Kelas hari ini telah selesai sejak pukul 12 siang, meskipun sekarang sudah jam 3 sore tetapi Jeon Wonwoo belum meninggalkan kampusnya--dia masih duduk di salah satu meja di sudut dalam perpustakaan, menenggelamkan diri dalam tumpukan tugas dan jurnal. Meskipun tubuhnya sudah memprotes untuk meminta istirahat, tetapi dia tidak mempedulikan itu--bahkan makan siang pun dia lewatkan, tidak lapar ujarnya saat Jihoon ingin mentraktir makan siang.
Saat dia mendapatkan pesan singkat dari Jeonghan yang mengatakan sudah di depan gerbang kampus, Wonwoo langsung membereskan barang-barangnya dan bergegas menghampiri sepupunya itu.
Sudah menjadi kebiasaan Jeonghan semenjak dia keluar dari rumah sakit satu bulan yang lalu untuk menjemputnya setelah pulang kuliah--bahkan jika Jeonghan tidak malas dan tidak memilih untuk bermesraan dengan Seungcheol, dia akan mengantar Wonwoo ke kampus.
"Sudah makan?" tanya Jeonghan saat Wonwoo masuk ke dalam mobil sedannya.
"Umm... sudah,"
Jeonghan mendengus, "Tukang bohong. Ayo kita cari makan." lanjutnya.
Selama di perjalanan, Jeonghan terus menceritakan bagaimana kelakuan klien dan anak buahnya yang dapat membuat dia botak dalam waktu singkat jika dia terus-terusan berurusan dengan mereka--juga kelakuan Seungcheol yang beberapa kali menolak ajakan Jeonghan untuk liburan ke Jerman.
"Dia bilang liburan itu cuma untuk pengangguran. Dasar sinting." cibir Jeonghan.
Saat ini mereka sudah berada di sebuah restauran masakan timur tengah dan Jeonghan memesankan beberapa makanan dalam porsi besar untuk Wonwoo serta makanan porsi normal untuk dirinya sendiri.
"Seungcheol hyung kan tidak peka." sahut Wonwoo.
"Dia bukan tidak peka, dia cuma kolot! Sinting," gerutu Jeonghan, meletakkan ponselnya ke meja dengan kasar. "Kenapa dulu aku mau saja menikah dengan laki-laki yang lebih tua dariku!"
"Seungcheol hyung lebih tua darimu?"
"Lebih tua 7 tahun, lihat saja mukanya itu." Jeonghan menjawab dengan ketus.
Dan selama makan siang hingga pulang ke rumah keluarga Choi tersebut, Wonwoo hanya menanggapi ocehan Jeonghan dengan tertawa dan komentar kecil. Dia sedikit iri dengan hubungan Jeonghan dan Seungcheol yang terlihat tidak akur tetapi sebenarnya sangat erat dan hangat--yang kadang kala Wonwoo merasa salah tingkah jika dia tidak sengaja memergoki sepupunya itu bermesraan di ruang keluarga dengan suaminya.
"Tapi kamu kan mencintainya, hyung." Wonwoo berujar saat dia turun dari mobil sedan Jeonghan dan kakak sepupunya hanya terdiam sambil mengerucutkan bibir.
---MxW---
"Wonwoo?"
Sebuah suara berat yang terdengar kekanak-kanakan membangunkannya dari tidur---tidur? tunggu... sejak kapan dia tertidur?
Wonwoo membuka matanya perlahan-lahan, berusaha menerima sinar lampu yang menyergap masuk ke dalam retinanya dan saat ia hendak beranjak untuk mendudukan dirinya, dia menyadari kalau saat ini dia terbaring disebuah kasur empuk yang terlalu nyaman dengan aroma yang telah dia kenali...
"Jeonghan hyung?" dia memanggil dengan suara parau, tetapi yang dia dapatkan justru bukan sosok Jeonghan yang duduk di pinggiran ranjang melainkan Kim Mingyu. "Kamu..."
"Kenapa kamu mabuk?" tanya Mingyu, tanpa ada basa-basi, menatap tajam kedua mata Wonwoo yang masih menyipit.
"Aku... dimana?"
"Apartemen kita."
Wonwoo mengerutkan keningnya, apartemen kita? Apaan sih, tapi kan-"Aku ingin Jeonghan hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Peach
FanfictionJeon Wonwoo sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Kim Mingyu, tetapi dalam kurun dua tahun mereka berpacaran, dia tidak mengetahui profesi sampingan pacarnya tersebut. ------------------------------ Mature content for swearing and provanities ...