DARK VALENTINE 9

223 5 0
                                    

PLAY: BETTER LEFT UNSAID - ARIANA GRANDE, YOU'LL NEVER KNOW- ARIANA GRANDE

***

Valentine Swansea's Point of View

Enam tahun berlalu. Aku sudah menginjak usia dua puluh enam. Aku heran karena ketika aku meninggalkan pria itu, ia membatalkan penikahannnya. Namun rasa heran itu berubah menjadi rasa malu dan marah ketika tahu bahwa ia tidak pernah berada di bawah pengaruh kekuatanku.

Aku tidak masalah karena dengan begitu ia tahu apa yang sebenarnya aku rasakan. Namun, aku sedikit terharu ketika selama enam tahun tahun terakhir ia tidak berhenti mencariku. Padahal, aku tak pernah jauh darinya sedikit pun. Buktinya, Justin sedang mengadakan konser ke delapannya di Paris saat ini.

Dan seperti biasa aku sedang membagikan tiket gratis kepada para penggemar Justin. Bedanya adalah bahwa anak lelakiku ikut membantuku meskipun ia masih berusia lima tahun.

"Mommy, apakah setelah ini kita bisa mencari makan? Aku sangat lapar." Aku menoleh saat merasakan ujung gaunku ditarik oleh Timmy. Anak lelakiku yang menggemaskan. Namanya mungkin terlalu manis untuknya. Ia memiliki warna mata yang sama dengaku. Namun, rambut emasnya mengikuti Ayahnya.

"Tentu saja sayang. Mommy akan membawamu makan apapun yang kau inginkan."

"Oke, Mommy!"

Aku mengelus lembut kepala Timmy dan melanjutkan kegiatanku. Simon tentu saja masih bekerja denganku. Bahkan, ia sedang berada sekitar beberapa meter dariku untuk memantau Timmy agar tidak jauh-jauh dariku. Aku memakai gaun yang memiliki kerudung untuk kepalaku hingga Justin tidak dapat mengenaliku. Karena, pencariannya terhadapku semakin ngeri hingga aku rasa ia begitu ketat dan begitu...agresif. Mengapa aku tidak langsung balik kepadanya saja? Apakah aku gila? Tentu saja itu tidak mungkin. Aku masih belum percaya bahwa ia begitu mencintaiku hingga seperti ini. Karena itulah aku ingin melihat sampai mana ia mencariku. Apakah ia tidak lelah? Jika suatu hari ia menyerah, aku akan tahu bahwa ia tidak serius mencintaiku.

"Miss Swansea, orang-orang itu datang lagi. Cepatlah!" suara Simon membuatku menoleh ke arah tiga orang berbaju hitam yang akan bertanya kepada loket tiket mengenai lima atau sepuluh ribu tiket yang selalu terjual langsung. Aku menelan ludahku. Aku hampir tertangkap sekitar tujuh kali selama Justin konser.

Aku segera mengangkat Timmy dan membawanya masuk ke dalam mobil. Hatiku berdegup kencang. Aku tak habis pikir mengapa dan mengapa.

"Kita akan kemana, Miss?"

"Timmy, apa yang ingin kau lakukan saat ini? Apakah kau ingin makan, hmm?" tanyaku sambil mencium pipi Timmy berkali-kali. Timmy tertawa geli dan kebahagiaan itu muncul. Sekarang, hatiku dipenuhi oleh dua laki-laki yang sangat aku cintai. Justin Bieber dan Timmy.

"Aku ingin bertemu Daddy. Kau mengatakan bahwa suatu hari aku akan bertemu dengannya. Sekarang, dimana dia?"

"Um, Mommy tidak ingin membahas itu sayang. Mengertilah tentang Mommy, oke? Simon, apakah kau membawa tugas matematika dasar dan bahasa latin milik Timmy?"

"Tentu saja. Aku juga membawa rubik untuknya bermain."

"Timmy, kau ingin belajar matematika dengan Mommy di dalam mobil atau bermain rubik?"

"Aku ingin...mencoba mengetahui tentang musik, Mommy."

Hatiku hangat mendengar permintaannya. Ia juga terlahir menjadi anak yang begitu jenius. Bahkan melebihiku. Di umur lima tahun, ia sudah menghapal tabel perkalian dan benar-benar membuatku takjub dengan rasa ketertarikannya yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Namun, Justin juga sepertinya menurunkan jiwa musik kepadanya.

DARK VALENTINE oleh VIVIAN GEOVANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang