Jonna pov
Hari ini adalah awal dari liburan panjang setelah musim ujian, tapi itu tidak berlaku untuk murid organisasi sepertiku. Kami hanya dapat waktu libur sebentar dan setelahnya di sibukkan persiapan mos, penerimaan murid tahun ajaran baru dan masih banyak lagi.
"Bang Jonna bangun, kebiasaan banget sih kalo libur gini tidur kayak gak bakalan ada hari esok aja." Yang teriak itu adikku, namanya Jay. Perbedaan usia yang cukup jauh tidak membuat dia hormat padaku, dia justru lebih banyak mengomentari apa yang aku lakukan. Tapi dia tetap seorang adik yang aku sayangi terlepas dari kelakuannya yang durhaka padaku.
"Ck, nggak usah teriak-teriak bisa kok. Abangmu yang ganteng ini belum budeg." Balasku ketika pintu kamar sudah terbuka, dan disana langsung terlihat wajah masam adikku yang sedang menungguku bangun.
"Gimana nggak teriak, ini sudah jam 3 sore. Abang itu sebenernya tidur apa mati sih. Bisa-bisanya dari kemarin siang tidur nggak bangun-bangun. Aku yakin cewek-cewek labil yang menyukaimu akan berbalik mencacimu jika tau kalau ternyata abang itu pemalas." Dapat ku lihat adikku yang bersungut-sungut membalas perkataanku.
"Ck, kamu mendoakan abangmu ini cepat mati ya? Dan apa-apaan itu, mereka tidak ada hubungannya sekali pun jika aku malas. Mereka hanya sekumpulan orang yang suka menggosip." Balasku dengan kesal. Kenapa harus membawa sekumpulan orang yang mengatakan mereka fans ku dalam pembicaraan ini, membuat moodku langsung jatuh. Mereka (para wanita) hanya senang mencari perhatianku saja, padahal aku selalu bersikap cuek pada mereka.
"Terserah abang. Aku hanya mau bilang papa dan mama pergi ke rumah sebelah, bantu temennya yang hari ini baru pindah kesana." Setelah mengatakan itu dia langsung masuk ke kamarnya yang berada tepat di sebelah kamarku.
--------------
Matahari hampir tenggelam ketika aku dan teman-temanku selesai bermain bola. Setelah perang dengan adikku siang tadi, sahabatku datang untuk bermain. Dan disinilah kami berakhir lapangan basket di taman dekat rumahku.
Ketika aku sedang beristirahat, mataku tak sengaja memandang kearah bangku taman. Disana ada dua remaja perempuan sedang duduk dan tertawa. Sejenak aku terpaku pada tawa salah satu remaja itu, dia tampak sangat cantik dan manis dalam waktu yang bersamaan. Tanpa aku sadari, aku ikut tersenyum bersamanya. Hal itu ternyata tak lepas dari pandangan teman-temanku.
---------
"Si jojon ngeliatin apa sih sampe senyum-senyum sendiri gitu." Andre membuka pembicaraan ketika gagal paham dengan kelakuan Jonna yang tidak seperti biasanya.
"Tau nih, ngeri banget liat dia senyum-senyum gitu. Dia nggak lagi kesambet kan ? Secara ini udah mau magrib." Itu Devan yang menanggapi ucapan Andre sambil bergidik ngeri melihat ke arah Jonna.
"Wah, itu cewek cakep bener ya." Bima menanggapi dengan mengikuti arah pandangan Jonna, seketika mereka semua langsung mengalihkan fokus ke arah pandangan Jonna dan Bima.
"Eh, itu bukannya tetangga baru sebelah rumahnya Jonna ya? Soalnya tadi gue sempet liat mereka keluar dari rumah yang baru mau di tempatin itu." Ares menyadarkan teman-temannya sejenak dari keterpesonaan pemandangan indah di depan mereka dan mengalihkan perhatian mereka ke Andre.
"Masa sih? Eh, Jon emang iya itu tetangga baru lo?" Sekarang mereka mengalihkan tatapan mereka ke Jonna. Lama mereka menunggu jawaban tapi yang mereka tanyai masih sibuk dengan dunianya.
Saking kesalnya menunggu jawaban, Devan yang memegang bola melemparnya ke Jonna.
"Shit! Sakit bego. Siapa sih yang ngelempar bola?" Jonna bertanya dengan emosi sambil memegang barang bukti yang ada di tangannya.
YOU ARE READING
Aku Kamu dan Hujan
Teen FictionHujan membawaku pada kenangan tentang dirimu yang coba ku lupakan, ternyata menghapus rasa untukmu tidak semudah hujan menghapus debu di tanah tandus. Mengingatmu membawaku pada memori ketika aku masih kuat bertahan untuk memperjuangkan kembali hati...