DARK VALENTINE 2

137 2 0
                                    

Titik pandang Valentine Swansea

Dia melihatku!

Aku tidak ingin bertemu dengannya. Aku tidak ingin bertemu dengan pria yang kucintai karena ia akan menikah sebentar lagi. Aku tidak ingin. Aku memeluk lututku dengan erat dan air mataku tumpah. Tidak ada alasan apapun aku melakukan semua ini. Ah, aku lupa. Alasan aku melakukan ini tentu saja karena aku sangat mencintai Justin.

Aku menghapus air mataku.

"Simon, aku mencintainya." bisikku kecil.

"Miss, seharusnya kau tidak kabur seperti tadi. Kau harus belajar untuk menghadapinya."

"Simon, kau tahu aku bisa menghadapi apapun. Aku mengikuti berbagai olimpiade, berbagai soal tersulit, bisnis yang ditinggalkan Ayahku, semuanya. Aku bahkan mengatur kekuatanku sendiri. Tapi, tidak dengannya. Satu-satunya hal yang tidak bisa kuhadapi adalah mencintainya, Simon."

Simon membuka kacamatanya dan menatapku dengan matanya yang sudah berkerut."Miss, kau terlalu murni. Cintamu kepadanya, biarkan ia tahu dan menilainya sendiri. Maafkan aku, Miss. Namun, kau terlalu egois kepada dirimu sendiri."

"Tidak, Simon. Aku tidak boleh bertemu dengannya. Aku ingin ia hidup bahagia dengan wanita pilihannya. Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintainya. Cinta tidak harus memiliki. Dan aku tidak harus memiliki Justin, Simon. Dengan keberadaannya yang sehat dan selalu tersenyum, aku akan bahagia. Selamanya."

"Miss, itu bukan kebahagiaan yang kau cari. Kau harus mendapatkannya. Semua butuh pengorbanan."

"Tidak. Aku telah mengorbankan semuanya untuk dia. Aku tidak peduli. Aku bahkan akan mengorbankan nyawaku demi kebahagiaan Justin. Tidak ada lagi yang harus kukorbankan. Seluruh hidupku kucurahkan kepada Justin, Simon. Aku tidak pernah mencintai seseorang hingga aku melihatnya ketika tahun 2009. Aku melihatnya bermain gitar di depan Avon Theatre dan sejak saat itu aku mencintainya."

"Miss, jangan membatasi perasaan-"

"Cuku, Simon. Aku benar dan aku telah melakukan apa yang harus kulakukan. Membahagiakan pria yang aku cintai. Hanya itu."

Aku diantar kembali ke daerah pembangunan untuk melihat proses pekerjaan tukang yang kusewa dalam beberapa menit lagi kami akan segera bergerak ke bandara.

"Simon, apakah seratus pekerja itu sudah datang?"

"Masih sekitar delapan puluh orang."

"Para dokter?"

"Delapan belas. Dua lagi akan sampai sekitar satu jam lagi, Miss."

"Bagaimana keadaan proyek Justin di Afrika?"

"Mengapa kau ingin mengetahuinya?" Tubuhku menegang saat mendengar sebuah suara di belakangku. Aku segera bersembunyi di balik punggung Simon yang gendut. Aku menggigit bibirku kuat. Bagaimana ia bisa mengikuti sampai kemari?

"Apa alasanmu tidak ingin bertemu denganku?" Aku membenamkan wajahku di punggung tua Simon dan mengambil buku catatan yang besar dari tangan Simon dan menutupi wajahku dari samping. Aku bisa melihat dari bawah bahwa sepatu Justin sudah berada di sampingku.

"Si-Simon, kau bisa berjalan sekarang." Perintahku gugup.

"Tapi, Miss-"

"Tidak ada tapi-tapian." ucapku tegas setengah berteriak. Aku berjalan hampir tersandung sebuah batu dan hampir terjatuh ke sisi jurang pembangunan yang masih tersusun kayu bertumpuk dan dengan tiba-tiba seseorang menarik lenganku hingga aku berbalik dan masuk ke dalam pelukan hangat seseorang. Wajahku terbenam di dada bidangnya.

DARK VALENTINE oleh VIVIAN GEOVANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang