Chapter 4 – Tendangan Kecil
Selesai kami makan bersama, tepatnya keluarga Derek makan dan aku menghisap darah kelinci, Ibu menyuruhku beristirahat "Michela naiklah ke atas, berisitirahatlah, kau pasti lelah"ujar Ibu. "ke atas? Maksud ibu ke kamarku? "ujar Derek,
"iya, hei bukankah di pasangan mu, Jadi kamarmu, kamar Michela juga"seru Ibu. "Pasangan? Enak saja ibu bilang seperti itu!"ujar Derek lagi. "sudah ibu tidak ingin berdebat, Bawa dia ke kamarmu, jaga dia dan calon anak mu"ujar Ibu.
Derek menarik lenganku menaiki tangga, dan berhenti di sebuah pintu, "Masuklah, aku ingin pergi dahulu, kau jangan merusak kamarku"ujar Derek.
Dia pergi meninggalkanku. aku memasuki kamarnya, kamar khas lelaki. Aku mengintip sedikit dari jendela yang berlapiskan kayu, kulihat Derek pergi dengan wujud werewolfnya, entah kemana dia pergi.
Aku menaiki kasurnya, masih beraroma dirinya. Tiga bulan ini sudah banyak kejadian yang menimpaku, aku mengamati perutku yang kian hari kian membesar ini, tanpa sadar aku mengelusnya, aku merasakan sedikit tendangan, "anakku kah?", tidak ini sebuah kesalahan, bayi ini terkutuk, tapi sesungguhnya aku tidak tega membunuhnya, dia darah dagingku, dia suci tak patut untuk di persalahkan.
***
Setelah aku meninggalkan Michela di depan pintu kamarku, aku pergi meninggalkan rumah. Aku bosan di marahi ayah ataupun ibu, aku pergi ke bar yang di kelolah paman Louis.
"Hai Paman"ujarku, "Derek, ke mana saja kau selama ini? "ujar paman Louis. "aku malas membicarakannya Paman"ujarku. "Mau minum apa Derek?" ujar Paman Louis. "Seperti biasa saja Paman"ujarku.
Ku lihat beberapa gerombolan werewolf memasuki bar Paman Louis, tampak Sean, Joy dan Brenda mulai mendekatiku. "Hei, jagoan kemana saja kau selama ini?"ujar Sean. "cih bukan urusanmu"ujarku. "Kau tau selama kau pergi Brenda uring-uringan"ujar Joy. "Diam kau Joy"ujar Brenda.
Brenda adalah gadis yang sempat berpacaran denganku, kami putus setahun yang lalu, aku merasa tidak cocok dengan mulutya yang cerewet itu. "Benar itu Brenda?"ujarku menjahilinya. "Persetan kau Derek"ujar Brenda menjauhi ku. Aku terkekeh.
"Derek kau belum menceritakan selama ini kau kemana"ujar Sean kembali. "Aku mendapat misi dari ayahku, kau tau bukan ayahku itu seperti apa"Ujar Derek, Sean dan Joy manggut-manggut. "Derek baumu sedikit berbeda, ya seperti bau vampire"ujar Joy. "Benarkah? Aku tidak menciumnya"ujarku sambil mengendus tubuhku sendiri, sial bau Michela masih menempel di tubuhku. "ku rasa ini bau vampire yang ku lawan kemarin"ujarku berdusta. "Baunya manis, aku suka, sepertinya vampire itu perempuan"ujar Sean. "Dasar kau"ujarku pada Sean.
"Brenda" sapaku kepada Brenda. Brenda menolehkan kepalanya "Ada apa Derek?"jawabnya ketus, selama kami berpisah Brenda tampak berubah , dirinya tidak banyak omong seperti dahulu. "Kau tidak merindukanku?"ujarku. "Cih, hanya dalam mimpimu"ujar Brenda. Aku tertawa, sungguh aku merindukan omelan Brenda. "Kau tau, aku merindukan omelanmu seperti itu"ujarku. "Ekhemh"ujar Joy, "Sebaiknya kalian balikan seperti dahulu"ujar Sean.
"Kau dengar apa kata Sean, apa sebaiknya kita kembali seperti dahulu?"ujarku. "Cukup Derek, aku tidak ingin bersamamu lagi, cukup kau merendahkan diriku"ujar Brenda pergi meninggalkan Bar Paman Louis. Sean dan Joy tertawa, "Diam kalian"ujarku.
"Jangan marah terus Derek, bagaimana kalau kita berburu, sudah lama kita tidak berburu bersama bukan?"ujar Sean. "Benar itu Derek, kita juga sudah lama tidak berlomba lari"ujar Joy. "Baiklah ayo"ujarku.
***
Hari telah malam, aku terbangun karena suara pintu terbuka secara paksa. Kulihat Derek pulang dengan membawa seekor kelinci, di lemparkannya kelinci itu kepadaku. "Ambil ini, aku tidak ingin ketika tidur kau menghisap darahku"ujar Derek. Setelah mengucapkan itu Derek keluar kembali.
Aku menerima kelinci tersebut, diriku merasa haus, aku menghisap darah kelinci tersebut, darahnya menetes mengotori bajuku. Setelah aku selesai menghisap darah kelinci tersebut, Derek masuk ke kamar, hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, ternyata dia sehabis mandi.
Derek berjalan menuju lemari , dia melepas handuk dan memakai celana "Apa yang kau lihat?"ujar Derek garang. "Tidak ada"ujarku memalingkan muka. "Oh, kau terpesona dengan tubuhku ini ya?"ujar Derek narsis.
"Cih"ujarku , "Bukankah kau sudah melihatnya berkali-kali"ujar Derek sensual dia mendekatkan badannya yang tanpa baju itu kepada diriku, demi Tuhan apalagi yang ingin Derek lakukan. "Diam kau"ujarku, "hahaha"Derek tertawa dan kembali ke lemari memakai baju. Sial Derek mengerjaiku.
"Michela"ujar Derek, aku menoleh ke arahnya, Derek melemparkan baju kearah diriku "aku tidak ingin kau tidur berbau kelinci, merusak indra penciumanku, ganti pakaianmu"ujar Derek.
Derek benar bajuku sudah tidak layak, banyak noda darah kelinci yang menetes di baju ini. Aku menatap Derek dengan tajam, "Baiklah, aku berbalik badan, tidak akan mengintipmu"ujar Derek, aku bergegas mengganti pakaian.
Derek menaiki ranjang yang sudah lebih dahulu ku tempati "Kau tidur di sini?"ujarku, "Ya, ini kamarku bukan"ujar Derek santai. Aku mengeratkan selimut menutupi hingga leherku.
"Hei kau bertingkah aneh Michela"ujar Derek, "Oh kau takut pada diriku ya?"ujar Derek. "Apa kau bilang?"ujarku geram. Aku bersiap hendak mencekik Derek, namun Derek telah lebih dahulu memegang kedua tanganku, "kau ingin bermain-main rupanya"ujar Derek.
Derek mengungkung diriku di bawah tubuhnya "Apa yang ingin kau lakukan Derek?"ujarku cemas, aku meronta-ronta. "Apa yang ingin ku lakukan? Ha?"seru Derek. "Bermain-main denganmu ku rasa menyenangkan"ujar Derek kembali. "Oh Derek ku mohon jangan"ujarku memelas.
Derek menciumku, aku takut dia berbuat lebih, aku terus meronta. Ya Tuhan, anakku, ya anakku akan tertindih kelak " Derek, hentikan, Derek ku mohon, anak kita, kumohon anak kita akan mati jika seperti ini"ujarku. Derek menghentikan perbuatannya. "Tidurlah"ucapnya.
***
Awalnya aku hanya ingin menggoda vampire itu, aku menciumnya, dia terus meronta, tanpa sadar aku menyentuhnya. Michela berteriak " Derek, hentikan, Derek ku mohon, anak kita, kumohon anak kita akan mati jika seperti ini"ujarnya.
Sial aku melupakan satu hal, Michela tengah mengandung. Aku menghentikan perbuatanku "Tidurlah"ucapku.
Aku tidur memunggungi Michela, sesekali aku dapat merasakan tubuhnya bergerak, seolah-olah tidak nyaman, "Kau begitu nakal, kau menendang berkali-kali, Ibu tidak bisa tidur"ujar Michela, aku mendengar perkataannya, ternyata dia sedang berbicara dengan perutnya. Tak lama tak ada gerakan lagi, ku rasa Michela tengah tertidur.
Aku berbalik badan, aku penasaran apakah benar anakku, oh sial anakku, aku terekekeh sendiri menyebut anakku itu menendang, aku meraba perut Michela yang buncit tersebut.
"Dug"aku merasakan tendangan kecil , aku tersenyum sendiri, "Dug" dan lagi dia menendang, aku tidak bisa melepaskan tanganku di perut Michela, seperti candu aku ingin merasakannya terus dan terus, hingga aku tertidur memeluk Michela.
***
Aku sulit sekali tidur, berkali-kali anak ini menendang perutku, malam ini dia begitu aktif. Aku mencoba memejamkan mataku, setelah berbicara dengan dengan perutku.
Sebenarnya aku belum tertidur benar, hingga aku merasakan tangan, ya tangan Derek meraba perutku, "Dug"aku kembali merasakan tendangan.
Derek masih tetap meraba perutku, semakin dia meraba, tendangan itu semakin aktif, aku ingin bangun saja, namun ku urungkan, karena aku merasa Derek sedang menikmati moment itu hingga aku rasakan dengkuran halus di leherku, Derek tertidur memelukku, tepatnya memeluk perutku, dengan wajahnya di leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love (End)
Hombres Lobo18+ Mencoba genre vampire dan werewolf. Mohon kebijaksanaan pembaca. Apakah kau pernah merasakan cinta?, ku rasa aku tidak, bukan begitu, awalnya aku tidak merasakan cinta bahkan aku tidak mengenalmu. Kaum mu dan kaumku berbeda bahkan kita bermusuh...