Suara orang-orang berbisik memenuhi pendengarannya, badannya terasa kaku untuk digerakkan, kedua matanya pun tidak bisa terbuka meski dia memaksakan diri untuk membuka mata, napasnya menjadi tersengal-sengal seperti habis lari marathon.
Dia ingin berteriak meminta tolong tetapi mulutnya pun membisu bahkan tidak terbuka.
Ah sialan, apakah aku akan mati?
Masa aku mati karena putus cinta, sih? Brengsek sialan!
Ini salahmu Kim Mingyu kalau aku mati!
Dan suara bisikan-bisikan tersebut pun menghilang, menyisakan kesunyian yang mecekam dan udara dingin yang menusuk seluruh tubuhnya.
Akhirnya dia pun menyerah.
Seluruh keinginannya untuk bangun lambat laun menghilang.
---MxW---
"Gege, cepat panggilkan dokter!" seru suara yang sangat Wonwoo kenali.
Minghao?
Kenapa Minghao panik?
Wonwoo membuka matanya perlahan-lahan.
Cahaya lampu yang terang menyilaukan kornea matanya. Ia pun mengerjap-ngerjap dan melihat langit-langit warna putih diatasnya, saat menengok ke arah kanan dan kiri dia melihat seluruh tembok putih dan interior yang sudah sering dia temui ketika masih kecil dulu.
Minghao berdiri di ujung kakinya dengan wajah pucat. "Kamu di rumah sakit, hyung."
"Hao..." suara yang keluar dari mulutnya terdengar serak dan tidak lebih kencang dari sebuah bisikan.
"Jangan bergerak dulu, hyung. Junhui gege sedang memanggilkan dokter, astaga! hyung aku bilang jangan bergerak dulu!" Minghao menjerit dan mendorong tubuh kurus Wonwoo yang lemas agar tetap tertidur di ranjang rumah sakit.
Lelaki bermata rubah tersebut hanya menuruti perintah Minghao ketika dia merasa tidak berguna juga untuk melawan dengan keadannya yang masih lemah, dan sesaat kemudian seorang dokter wanita datang ke dalam ruangannya bersama dengan Jun serta seorang perawat yang mengekor di belakang.
"Selamat siang, Wonwoo-ssi." sapa dokter wanita tersebut ramah sambil memeriksa kantong infus dan menempelkan stetoskop ke dadanya. "Bagaimana perasaanmu?"
Wonwoo tersenyum lemah, "Tidak... tahu.."
Dokter wanita itu tertawa. "Tentu saja, kau sudah pingsan selama 4 hari membuat teman-temanmu khawatir. Lain kali makanlah yang teratur, gastritismu bisa bertambah parah, mengerti? Dan berhenti membuat tubuhmu stress, Wonwoo-ssi."
Setelah dokter wanita tersebut berbicara dengan Minghao dan Jun mengenai dirinya, dokter dan perawat tersebut pamit keluar dari ruangannya.
Wonwoo hanya menatap nanar kedua teman-temannya yang terlihat sangat lelah dan khawatir. Dia menjadi tambah tidak enak hati karena telah menyusahkan kedua perantau yang masih berbincang dalam bahasa mandarin.
Hal terakhir yang dia ingat adalah sarapan pagi bersama Minghao setelah mereka mengobrol, tangisnya pecah kemudian segalanya menghitam.
"Woo," panggil Jun yang sudah berdiri di sampingnya. "Syukurlah kamu sudah siuman. Aku dan Minghao khawatir sekali."
"Maafkan aku." Wonwoo berujar lirih. "Aku merepotkan kalian berdua lagi, setelah aku keluar dari rumah sakit aku akan mencari tempat tinggal baru."
"Jangan begitu, hyung. Kau masih belum pulih, kami tidak apa-apa."
Lelaki bermata rubah itu menggeleng pelan. "Tidak, aku sudah cukup merepotkan kalian. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Peach
FanfictionJeon Wonwoo sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Kim Mingyu, tetapi dalam kurun dua tahun mereka berpacaran, dia tidak mengetahui profesi sampingan pacarnya tersebut. ------------------------------ Mature content for swearing and provanities ...