12 (Doce)

27 2 0
                                    

-
-
-

Biya telah sampai di depan rumahnya, dia turun dari motor vespa matic milik Reynand, setelahnya dia berucap terimakasih, Reynand tersenyum.

"Mau mampir?"

Reynand menggeleng, "nggak deh, gue pengen mandi gerah banget, nanti deh gue ke sini jam lima sore, bye!" setelah itu Reynand membelokkan motornya untuk sampai di depan rumahnya yang berjarak tiga rumah saja.

Biya tersenyum samar, kemudian masuk ke dalam rumah yang begitu sepi, orang tuanya harus pergi ke Lombok beberapa minggu karena ada urusan pekerjaan, bundanya yang akan membuka cafe baru di sana, dan ayahnya yang akan mengembangkan beberapa hotel di sana. Sudah pasti orang tuanya akan selalu sibuk, melupakan dirinya dan kewajibannya sebagai orang tua.

Biya sudah biasa dengan keadaan seperti ini, dia kemudian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, menghempaskan badannya ke atas kasur kemudian memejamkan mata sebentar, berharap ketenangan akan menghampirinya.

Lima menit memejamkan mata rasanya sudah cukup, setelah itu dia pergi untuk membersihkan badan, tidak lupa dengan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.

Semuanya telah selesai, dia kemudian berjalan menuju meja belajar, membuka beberapa buku pelajaran yang akan di pelajari esok hari, tidak lupa juga mengerjakan beberapa tugas yang diberikan oleh gurunya.

Hidupnya terasa hampa, dia benar-benar merasa sendirian, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima, dia teringat ucapan Reynand tadi yang akan menghampirinya pada pukul lima, akhirnya Biya bersiap dan berniat menunggu Reynand di halaman depan, sembari memandangi bunga-bunga kesayangan sang bunda.

Reynand datang dengan sepedah gunungnya, Biya merasa heran, "lo mau ajak gue kemana?"

"Ada deh, lo punya sepeda 'kan? Gue mau tunjukin sesuatu, sekarang lo pake sepeda lo."

Biya menurut, dia kemudian berbalik mengambil sepeda yang berada di garasinya, setelah itu menuntun ke depan gerbang, dimana Reynand menunggunya.

Reynand mebawa dirinya berkeliling-keliling komplek, "ngapain keliling komplek doang?"

"Enggak, gue bakal ajak lo buat ke suatu tempat, tenang aja, bentar lagi juga sampe." Biya hanya mengangguk.

Tidak lama mereka sampai di sebuah lapangan besar yang dipenuhi rerumputan liar namun terkesan indah, Reynand menghentikan goesannya kemudian disusul oleh Biya.

Mereka berjalan ke arah tengah-tengah lapangan, lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah mereka, karena tempat ini memang masih berada di dalam kompleknya.

"Sini duduk."

Biya mengikuti Reynand yang telah duduk terlebih dahulu, "lo tau? Tempat ini indah banget kalau sore begini."

"Oh ya?"

"Iya, lo juga sekarang bakal nikmatin keindahannya, ini tempat favorite gue, di sini gue ngerasa tenang, beban gue serasa terangkat dengan sendirinya."

Biya hanya diam membisu, memang bebannya kini sedikit demi sedikit terasa menghilang.

"Lo tau, konon katanya tempat ini ada penunggunya," Reynand menjeda ucapannya, menatap Biya yang sedikit merasa ngeri, "tapi gue yakin memang setiap tempat akan ada penunggu, cuman kita gak tau aja, mana yang bakal ganggu dan cuman jadi penunggu, selama kita gak macem-macem sama mereka, gue yakin mereka juga gak bakalan ganggu kita, ya 'kan?" Biya mengangguk mengiyakan ucapan Reynad, tapi mengapa Reynand malah bercerita seperti itu.

Amor PerfectoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang