vote, komen, dan share cerita ini.✨
btw, judulnya ya ampun T____T
happy reading!🐝🐝🐝
Dea meringis, tangannya bergerak untuk mengusap dahinya yang sudah berlumuran darah. Ia ingin sekali membalas perbuatan Nadine. Namun apa daya, ia hanya seorang diri disini.Ia menegakkan tubuhnya berusaha untuk bangkit, namun tidak bisa. Kepalanya terlalu pusing. Mungkin, ia akan mati disini karena ia yakin tidak akan ada yang melewati gudang ini. Dan, apesnya lagi, ia tidak membawa ponsel.
Sial, sepertinya ia harus bersiap-siap membaca syahadat.
"Yaampun! Kakak kenapa?!" tanya salah seorang cewek yang baru saja memasuki gudang tempat Dea di bully.
Semula matanya tertutup rapat, kini terbuka lebar. Perlahan Dea mendongak, "Gue nggak papa." jawabnya. "Boleh tolong bantu gue?" tanyanya.
"Iya boleh, sini kak." ujar siswi tersebut bergerak mendekat. "Kak, ya ampun itu darahnya keluar terus, astaga." lanjutnya.
"Oh iya?" tanya Dea kemudian tangannya mengusap keningnya setelah di bantu duduk oleh perempuan tadi.
"Iya ya ampun! Yaudah aku anterin kakak ke UKS ya."
Siswi itu memapah tubuh Dea berjalan menuju UKS. Untung koridor tengah sepi, jadi Dea tak perlu menjadi artis dadakan karena murid-murid disini tuh suka banget ngelihatin orang.
Kini, mereka berdua telah sampai di depan pintu UKS. Kemudian perempuan tadi membuka pintu UKS dan masuk ke dalam. Tak lupa, tangannya memapah tubuh Dea.
"Duduk ya kak, aku ambilin kotak P3K dulu." pamit perempuan tersebut berjalan menjauhi Dea.
Dea yang kini tengah bersandar di bangkar UKS seketika mengernyitkan dahinya bingung, tuh cewek tau dimana letak kotaknya? Dia PMR? batinnya dalam hati.
Perempuan tersebut datang kembali dengan kotak P3K yang sudah berada di tangannya.
"Izin ya kak." ujarnya dengan sopan, Dea menganggukkan kepalanya.
Setelah membersihkan dan menempelkan kapas juga plester di dahinya, perempuan itu sempat bertanya.
"Kak Dea kenapa bisa gini?" tanya perempuan tersebut seraya membereskan obat-obatan yang ia keluarkan untuk mengobati kakak kelasnya itu. Tangannya kini kembali untuk memasukkan obat-obatan tersebut ke dalam kotak.
Dea menatapnya dengan bingung, "Lo tau nama gue?"
Siswi itu terkekeh pelan, "Iya, aku tau."
"Pake bahasa kita aja, santuy sama gue mah."
Siswi itu mengangguk, "Iya gue tau, kelas 12 IPA-2 kan?"
Dea menatap siswi tersebut dengan horor, "Lo---stalking?"
Pertanyaan dari Dea membuat siswi itu tertawa, "Ya nggak lah, kak Dea kenal sama bang Fazmi kan? Nah dia tuh sepupu gue."
Dea manggut-manggut mengerti, "Eh btw nama lo siapa? Sampe lupa nanya."
"Nama gue Kirana, panggil aja Kirana."
"Oh Kirana ya, lo kok kayak nggak asing gitu sama UKS. Maksudnya tau dimana letak obat atau apa kek."
Kirana terkekeh, "Gue PMR disini, tepatnya sih ketua."
"Oh, Shafa kelas IPA-3 udah pensiun?" tanya Dea sedikit penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [Revisi]
Teen Fictioncover by tapaksara "Jangan serakah dalam mencintai. Karena pada hakikatnya, seseorang hanya berhak untuk mencintai satu orang, tidak lebih." Sepertinya, hampir semua perempuan tidak ingin dicintai oleh lelaki yang mencintai perempuan lain. Seperti h...