2 (Dos)

68 11 10
                                    

-
-
-

Sore ini Biya mengelili komplek perumahannya menggunakan sepeda yang sangat jarang ia gunakan. Alasan Biya mengelili komplek menggunakan sepeda karena dia ingin menikmati udara sore hari, juga ingin pergi ke taman komplek, karena biasanya di saat sore seperti ini banyak pedagang yang menjual berbagai macam makanan.

Selama ini Biya jarang sekali keluar rumah, karena dia tidak memiliki teman rumah, dan abangnya pun tidak pernah mau mengantarnya jalan-jalan di area komplek, alasannya karena malas.

Biya memberhentikan sepedanya, kemudian memarkirkannya di tempat khusus sepeda, mengelilingi taman yang tidak begitu luas, kemudian berhenti tepat di penjual es krim, dia memutuskan untuk memesan es krim rasa vanilla.

Setelah mendapatkan es krimnya, Biya duduk di kursi taman yang disediakan, memandang sekeliling, ternyata disini banyak anak kecil yang bermain, tidak heran jika banyak pedagang seperti ini.

Biya sibuk dengan es krimnya, namun saat sedang fokus memakan es krim, dia dikagetkan dengan lemparan bola yang mengenai wajahnya, saat dilihat ada anak kecil yang mungkin berusia lima tahun menghampirinya, seraya meminta maaf dengan wajah yang begitu gemas.

"Kak maaf, tadi aku nggak sengaja nendang bolanya kekencengan."

"Iya gak pa-pa kok, nama kamu siapa?" tanya Biya dengan senyumnya, ini adalah sisi hangat Biya, hanya sedikit orang yang akan mendapatkannya.

"Ehan kak." jawab bocah kecil itu seraya menyembunyikan wajahnya dengan menunduk.

"Kok nunduk, emang kakak nyeremin ya?" tanya Biya berusaha sehalus mungkin.

"Ng-ngak kok kak, aku cuman takut kakak marah gara-gara bolanya kena muka kakak."

"Kakak gak marah kok, ohiya kamu kesini sama siapa?"

Anak tadi menengadahkan kepalanya, menghadap Biya kemudian berkata, "aku ke sini sama abang, tapi sekarang aku gak tau abang kemana." ucapnya dengan wajah murung.

"Gimana kalau kakak yang anterin kamu pulang, mau?" tawar Biya, dan dijawab dengan antusias oleh Ehan.

Kini Biya dan Ehan berada di atas sepeda Biya, kedunya mengobrol seakan sudah lama mengenal, Ehan ini anak kecil yang sangat menggemaskan menurut Biya, karena dia selalu menjawab pertanyaan Biya dengan nyambung, lalu bertanya-tanya sesuatu yang ia lihat selama di perjalanan menuju rumahnya.

Ternyata rumah Ehan tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya berjarak tiga rumah untuk sampai di rumah Biya, Ehan mengajak Biya masuk ke dalam rumahnya.

Biya sudah menolak dengan halus, namun jika Biya tidak ikut masuk ke dalan rumah Ehan, anak kecil itu akan menangis, membayangkannya saja Biya tidak tahan, jadilah ia menurut saja pada bocah itu.

----

Dilain sisi, ada seorang remaja yang kebingungan mencari adiknya, dia benar-benar khawatir, pasalnya tadi dia meninggalkan adiknya di taman dengan memberikan bola yang sengaja dibelinya, dia meninggalkan adiknya karena ada hal yang penting, tapi kali ini adiknya tidak ada.

"Mampus gue, kalau si Ehan gak ketemu, mati gue diulek bunda. Aduh tuh bocah nyusahin aja sih, lagian ditinggal bentar aja udah ilang."

Amor PerfectoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang