone ku dan sedikit terkejut ketika nama yang tertulis di layarnya adalah "ody". Segera ku jawab telfon tersebut.

" Hallo" Kata suara lembut dari seberang sana.

"Hallo dy,  ada apa?"

"Gak ada apa apa kok,  cuman mau nanya kamu udah disampai atau belum?"

"Oh itu,  udah kok"

Sadar ada sesuatu yang salah,  ody pun mulai menyerbu ku dengan seribu pertanyaan yang intinya adalah "are you okay? ".

" Dy,  aku gak apa apa. Aku cuman sedikit laper hehehe aku makan dulu ya,  bye~" Lalu sambungan telfon pun segera ku akhiri.

Yap,  ini bukan saat yang tepat jika harus mendengar pertanyaan ody yang bagaikan ditusuk ribuan panah itu.

Tanpa sadar,  satu persatu air matapun mulai membasahi pipiku

'Baka no namida (air mata bodoh)'

Lelah. Akupun memejamkan mataku dan seketika kesadaranku menghilang perlahan menuju ke alam mimpi.

Mungkin aku butuh istirahat sebentar.

°°°°°

Aku terbangun saat jam sudah menunjukan pukul 15.00.

Dengan mata sembab,  aku berjalan menuju dapur hendak mengambil segelas air putih. Tenggorokanku terasa sangat kering.

Di dapur,  ku dapati ibu sedang mencuci beberapa piring kotor. Sadar akan kehadiranku, ia pun langsung menghentikan kegiatan cuci piringnya.

"Lis, ada yang mau kamu bicarakan ga sama mama?" Sontak aku terkejut dengan pertanyaan ibu,  bagaimana bisa ia membaca pikiranku.

"Sebenernya ada sih ma,  tapi... " Aku menghentikan ucapanku. Tentu saja apa yang ingin ku bicarakan adalah tentang ody, tapi tak mungkin aku bicarakan ini di rumah karna aku takut ada yang menguping pembicaraan kami.

Segurat TINTA untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang