vote,komen, dan share cerita ini.✨
🐝🐝🐝
Setelah perdebatan cukup panjang antara Noval dan Azi, akhirnya Dea di perbolehkan jalan bersama tetangga barunya itu. Dengan ogah-ogahan Dea berjalan mengikuti Azi yang sedang melangkahkan kakinya kearah rumahnya.
Untuk hari ini, langit sedikit mendung. Jadi, meskipun sekarang sudah pukul sepuluh lebih, tetapi matahari sepertinya tidak mau menunjukkan sinarnya lagi. Mengingat tadi pagi sinar matahari bersinar walau hanya sebentar.
"BUNDAAAA!" teriak Azi kencang membuat Dea refleks menutup telinganya.
"Lo itu berisik banget sih! Males udah gini mah males!" ketus Dea membuat Azi menoleh.
"Eh bebeb jangan marah-marah gitu dong, nanti aku marah." ucap Azi dengan mengerjapkan matanya sok imut.
Dea menghela nafas kasar, "Ih gak tau pokoknya gue benci sama lo,"
"Masa baru kenal udah benci aja?" tanya Azi dengan nada yang menurut Dea terdengar sangat menyebalkan.
"Masa baru kenal udah ngajak jalan aja?" tanya Dea dengan nada bicaranya mengikuti Azi.
"Ih copas ya lo,"
Dea menyipitkan matanya sinis, "Serah gue lah."
Kenapa ya aura-aura Azi tuh kayak menyebalkan banget nggak sih? Sampai-sampai Dea harus selalu beristighfar di dalam hati.
Pintu utama terbuka, terdapat Bunda yang datang sambil membawa majalah.
"Aduh dari tadi berisik tuh ada kalian," ucap Bunda dengan terkekeh pelan. Ia menghampiri kedua remaja yang tengah berdiri di depan rumahnya.
"Eh Bunda," sapa Dea kikuk dan segera mengambil tangannya untuk salam.
"Bunda, dia itu sekarang pacar aku loh." celetuk Azi dengan nada yang menyebalkan.
Dea melotot, "Apaan sih lo?! Gak Bun, lagian aku juga udah ada calon."
"Ih kan gue calonnya." kekeh Azi tak mau kalah.
"Apaan sih lo? Nggak ya Bun," sanggah Dea ketus.
"Loh kok kalian jadi berantem sih? Ah kalian mau kemana?" tanya Bunda kepo.
"Aku mau ngajak dia jalan dong Bun," ucap Azi bangga.
"Aku dipaksa sama dia Bun," adu Dea pada Bunda. Yang tanpa sadar kini mulai meringan untuk mengobrol dengan mereka. Karena tadi, masih malu-malu atau kikuk. Karena sifat Bunda sangatlah ramah sehingga Dea merasa nyaman untuk mengobrol dengannya. Berbeda dengan anaknya, rasanya Dea akan terus darah tinggi kayaknya.
Bunda menatap sinis Azi, "Kamu ini baru kenal aja udah ngajak jalan," ketus Bunda sambil menjewer telinga Azi.
Membuat Azi meringis, "Aduh-aduh Bunda! Sakit!"
Bunda melepas jewerannya, "Makanya jangan genit kalo jadi cowok!"
Azi mengusap usap telinganya kemudian cemberut, "Tapi aku keren kan Bun? Dalam sehari bisa ngajak jalan cewek," ucapnya bangga dengan menepuk-nepuk dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [Revisi]
Teen Fictioncover by tapaksara "Jangan serakah dalam mencintai. Karena pada hakikatnya, seseorang hanya berhak untuk mencintai satu orang, tidak lebih." Sepertinya, hampir semua perempuan tidak ingin dicintai oleh lelaki yang mencintai perempuan lain. Seperti h...