"Ibu.." Ucapku yang menggoyang goyangkan badan ibu berharap ibu menjawabku.
"Ibu..." Sekali lagi kuteriak pada ibu namun ibu hanya diam saja layaknya patung.
Aku pergi ke ruang tamu dan kudapati ayah yang sedang membaca korannya."Ayah..." Hening tidak ada reaksi
"Ayah.." Suara ku mulai meninggi namun tidak ada gerakan haha boro boro gerakan jawab saja tidak. Aku langsung mengambil kasar koran yang ayah baca namun hasilnya nihil ia diam layaknya patung.
Kini aku mencoba mencari kak Reno, kudapati dia sedang bermain handphone kupanggil ia terus dan terus bahkan tangannya kupukuli namun reaksinya sama saja tidak ada jawaban dan gerakan. Ada apa ini kenapa semuanya seperti patung. Aku bergegas hendak pergi ke kamar ku seraya ingin menelpon Zeo tapi aku sangat terkejut ketika mendapati anak kecil itu berdiri disamping kasur ku dan berdiri layaknya patung.
"Siapa kamu sebenarnya...pergi dari kamarku" teriakanku menggelegar di ruang tidur ku.
Tiga detik kemudian dia melemparkan pisau. Arghh sial pisau itu mengenai pahaku. Sungguh ini sangat sakit. Oh tidak dia mulai mendekatiku sambil terlihat seringai tipis darinya, dasar anak monster aku segera keluar dan menuruni tangga. Dan oh tidak aku terjatuh dan terpontang panting ditangga entah mengapa seperti ada yang mendorongku. Kini diri ku terseret keatas tangga sungguh badan ku serasa hancur lalu anak itu tertawa gembira sambil berlari lari menuju ruangan di sebelah kamarku. Aku tergontai gontai mengejarnya ash shit aku tersandung tempat krayon, dengan sekejap anak itu menghampiri ku yang kian terjatuh berusaha bangun. Dia menarik pisau yang ada di pahaku aaaawwww ini sakit sekali sedetik kemudian ia melihat pisau itu lalu menancapkannya lagi di pahaku yang lain, aku menjerit kesakitan. Dengan refleks ku tendang perutnya lalu kucabut pisau yang ada di pahaku ya Tuhan kakiku sudah tidak ada rasanya lagi dengan cepat aku melemparkan pisau dan gotcha pisau itu mengenai perut anak itu dia sepertinya sedang melawan sakitnya tiga detik kemudian anak itu berubah layaknya zombie dan lama lama menjadi seperti layaknya iblis merah yang menyeringai penuh dendam dan matanya mengarah padaku dia berteriak kencang dan aku merasa getaran yang ada diruangan ini. Aku hanya bisa menangis dan pandangankupun mulai gelap dan gelap.***
Hosh hoshhh.....aku tersadar dari mimpiku. Arghh lagi lagi mimpi seperti itu dan dirumah ini. Kenapa harus begini mimpiku, aku gelisah tak karuan. Kubasuh wajahku yang kusut aku benar benar frustasi dengan mimpi mimpi yang kualami belakangan ini. Aku menuju tempat makan untuk mengisi perut ku yang kosong. Aku bisa melihat betapa bahagianya ayah, ibu dan kak Reno yang sedang asik menikmati waktu kebersamaan ini terkecuali dengan ku, ada apa dengan ku sebenarnya. Rasanya aku ingin sekali bercerita tentang kegelisahanku tapi aku yakin mereka tidak akan menggubrisnya dengan serius mereka tidak percaya dengan hal hal seperti ini jadi kuputuskan hari ini untuk jalan bersama Zeo. Mungkin hal ini akan mengurangi rasa gelisah ku, sehabis sarapan segera ku raih ponselku yang berada di nakas lalu kukirim pesan singkat yang berisi pintaku agar Zeo menjemputku dirumah. Hanya butuh sekitar setengah jam suara mobil Zeo terdengar telah datang. Selang beberapa menit suara ibu memanggilku agar cepat turun kebawah. Aku berlari kecil menuruni anak tangga bisa kulihat ternyata Zeo sudah duduk di sofa bersama ibu.
"Kamu kok belum rapih si Diana Zeo udah datang juga" ucap ibuku dengan ciri khas nya sebagai ibu ibu.
"Zeo gak balas pesan ku jadi kukira dia gak bakal kesini"
"Yang penting sekarang orang nya udah disini. Sana cepet mandi"
Melihat kejadian barusan Zeo hanya senyum senyum tak karuan melihatnya aku langsung segera menuju ke kamar mandi.
***
"Jadi hari ini kamu memintaku menemanimu kemana?" zeo memecah keheningan diantara kami namun tangannya masih fokus menyetir