chapter 11 ~ Feel #1

1.4K 112 3
                                    

Hello readers sekalian🙋, author balik lagi nieh.. Selamat membaca ya & sorry ye banyak typo + makin gaje 🙏

















sebelumnya >>

"ania tae..aa hyung tak punya adik ataupun kakak, hyung anak tunggal di keluarga hyung"

"kalau tae hanya memiliki yonggi hyung"
.
.

"eomma...tae"


Feel


Bulan dan bintang telah muncul menghiasi latar malam yang gelap, membuat banyak orang tertarik memandanginya hingga puas.

Tapi tidak dengan namja paruh baya itu. Ia terus melangkahkan kakinya dengan cepat menelusuri lorong sebuah rumah sakit menuju ruang IGD tempat tuan mudanya berada.

Baru saja kemarin ia mengantarkan tuan mudanya itu kerumah sedari rumah sakit, dan hari ini ditengah jam santainya ia mendapat kabar yang membuat hatinya berdebar kembali.

Lima belas menit yang lalu ia mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit, yang mengabarinya bahwa namja dengan nama Kim Jimin berada di IGD rumah sakit mereka, karena kecelakaan lalulintas.

Derap langkah Lee Ajhusi berhenti lalu dibuka nya dengan kasar pintu IGD dan langsung mencari Jimin. Berkali-kali Lee ajhusi menyibak tirai yang menutupi setiap ranjang yang ada disana, tapi ia tak menemukan tuan mudanya itu.

Di usapnya dengan kasar wajah yang mulai menua itu, Lee Ajhusi kebingungan dan khawatir akan kondisi tuan muda nya. Hingga sebuah suara mengagetkan Lee Ajhusi dan membuyarkan pikiran negatif yang melayang-layang sedari tadi.

.  .  .  .

Jimin POV

"Akh.." pekikku sambil mengusap kening yang dibalut perban ini.

"Lama sekali Lee Ajhusi, apa jalanan ramai" monolog ku sambil duduk di salah satu ranjang IGD menunggu Lee Ajhusi.

"Tuan Kim Jimin"

Ku dengar ada seorang suster yang memanggil ku. Ia memberiku selembar kertas berisi nama beberapa obat yang harus kutebus. Ku lirik kembali pintu masuk IGD namun sosok yang kucari tak kunjung datang.

Ku lihat arloji di tangan kiriku, sudah hampir dua jam aku menunggu Lee Ajhusi. Sudahlah dari pada berlama-lama di tempat mengerikan ini lebih baik aku selesaikan sendiri.

Ku langkahkan kakiku menuju IGD kembali sesuai dengan arahan petugas apotek tadi, aku harus memberikan obat pengganti yang aku pakai di IGD tadi. Baru saja ku langkahkan kakiku masuk, dapat kulihat namja paruh baya yang mondar-mandir membuka hampir semua tirai di IGD itu. Dari perawakan nya aku mengenali namja itu, namja yang ku tunggu sedari tadi.

Ku dekati ia dari arah belakang.

"Ajhusi.." ia tetap kebingungan dan kupanggil sekali lagi.

"Lee Ajhusi" ku lihat ia gelagapan menoleh ke arah ku.

Ia langsung memegang pundakku, meraba seluruh bagian badanku. Aku tahu, ia sedang memastikan keadaanku saat ini.

"Tuan muda..apa yang terjadi mengapa tuan bisa disini" tanya Lee Ajhusi sambil menuntunku ke arah ranjang yang kosong. Ia mendudukan ku dengan lembut. Di usapnya punggung tanganku dan beralih ke punggung tegapku.

"Gwencana Ajhusi aku baik-baik saja, maaf kan aku, karena membuat Ajhusi khawatir"

"Ajhusi tak akan membiarkan tuan pergi sendirian lagi, Ajhusi tak mau lagi mendapat telepon dari tempat mengerikan ini" jelas Lee Ajhusi yang hampir membuatku tertawa.

"Tapi, tuan mengapa tuan tak menelpon ajhusi secara langsung, kenapa harus petugas rumah sakit yang menelpon, dan bagaimana bisa tuan berakhir disini"

Lee Ajhusi membombardir ku dengan pertanyaan beruntun nya. Aku tahu ia pasti sangat khawatir, karena tadi aku menyuruh petugas rumah sakit untuk sedikit mendramatisir keadaanku.

Ku jawab pertanyaan Lee Ajhusi dengan senyumku, aku harap ia tak curiga padaku.

"Ajhusi aku kurang hati-hati dan sedikit mengantuk, mobilku yang berbelok ke arah sebaliknya aku tak melihat ada kendaraan lain, dan seketika aku langsung banting setir dan ya..akhirnya aku menabrak pembatas jalan dan melukai keningku"

"Tapi, Ajhusi tenang saja, aku sekarang sangat baik-baik saja"

Ucapku menjelaskan kronolgi yang jauh dari kenyataan yang sebenarnya terjadi.

Ku lihat Lee Ajhusi mengangguk kan kepalanya sambil berdehem mengiyakan ceritaku.

"Ajhusi..apakah kita akan berlama-lama disini" ucapku sedikit manja.

Ya dengan siapa lagi aku bisa bermanja selain dengan nya. Lee Ajhusi adalah pengganti sosok lembut ayahku.
Setelah mendengar ucapanku Lee Ajhusi segera menanyakan keadaanku pada dokter.

"Syukurlah, tuan luka Anda tidak parah, dokter bilang tuan dapat dirawat dirumah, tapi tuan harus taat minum obat ini ya.." jelas Lee Ajhusi yang diakhiri dengan mengangkat kantong berisi banyak obat didalamnya.

Setelah itu Lee Ajhusi langsung mengantar ku pulang, tapi bukan pulang ke apartment ku melainkan kerumah pribadi Lee Ajhusi.

Jimin POV end

.  .  .  .

"Hyung" panggil seorang namja dengan mata elangnya.

"Yonggi hyung" sekali lagi Taehyung memangil Yonggi sambil mengguncangkan badan Yonggi yang bergelung dengan selimut.

"Hyung bangun, Tae lapar..."

"Emmm...Tae..aa..ini sudah malam, lagi pula tadi kan sudah makan"

"Hyung, temani Tae ke market depan, Tae mau beli cemilan"

"Tae..hyung sangat ngantuk, besok saja kita kesana..hmm"

Yonggi kembali menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Taehyung pun tak habis akal ia menarik selimut Yonggi dan langsung memeluk hyung mungil nya itu.

"Ash...Tae..kenapa badanmu panas" tanya Yonggi sambil berbalik menghadap dongsaeng kesayangannya itu.

"Ania..hyung aku tidak apa-apa"

"Tidak apa dari mana, kau demam Tae"

"Ania..hyung Tae cuma lapar hyung, Tae ingin cemilan" ucap Tae dan mendudukkan dirinya di depan Yonggi.

"Baiklah-baiklah akan hyung belikan, tapi Tae tunggu disini, dan kalau Tae merasa pusing langsung telepon hyung ya" ucap Yonggi sambil mengenakan jaket tebalnya.

"Tapi..hyung..Tae mau ikut"

"Jangan Tae..ini sudah lewat tengah malam, dan diluar udaranya sangat dingin, hyung tak mau Tae semakin demam"

"Tunggu disini hyung akan sekalian membelikan obat demam untuk Tae"

Taehyung pun hanya mengangguk mengiyakan perkataan Yonggi dan membaringkan badan nya di ranjang hyungnya itu.
.

.

.

.

.

Taehyung sebenarnya tahu akan keadaannya saat ini. Sudah sejak tadi sore ia merasa tak enak badan. Tapi Taehyung tak menghiraukan itu, karena bukan hanya badan nya yang merasa tak nyaman, tapi sejak tadi sore ia berpisah dengan Jimin di cafe tiba-tiba saja ia merasa cemas dan khawatir akan keadaan Jimin.

Setelah Yonggi pergi ke market, yang Taehyung lakukan hanya berdiam diri memandangi langit-langit kamar yonggi sambil membayangkan wajah Jimin. Meskipun mendapat jawaban yang sangat jelas, Taehyung masih tak percaya bahwa ada orang yang akan memiliki nama bahkan aura yang sama didunia ini.

Percaya atau tidak Taehyung harus tetap menerima kenyataan pahit bahwa angannya tentang hyung kesayangan nya masih ada, harus ia telan mentah-mentah. Tapi hati tak dapat dibohongi ia masih merasa tak asing dengan sosok namja dengan nama Kim Jimin yang ia temui tadi.

👇

Save Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang