Sumpah, sedari selesai main futsal tadi, gue belum ada minum sedikit pun. Buru-buru karena hari makin gelap, sudah menunjukkan hampir jam setengah enam sore; artinya gue harus menutup agenda kegiatan dengan menjemput doi, yang kebetulan hari ini lagi ada jadwal renang.Kemungkinan besar gue bakal telat. Gila, sendat banget ini jalanan, macet. Mana pake makin haus pula, tenggorokan gue udah nggak kuat, mau nggak mau gue langsung mampir ke Alfimarried yang kebetulan pas ada di depan gue: pengen beli susu.
Setelah markirin motor, gue langsung berjalan masuk.
Kedatangan gue masih disambut lembut nan sopan oleh mbak-mbaknya. Dengan salam formalitas yang jelas-jelas mengaburkan identitas. Padahal gue tau tuh isi hati dari ini mbak-mbaknya setelah ngebukain pintu untuk bapak-bapak berstelan kemeja barusan, kelihatan banget dari mimik mukanya yang agak-agak gimana gitu mandangnya, dan ini cuma contoh seandainya gue bisa mewakili isi hatinya; "Dasar botak, licin. Tuaaa ..." ya, gua yakin dia pasti bilang gitu.
-
"Su, susu susu susu susu ..." gue bersenandung pelan sembari mengelus dagu. Masih bingung memilih, berdiri di depan lemari pendingin.
"Mau minum susu yang mana ... ini?"
Cukup bimbang karena jujur gue pengen coba rasa baru. Terus terang, dominan susu yang paling gua suka adalah susu cokelat. Entah kenapa gue agak kurang suka dengan susu putih, karena bikin gua cepet eneg rasanya. Susu yang warna merah jambu pun sama, kurang suka karena kalo gue yang minum bakal kelihatan kekanakan, lagian rasanya juga agak asem.
Dan ya, akhirnya fix gue lebih milih susu cokelat ketimbang yang putih maupun merah jambu.
"Ini bener nih susu yang gede diskon? Beneran turun harganya?" kata gue, agak kurang percaya sesaat setelah mengambil satu susuUltraFlat berukuran 1000ml.
"Lumayan juga ini kalo sering-sering turun harga. Dua hari lalu juga gue beli masih harga empat belas ribu, sedangkan ini udah tiga belas ribu sembilan ratus aja."
Nggak mau lama-lama, gue langsung jalan ke meja kasir, mumpung masih sepi dan nggak perlu ada antrian.
Gue letakin belanjaan di meja, lalu bertanya ke mbaknya. "Mbak, susunya turun, ya?"
Seketika, hening.
Hening.
Hening.
Dan masih hening.
Entah kenapa dia nggak jawab.
Mbaknya masih diem aja, batal meng-scan belanjaan gue, malah beralih tajam menatap gue penuh selidik-bikin gue grogi.
"Masa turun sih, Mas?" tanyanya pelan, mirip bisik-bisik. Kepalanya dimajukan sampe melewati meja kasir. "Yang bener ...."
Gue diem, nelen ludah sekali dan menjawab agak canggung. "Iya, mbak. Turun ... Kalo nggak percaya lihat aja sendiri," kata gue menjelaskan sambil memalingkan wajah ke arah lemari pendingin.
Kok jadi horor gini ...
Gue menoleh lagi ke arahnya pelan-pelan dan mengernyit kaget melihat dia malah tersenyum, aneh.
"Enggak turun kok, Mas. Emang udah pas segini," kata mbaknya serak agak malu-malu sambil menunduk ke bawah, memperhatikan ... WHAT?!
Gue langsung noleh cepat menghadap lemari pendingin, dan cepat juga balik lagi menatap mbaknya, berulang kali.
Susunya ... turun.
Susunya ... turun.
Susunya ... turun.
What the f**k!!! Kalo seandainya bisa, gue pengen banget bisa teriak-teriak mengucap sumpah serapah di saat ini juga! Sayangnya, muka gue udah terlanjur kaku menahan keki.
"Memangnya udah keliatan kendor, ya, Mas?"
Karma, gantian gue yang diem, bener nggak mau jawab.
Mbaknya, dengan kilat langsung muterin meja kasir dan tiba-tiba aja udah ada di depan muka gue. "Mau ngebuktiin sendiri, nggak?" dan tanpa basa-basi, mbaknya dengan cepat narik kuat tangan gue menuju pintu belakang, gudang.
"Viann, tolong gantiin meja kasir bentar, ya." pintanya mengedip pada temennya yang gue bisa lihat kalo dia baru selesai makan.
Temennya itu tersenyum ngangguk, senyum yang sulit diartikan. Tapi, sebelum beranjak, dia mendekat kepada kami, "Nanti setelah sama dia gantian sama Vianny ya, Mas ..." dan ntah kenapa, gue kerasa merinding, nggak bisa berontak ataupun mengelak. Badan gue rasanya menguap, gerah di saat jemarinya mengusap lembut pipi dan leher gue.
"Bentar, ya," kaget, fokus gue teralihkan lagi pada mbak-mbak yang narik tangan gue tadi sudah berbalik badan membelakangi, dan ... Oh my day ....
"Kamu pasti nyesel karena udah bilang kendor." dia melirih lanjut berbalik badan, membuat gue bersusah-payah menelan ludah.
"Iya ... Beneran nggak turun kok ...."
Dan sekarang, gue bener-bener mulai sadar kalo gue lagi nggak sadar.
-TAMAT-
≠≠
First, Olahraga Cinta diawali oleh cerita gua yang baru aja ditulis barusan.
Cerita ini terinspirasi dari bahanya: Gembul16 😂 Makaseh bang! *sambil nunduk beri hormat 😅
Yok, yang mau donasiin ceritanya ke "Olahraga Cinta" monggo pc gua. Mari kita ber-'oh yeah oh yeah, oh nano nano' secara berjamaah.
Olahraga Cinta itu genrenya bebas, yang penting masih menggunakan bahan 'agak blue' tadi. Kalo gua pribadi bilang bahanya kotor, kayak sampah, tapi yang bisa didaur ulang 😂
Arii Trias, yang pas update lagi flu di lobang hidung sebelah kanan. 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Olahraga Cinta [KOMEDI MINI]
Short StoryPERINGKAT: 🏅1 - lembut 🏅1 - bohong 🏅1 - universal 🏅1 - jorok 🏅1 - sugesti 🏅1 - ngehe 🏅1 - bayangan 🏅2 - kotor 🏅3 - suka-suka 🏅3 - bayangan 🏅4 - senyum Suka-suka kalian nyebutnya apa, yang jelas ini KOMEDI dari teman-teman author yang ikut...